Kesimpulannya selalu ada perubahan harga tiket antar waktu. Sehingga kami yang biasa pergi, dari dan menuju Ternate selalu mengambil insiatif memesan tiket seminggu atau dua minggu sebelumnya.
Ini berlaku jika ada perencanaan yang matang. Namun ketika urusan mendadak maka mau tak mau harus dipesan dengan harga yang tidak masuk akal untuk sekali pergi. Sangat jarang konsumen memesan pulang-pergi, sebab harus mencari alternatif terbaik dan jeli memantau perkembangan harga tiket pesawat.
Sebagai pengguna jasa transportasi ini, saya beberapa kali dihadapkan dengan kesulitan mendapatkan harga tiket yang sesuai. Sehingga tak jarang membatalkan penerbangan walau mendesak sekalipun. Pun demikian, jika sudah membeli tiket pesawat, haram hukumnya dibatalkan.Â
Keluhan-keluhan mengenai mahalnya harga tiket bukanlah suara yang harus didengar. Bukan ranahnya pemerintah untuk mengakomodir perihal ini, lantaran dunia maskapai berada pada mekanisme pasar. Sehingga intervensi merupakan kecelakaan bagi sistem.
Melakukan perjalanan dan dari di timur membutuhkan biaya yang sangat tinggi hanya untuk membeli tiket pesawat.Â
Adanya  izin maskapai menaikkan harga oleh Kemenhub tentu akan mendorong harga tiket utamanya ke Timur yang sudah tinggi bakalan menjadi lebih tinggi lagi.Â
Jika biasanya harga normal seperti digambarkan di atas, maka mungkin akan melejit lagi hingga menciptakan standar harga tertentu.
Harus diakui bahwa tingginya harga tiket pesawat di timur khususnya di Maluku Utara disebabkan oleh beberapa faktor, yakni jarak tempuh, ketersediaan maskapai di mana hanya ada beberapa maskapai (Lion, Batik, Garuda) yang dalam sehari menyediakan 1-2 pesawat dan faktor ketersediaan bandara. Di mana hanya ada satu bandara standar nasional yakni di Bandara Babullah Ternate.
Namun, dengan kebebasan tersebut kenaikan harga tiket pesawat akan memicu adanya kenaikan-kenaikan harga tertentu. Multiplayer efek akan sangat dirasakan. Tiket pesawat sendiri menurut laporan BI 2022 merupakan salah satu penyumbang inflasi. (1)