Pulang kami menuju fishing base, perjalanan yang cukup melelahkan. Butuh empat jam mencapai pelabuhan harapan. Mobilitas ini bagi nelayan sudah biasa. Saya yang oleng, berasa gempa menyelimuti kepala. Bergoyang-goyang. Tidur pun tak cukup kuat mengobati.
Perjalanan pulang adalah romantisme harapan. Nelayan melepas lelah menikmati setiap tanjung yang terlewati. Duduk di anjungan, menikmati senja yang romantis, langit-langit kemerahan yang menggantung di khatulistiwa, riak ombak yang teduh serta angin yang membawa kesejukan.
Saya ikut nimbrung bersama berbagi cerita dan menyaksikan kelincahan koki kapal mengolah ikan tuna yang sudah di bersihkan sebelumnya. Layaknya koki handal yang punya restoran berlabel Michelen, ia dengan lincah mengiris daging tuna menjadi potongan tipis kecil. Tak ada yang boleh menggangu ia memperagakan keahlian yang entah di pelajarinya dari mana.
Gayanya menggiris tipis daging tuna ini seperti koki Jepang yang sering di tayangkan di televisi. Koki-koki handal yang terkenal keahliannya mengolah tuna. Irisan mereka bisa menghasilkan ribuan dolar dalam satu helai daging tuna.
Koki kapal ini sudah benar-benar mirip seperti mereka. Pisau fillet juga hampir sama. Pisau yang ia pakai khusus membuat sasimi. Dari yang panjang, sedang hingga pendek. Dari yang tebal hingga tipis. Lengkap dengan sarung pisau yang tersimpan rapat dalam gulungan kain hitam.Â
Saya meledek " pisaunya bisa bikin enak seperti sasimi Di Jepang?,"
"Ah, Kalah Jepang sama saya. Pisau  ini terbuat dari tangan-tangan telaten. Ikan yang teriris pisau ini bisa jadi enak tanpa perlu bumbu, " candanya menyahut ledekanku.
Irisan daging tuna yang sudah dibersihkan kemudian diletakan ke piring. Racikan bumbu sebagai pelengkap diolah dari kecap dan bawang serta sedikit cabai untuk menambah rasa pedas.Â
Racikan bumbu sederhana yang jauh dari kelas restoran lebih mirip sambal colo-colo tanpa tomat dan minyak goreng panas. Racikan bumbu ini katanya biar mirip sasimi di restoran jepang. Namun jika ku lihat-lihat tak ada kemiripan sama sekali. Lebih mirip bumbu inovasi sendiri.
Proses pembuatan sasimi selesai. Duduk kami di depan buritan kapal bersama abk lain yang sedang rehat sembari menikmati perjalanan pulang ke fising base. Tiga piring sasimi ala nelayan Halmahera kemudian diletakan di tengah dan saya dipersilahkan mencicipi terlebih dahulu.
"Silakan bang, sebagai penghormatan kepada tamu" Ujar Kapten