Perkenalan singkat kami lalukan namun tidak membangun obrolan secara gamblang. Aku harus pulang lantaran panggilan untuk sarapan.Â
Dan kagetnya, selama hidup aku baru pertama kali di jamu makan dengan menu sederhana tapi sangat nikmat. Makan tiga hari sehari, yang kadang membuat kami makan sampai mengeluh.
Salah satu makanan yang menjadi favorit ialah makanan yang terbuat dari singkong. Sebuah makanan olahan yang diolah hingga mirip seperti beras. Saya lupa namanya, tetapi menu ini selalu di sajikan selama kami berada di sini.Â
Tak lupa selama tiga hari pula, kopi selalu disajikan ke mana pun saya bertamu. Sebuah budaya ngopi yang sangat hangat.
Hari-hari berikutnya saya berkenalan dengan banyak warga, salah satunya Pak Agus yang biasa di sapa Pak RT.Â
Bersama Pak RT, saya mengetahui banyak hal, terutama perihal bertani, geografis desa hingga budaya.
*
Malam kedua, Pak RT serta dua warga datang bertamu. Obrolan hangat kami lakukan utamanya perihal kebudayaan antara timur dan barat. seperti memancing, ikan, makanan hingga sistem pertanian. Bagian pertanian ini kemudian membawa kami pada diskusi yang panjang.
Saat ini memasuki musim kemarau, warga memilih menanam tembakau. Sawah-sawah yang sebelumnya ditanami padi digarap kembali lalu di tanami tembakau. Tembakau-tembakau ini nantinya akan memenuhi semua petak sawah di desa ini.
"Kalau musim kemarau saat ini nanam tembakau," ujar Pak RT sembari menggulung tembakau hasil panen lalu yang dibubuhi cengkih dan kemenyan. Rokok yang bagiku sangat unik lantaran dibubuhi kemenyan. Dan baruku temukan di desa ini.