Lewat peran ini lahirlah kreativitas pemuda dengan tujuan mulia yakni mendirikan rumah Baca bernama Sabua Pustaka. Yap, rumah baca ini sudah berdiri setahun lebih.Â
Pendirian rumah baca yang lahir dari kegelisahan pemuda desa ini lantaran di desa, banyak anak-anak yang tidak melek literasi.Â
Menghabiskan waktu tanpa buku atau membaca. Sekian lama fenomena ini tak tersentuh kebijakan. Baik lewat pemerintah desa hingga pemerintah kabupaten.
Peran ini kemudian menjadi program utama pemuda desa. Walau pada prosesnya, tantangan pendirian rumah baca mendapat berbagai kendala. Mulai dari tempat, izin orang tua, hingga anggaran.
Awal-awal, rumah baca ini berjalan dengan lambat. Hanya ada beberapa murid yang ikut serta. Belajar dari teras rumah ke teras rumah warga.Â
Janji diberikan tempat tak kunjung tiba selama beberapa bulan. Sebelum hadir sosok warga yang menghibahkan rumahnya menjadi tempat rumah baca.
Tantangan berikutnya ialah ketidakmampuan menghadirkan bacan-bacaan berkualitas dengan segmen tertentu. Untungnya, Ical mampu menggerakan mahasiswa, warga hingga komunitas literasi untuk melakukan penggalangan buku.
Fakta yang menarik ialah, program rumah baca dari kreativitas pemuda ini cukup berbeda. Selain membaca, anak murid diwajibkan menulis;cerpen, puisi, hingga artikel bebas. Kumpulan tulisan itu biasanya di upgrade setiap minggu dalam pertemuan.Â
Beberapa karya saat ini yang lahir dari anak-anak rumah baca di desa sudah mulai terkumpul. Dan harapan besar dari Ical ialah membukukan tulisan tersebut. Itu dilakukan agar desa lain, atau pemuda dan mahasiswa mampu tergerak dan ikut mengembangkan literasi di pesisir.
Membangun Komunitas Literasi dengan Teman Kampus.