Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Mahasiswa Harapan Penggerak Ekonomi Pasca-pandemi

20 Oktober 2022   18:04 Diperbarui: 21 Oktober 2022   10:12 1015
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Para pedagang kaki lima mengokupasi hampir seluruh trotoar di Tanah Abang. (Foto: Kompas.com/David Oliver Purba) 

Aktivitas perkuliahan belakangan diselenggarakan secara offline. Kehidupan kampus berangsur hidup kembali. Pun dengan aktivitas mahasiswa yang tanpa sadar menggeliatkan kembali perekonomian sekitar kampus. membangun kembali geliat ekonomi setelah terhantam Covid lalu. Itu yang saya temukan dalam periode perjalanan Penelitian di Jawa-Bali.

Sepeda motor kali ini sudah berada di Kabupaten Jember. Perhentian terakhir di Pulau Jawa sebelum melanjutkan perjalanan ke Pulau Bali. 

Selama  tiga hari di Jember, saya menyadari satu hal bahwa selama perhentian di beberapa lingkungan kampus, ada begitu banyak aktivitas yang saya temukan yakni hidupnya aktivitas pereknomian lingkungan kampus.

Cafe-cafe, pertokoan, rumah makan, pedagang asongan, kosan, kontrakan dan lainnya nampak bergerak hidup kembali. Walaupun sisa-sisa hantaman covid masih bisa ditemukan.

Dalam perjalanan yang saya lakukan, terpampang banyak kelesuhan dari aktivitas ekonomi yang nyata Pasca Covid-19. 

Pertumbuhan ekonomi lewat aktivitas pelaku usaha adalah bagian tak terpisahkan. Mulai dari Magelang, Boyolali, Solo, Klaten, Wonogiri, dan daerah sekitar Jawa Tengah hingga Jawa Timur masih dijumpai matinya pergerakan ekonomi.

Etalase-etalase toko tertutup rapat, berjejer ruko-ruko dengan tulisan "sale". Satu dua lokasi dengan jejeran pertokoan terlihat hidup tak mau, mati tak segan. Di beberapa tempat dalam tataran kabupaten, aktivitas berjalan sangat lambat. 

Gairah ekonomi dari aktivitas konsumen-produsen snagat lemah. Pun dengan aktivitas warga yang nampak sepi. Dibanyak tempat, ini terlihat. Bahkan ketika di Bali saat ini, beberapa pengusaha bertutur masih sangat sulit bangkit. Mereka harus memulainya dari awal.

Di lingkungan Kampus Di Jember. (DOKPRI)
Di lingkungan Kampus Di Jember. (DOKPRI)

Hal berbeda terjadi di tataran kampus. Memang tak elok jika meletakan mahasiswa sebagai harapan atau pahlawan pertumbuhan ekonomi dalam konteks besar. Tetapi aktivitas di sekitar kampus harus juga dihitung. Lantaran progres pengeluaran konsumsi yang begitu tinggi.

Spending untuk konsumsi sudah merupakan instrumen penting pertumbuhan ekonomi. Satu item Makro tanpa melepaskan investasi atau ekspor impor dan lainnya. Konsumsi inilah yang dibutuhkan Indonesia saat ini, apalagi dalam tararan kedepan, resesi menghantui.

Walaupun stagnan, pengeluaran mahasiswa kontinyu, terus menerus. Standarnya masih bisa dihitung per hari. Sesuai dengan kelas ekonomi di mana mereka berada. Namun justru dengan level itu, terus menerus itu, pertumbuhan ekonomi dapat berjalan. 

Pengeluaran mahasiswa di tengah melesuhnya aktivitas ekonomi lambat laun melekatkan kembali potongan-potongan kehancuran ekonomi. 

Di Jember saya melihat begitu banyak cafe, rumah makan hingga pedagang asongan mulai membuka kembali gerai-gerai tokonya. Berbeda dengan beberapa tempat di luar kampus yang cenderung masih lemah dan lesu dari aktivitas.

Di Solo pun demikian, lingkungan kampus menjadi bergairah. Ekonomi tumbuh. Memperbaiki retakan ekonomi. 

Aktivitas di depan Kampus UNS Solo
Aktivitas di depan Kampus UNS Solo

Memang tidak seramai sebelum covid, namun bagi saya sejumput aktivitas ini sudah membawa angin segar. 

Pengeluaran mahasiswa memang tidak banyak, anggap saja rata-rata sehari  lima puluh ribu. Jika ratusan atau puluhan ribu mahasiswa melakukan pengeluaran yang sama dan merata dalam satu malam saja maka berapa sudah rupiah yang sudah beredar.

Konsep uang beredar ini sangat pentig. Bagian dari pengeluaran rumah tangga. Bagian dari konsumsi sebagai pilar pertumbuhan ekonomi. Uang beredar lewat item konsumsi sangat dibutuhkan saat ini. 

Dalam beberapa sesi diskusi antara saya dengan beberapa teman peneliti, kami yakin aktivitas konsumsi yang terjaga dapat menangkal atau melambatkan proses resesi yang di ramalkan menghantam dunia. 

Beberapa dari kami bahkan ngotot, Indonesia tak akan parah dalan resesi bahkan cenderung mampu bertahan.

Dan, Indonesia sendiri dalam trend pengeluaran didominasi oleh sektor konsumsi walaupun dalam tararan konsumsi makanan jadi dibanding makanan lokal atau pangan lokal.

Kunci utamanya adalah konsumsi dan hubungan linearnya adalah pengeluaran dari pendapatan. Apa yang saya saksikan di lingkungan kampus merupakan harapan dari perwujudan perbaikan ekonomi.

Di sekitar kampus Univ. Ngurah Rai Bali (dokpri)
Di sekitar kampus Univ. Ngurah Rai Bali (dokpri)

Covid telah merenggut segalanya. Pertumbuhan minus dua tahun belakangan harus diperbaharui. Sebuah sasaran program pemerintah lewat berbagai sektor. Tentu, segala item pertumbuhan harus berjalan seimbang.  Salah satunya menjaga tingkat pengeluaran konsumsi. (Sukur dofu-dofu)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun