Cerminan parlemen jalanan juga terjadi pada parlemen ruangan. Masing-masing fraksi punya titah perjuangan berbeda. Walau warna nya sedikit kelihatan, oposisi atau pro pemerintah. Hanya dua itu.Â
Banyaknya bendera yang ada dalam parlemen ruangan tidak semerta-merta punya satu tujuan. Masing-masing punya kepentingan. Maka tak heran kita disuguhi berbagai konflik kepentingan. Pintar memanfaatkan momen dapat jadi modal utama dalam kontestasi politik akan datang.Â
Antara suara rakyat atau suara bendera bisa sangat nampak diidentifikasi. Kepentingan siapa yang diperjuangkan. Maka tak heran jika parlemen ruangan belakangan mempertontonkan kemuakan bagi publik.
Parlemen jalanan dan parlemen ruangan adalah dua ruang perjuangan. Ruang suara dan ruang politik. Kedua ruang ini memainkan peran penting "pengawasan" jalannya pemerintahan. Tentu atas nama Rakyat yang selalu termaktub. Namun belakangan kedua parlemen ini seperti tak punya taring, karena banyaknya bendera dan ideologi pada masing-masinh diri.
Pada akhirnya, apa yang menjadi kemaslahatan justru jadi kemustahilan. Mustahil apa yang dirasakan rakyat bisa terevaluasi dalam kebijakan pemerintahan.Â
Pada kesimpulannya, saya tak selalu skeptis. Bahwa perjalanan demokrasi akan selalu menampilkan format-format baru dan pada suatu ketika menghadirkan sistem kuat yang mewakili keseimbangan.
 Saat ini adalah tahapan fenomena, belum tahapan pemantapan kajian, penelitian hingga formulasi hasil dan kesimpulan. Masing-masing masih berjalan pada porosnya, pada kepentingannya. (Sukur dofu-dofu).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H