Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Naiknya BBM dan Sederet Masalah

5 September 2022   17:43 Diperbarui: 5 September 2022   17:49 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demonstrasi di depan Monas, menolak kenaikan BBM (dokpri)

Poinnya rata-rata sama, menekan pemerintah agar membatalkan keputusan menaikan BBM di tengah fenomena harga BBM dunia yang turun dan negara lain yang justru menurunkan hatha minyak.

Prank, adalah narasi utama. Mahasiswa sedikit kecolongan. Lantaran diam-diam keputusan menaikan harga BBM dan pencabutan Subsidi dilakikan pemerintah. Isu ini tertutupi oleh kasus Fredy Sambo yang hampir-hampir menutupi semua isu penting lainnya.

Bagi saya, wajar. Tugasnya mahasiswa memang harus seperti itu. Selain dari kontribusi dan pergerakan lain yang menjadi jalan. Mereka harus bergerak lantaran BBM merupakan akselerasi kesejateraan yang berhubungan dengan daya tahan ekonomi masyarakat.  Apalagi naiknya harga BBM kali ini merupakan yang paling tinggi dari periode-periode sebelumnya.

Bagi saya sendiri, naiknya harga BBM bersubsidi dan dialihkannya "subsidi" pada BLT adalah skema negara lepas dari beban anggaran. 

Sri Mulyani sudah membeberkan itu. Betapa banyak beban anggaran jika terus di subsidi. Besarnya tak tanggung-tanggung. Namun dibalik itu, saya sendiri tidak cukup kaget. Memang distorsi di rakyat akan sangat terasa karena berkolerasi dengan harga bahan pokok dan unsur ekonomi lainnya. 

Sekelumit masalah BBM bersubsidi tak pernah lepas dari masalah keuangan hingga distribusi. Sitemnya tak benar-benar rapi. Selalu menimbulkan masalah.

Bisnisindonesia.id
Bisnisindonesia.id

Tetapi, menaikan BBM dengan skema peralihan subsidi ke BLT adalah skema pasar bebas atau ekonomi pasar. Subsidi merupakan momok bagi negara secara efisien dalam pandangan ekonomi pasar. Momok bagi negara berkembang. Apalagi AS lewat USTR di WTO bahkan menggangap Indonesia sudah negara maju.

Subsidi adalah penghambat negara berkembang utamanya pada perdagangan bebas saat ini. Sehingga harus ditekan atau bahkan dihilangkan agar tercapai keadilan yang merata dalam perdagangan internasional.

Banyak sekali referensi yang membahas perihal ini. Pro dan kontra tentu saja terjadi. Pro pasar bebas akan mengiyakan langkah pemerintah menghapus subsidi agar tidak terjadi distorsi di kemudian hari.

Ini bisa dipelajari dari kasus negara Venezuela di mana subsidi menjadi malapetaka ekonomi bagi negara. Rakyatnya dimanjakan dengan subsidi mulai minyak, perumahan, pendidikan, listrik, kesehatan hingga makanan. Tujuannya tentu saja mengendalikan kegitan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun