Tujuan mereka tentu saja, menyantap alkadar yang sudah disiapkan kades. Dari makan ringan hingga makan berat. Itu sudah jadi tradisi di desa saya.
Sampah Tak Hanya Milik Warga Kota
Pembersihan ini disebut kerja bakti. Dilakukan lantaran kampung semakin gersang dan kotor. Setiap beberapa bulan sekali, warga desa bakal turut serta membersihkan kampung.Â
Inisiasi bida databng dari pemerintah desa, bisa juga datang dari pemuda, mahasiswa hingga siswa. Beberapa program mahasiswa ketika pulang kampung, selalu berkolaborasi dengan pemuda desa dan siswa sekolah untuk melakukan pembersihan desa.
Pun dengan pemuka agama. Sekalinya sudah mengeluarkan fatsum agar membersihkan desa, maka tak ada kata menunda.Â
Sampah adalah alasan utama pembersihan dilakukan. Apalagi sampah di kali mati dan di pantai. Sampah kering dan sampah basah hasil rumah tangga oleh warga dibuang ke pantai. Kadang juga di buang ke laut. Pada akhirnya air laut menjadi keruh dengan sisa makanan sampah yang bikin malas buat mandi.
Pantai dan kali mati adalah tempat utama warga membuang sampah. Sebuah ironi tentu di daerah pedesaan dan pesisir. Tak ada tempat akhir yang terkelola. Toh sama saja, belum ada jalan penghubung atau mobil.Â
Sampah ini kemudian mengendap dari ujung ke ujung. Dari sampah plastik, ranting-ranting, karung, bekas parutan, bekas semen, dan rupa-rupa yang di produksi warga.