"Dari kecil saya pak. SMP. Tapi sejak SD memang saya suka dengan mobil. Setiap mobil yang lewat di desa, saya kejar terus naik dibelakang,".
Ia pun membeberkan bahwa keahliannya mengemudi bukan baru sekarang tetapi sudah semejak kecil. Ketertarikannya pada mobil melebihi apapun. Bahkan kebayakan mainan lelaki berumur 45 tahun ini waktu kecil ialah mobil-mobilan.
Ia lantas dengan otodidak belajar mengemudi pada salah satu warga desa yang punya mobil. Dari situ semuanya di mulai.
"Karena kecilnya suka mobil ya gini akhirnya pekerjaan saya,". Ujarnya.
Segala jenis mobil sudah disopirinya. Truk, bus, angkot, dll.Â
"Kalau tronton seperti ini setirnya berat tidak," tanyaku ketika melewati beberapa truk tronton.
" Tidak justru entenh. Hanya harus banyak perhitungan. Sebab membawa barang berat," terangnya sembari membandingkan semua jenis mobil yang dikendarainya.
Perjalanan terus berlanjut dari kilometer ke kilometer. Selama itu pula ia bercerita banyak hal.
Pak Andi sendiri orang Padang. Namun sejak lulus SMA ia merantau ke Jakarta. Mulanya narik angkot dalam tiga tahun. Kemudian truk proyek. Di tengah kepasrahan ketika sudah menikah dan memiliki anak, rejeki datang menghampiri.
Salah satu anggota dewan datang menawarkan pekerjaan. Menjadi sopirnya. Kuasa Tuhan memepertemukan mereka di sati warung kopi. Dari situ hubungan keduanya tidak terpisahkan. Bosnya itu sepuluh tahun di parlemen. Setelah selesai, ia didapuk menjabat kepala Badan di bawah salah satu kementrian.
Pak Andi ikut bersama. Dari parlemen pindah ke lingkungan kerja baru. Tetap menyupiri bos nya si penyelamat.