Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

BBM Naik, Nelayan Terjepit

8 September 2022   07:00 Diperbarui: 8 September 2022   07:55 840
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nelayan Pancing Tuna, di Kabupaten Kaur, Bengkulu saat baru bersandar di Desa Linau, Kecamatan Maje (KOMPAS.COM/FIRMANSYAH)

Walau demikian, kapasitas BBM subsidi juga tak mencukupi bagi kapal di bawah standar itu. 

Penelusuran saya, SPBU ini hanya mendapat jatah tidak kurang dari 500-1.000 liter. 

Jumlah yang hanya cukup untuk dua kali melaut bagi kapal pole and line yang tersedia. Walaupun bersubsidi, harga yang dikeluarkan untuk satu liter solar tetap lebih tinggi dari yang ditetapkan.

Hal ini lantaran solar-solar itu dikuasai oleh beberapa orang yang dengan mudah memainkan harga. Sementara di SPBU umum juga demikian, dikuasai satu dua orang.

Nelayan yang tidak bekerja sama dengan pedagang perantara sudah tentu akan sedikit kesulitan. Walau bisa membeli ke SPBU umum, tetapi biaya yang dikeluarkan untuk transportasi cukup lumayan. Menyentuh angka seratus ribu pulang pergi.

Pun jika sanggup. Belum tentu mereka bisa mendapatkan minyak karena keburu habis. 

Minyak solar sebagai salah satu item operasional penting nelayan merupakan salah satu faktor penghambat nelayan tidak melakukan penangkapan. 

Kapasitas BBM yang tidak banyak, dan hampir rata-rata di Maluku Utara atau wilayah timur menyebabkan terjadinya kelangkaan. Jika sudah begini, tekanan harga juga ikut naik. 

Saat ini, ketika harta BBM naik, maka tekanan paling berat akan dirasakan. 

Pertama, perihal jaminan dan ketersediaan stok. Di mana nelayan sangat kesulitan memperoleh BBM untuk melaut. Dan kedua, ialah jaminan harga. 

Harga yang naik sekarang berpotensi menurunkan tingkat pendapatan nelayan. Lantaran biaya produksi menjadi meningkat, sementara harga ikan cenderung rendah sebagai tangan pertama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun