Penumpang-penumpang yang berhasil selamat berpelukan hangat dengan keluarga yang sudah menanti sejak malam. Rasa sukur  dipanjatkan tak habis-habisnya.
Suara tangis tak jua berhenti kala keluarga tidak kunjung menemukan ayah, ibu, paman, bibi, adik atau sanak famili dalam rombongan yang selamat. Pagi itu menjadi suram. Ayah mencari anaknya, anak mencari orang tua, hingga suami mencari istri.
Duka mendalam baru saja terjadi. Keluarga yang tak kunjung ditemukan itu adalah korban yang dinyatakan hilang oleh Basarnas.
Cuaca masih tak mau bersahabat. Pencarian oleh tim SAR tak menemukan hasil selama dua hari. Kemarahan masyarakat dan keluarga pun memuncak. Berbondong-bondong mereka menyerbu pelabuhan Tokaka. Meminta kejelasan dari tim SAR yang sedang berlabuh karena kondisi cuaca buruk.
Penjelasan demi penjelasan tak diterima. Perdebatan di mulai dan sejurus kemudian batu-batu melayang ke kapal Basarnas. Kondisi genting itu membuat kapal melapas tali bandar dan tancap gas menghindari amarah warga.
Tindakan itu dilakukan lantaran warga menilai Basarnas lambat melakukan pencarian 13 korban yang hilang.
KEBAJIKAN DATANG TIDAK TERDUGA
Mr. Kurt Gegric dan Mrs. Alanah Bodeman tak menyangka. Keberadaan mereka di pulau Bacan membawa mereka melakukan kebajikan mulia hingga oleh masyarakat Gane Timur dianggap sebagai pahlawan yang tak akan pernah dilupakan.
Kedua warga asing yang berasal dari Jerman dan Swis ini merupakan penyelam dari Nabucco Spice Island Resort. Bersama  satu warga asing dan salah satu warga Bacan, Moris, dan  yang berstatus sebagai pegawai di Kabupaten Halmahera Selatan, merekan melakukan sebuah kebaikan yang tidak ternilai.
Sejak kehadiran ketiganya di lokasi tenggelamnya KM Cahaya Bahari, satu persatu korban berlahan di temukan. Pengalaman mereka di dunia diving sangat membantu proses evakuasi korban dari dasar laut.