Alhasil, untuk menemukan satu atau dua orang yang benar-benar punya tujuan yang sama sangatlah sulit.
Tantangan berikutnya membangun rumah baca di desa ialah dukungan dari warga desa, perangkat desa hingga tokoh adat. Â Apatis adalah wujud terdepan.
Terkadang kami dalam melakukan sosialisasi sering menjumpai banyak penolakan walau menggandeng mahasiswa dari desa itu sendiri.Â
Bagi mereka, anak-anak lebih baik membantu para orang tua di dapur atau kebun ketimbang belajar yang belum tentu dapat menghasiljan.
Tak jarang pula banyak penolakan hadir dari mahasiswa. Mereka menggangap pendirian rumah baca sebagai sebuah kendaraan politis hingga membangun citra diri.
Padahal, pendirian rumah baca di setiap desa dapat mendorong iklim pendidikan dan literasi yang pada akhirnya menciptakan dinamika pendidikan yang berkualitas.Â
Oleh karena itu, membangun kesadaran literasi sangat penting dimiliki semua orang agar kemajuan pendidikan khususnya di desa dapat diwujudkan secara bersama. (sukur dofu-dofu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H