Dalam periode tersebut di atas, ketika bandara sudah punya standar dan beberapa maskapai mulai melayani daerah timur, tren menggunakan kapal laut mulai turun dan beralih menggunakan pesawat terbang.
Dan, selama itu pula salah satu yang menjadi keluhan utama ialah mahalnya harga tiket pesawat. Rata-rata berada di angka 1.9-2.5 juta untuk pesawat semisal Lion, Batik, Sriwijaya, dan untuk pesawat seperti Garuda berada di angka 3-4 juta. Tentu ini sekali berangkat, bukan pulang pergi.
Harga ini memang berfluktuatif. Kadang naik kadang turun. Namun tidak pernah menyentuh angka 1 jutaan. Mentok-mentoknya 1,5 juta rupiah.Â
Rekor penurunan tarif terjadi pada masa pandemi Covid-19. Tiket pesawat turun drastis. Bahkan menyentuh angka 1 jutaan namun karena situasi saat itu, maka tak banyak aktivitas penerbangan dilakukan.
Saat ini setelah protokol kesehatan di longgarkan dan normalnya aktivitas penerbangan, harga tiket pun naik gila-gilaan. Bahkan sebelum kebebasan dari Kemenhub, harga tiket sudah menyentuh angka di atas dua jutaan. Kondisi yang sama sebelum era pandemi atau yang selama ini terjadi di Maluku Utara.
Dikutip dari traveloka.com, dalam bulan Agustus-September 2022, rata-rata harga tiket berada di atas 2-3 juta rupiah untuk semua maskapai dan kebanyakan transit di Makassar.
Harga ini bisa berubah namun tidak pernah turun. Baik pergi ataupun pulang. Sebagai contoh saya mencoba melihat harga tiket pada tanggal 22 Agustus atau seminggu dari hari ini.Â
Saya menemukan rata-rata harga tiket penerbangan sudah berada di angka 2.8 sampai di atas 3 jutaan rupiah dari Jakarta ke Ternate sebagai satu-satunya bandara nasional di Maluku Utara. Pun sebaliknya, harganya tak jauh berbeda.