Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Memanfaatkan Sampah Plastik

11 Oktober 2021   15:48 Diperbarui: 12 Oktober 2021   11:04 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hampir sebulan ini, mata saya terperangah melihat begitu banyak sampah plastik yang mengotori lautan. Baik di pinggiran hingga ke tengah laut yang kadang menjadi kendala bagi pelaku usaha speedboat dan jenis pelayaran lain.

Sampah ini merupakan sampah kiriman yang terbawa arus laut dan hasil dari perilaku membuang sampah sembarangan oleh warga kota. 

Upaya edukasi untuk tidak membuang sampah ke laut rupanya masih minim pengaruhnya. Perilaku membuang sampah ke selokan, sungai mati (kali mati), dan laut masih terus dilakukan disamping kontribusi sarana dan manajemen sampah di kota yang belum memadai.

Program pembersihan sampah plastik di pinggir pantai dan tengah laut menggunakan perahu motor yang dilakukan oleh beberapa komunitas walaupun memberikan angin segar atas kepedulian anak muda terhadap permasalahan sampah plastik akan tetapi tidak berimbang efeknya secara agregat.

Sampah plastik masih memenuhi lautan. Sebuah konklusi dari pernyataan PBB bahwa Indonesia adalah salah satu penyumbang sampah plastik besar dari 400 juta ton sampah plastik di dunia dengan 150 juta berada dilautan. Tak main-main, Indonesia berada di urutan kedua dunia (World Economic Forum, 2020).

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Kehadiran sampah plastik tentu memberikan efek fatal pada pada perairan laut tak terkecuali Indonesia. Sudah banyak kasus ditemukan di mana banyak habitat rusak. Bahkan, tak jarang kita disuguhi laporan bagaimana spesies semisal paus mati karena sampah.

Spesies maupun habitat tersebut akan terus menghadapi situasi tersebut jika tak ada kesadaran dari diri sendiri dan dukungan berbagai program yang harus disenergikan. Pemerintah juga harus berupaya menekan penggunaan bahan plastik sebagai wadah produk dan diganti dengan bahan ramah lingkungan.

Di samping itu, perilaku manusia juga harus terus diedukasi lewat berbagai intervensi ketat agar hal semacam ini dapat diminimalisir demi kemaslahatan lingkungan di masa depan.

*

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Fenomena sampah plastik yang dibuang sembarangan membuat beberapa dari kami melakukan gerakan. Terutama ketika melihat banyak sekali sampah plastik dibuang ke selokan, jalan dll di lingkungan keluharan tempat kami tinggal di Kota Ternate.

Gerakan tersebut yakni mengumpulkan sampah plastik tersebut dan memanfaatkan botol, wadah minuman, dan kantong kresek sebagai wadah tanaman ketimbang mengeluarkan biaya membeli polyback. 

Hari demi hari kami kumpulkan. Baik dari lingkungan sendiri hingga ke luar lingkungan. Ke manapun kami berkunjung, kami tak luput memungut sampah tersebut untuk dibawa pulang.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Sampah plastik yang terkumpul kemudian dibersihkan, membuka label produk, dipotong menjadi dua bagian, lalu di lubangi. Tak terhitung jumlah yang sudah kami persiapkan.

Setelah tahapan persiapan selesai, proses penyemaian tanaman dilakukan. Tanaman tersebut yakni holtikultura, seperti kangkung, pakcoi, seledri, dan beberapa tanaman pangan penting bagi rumah tangga yakni cabai, tomat, dan bawang. 

Pemilihan komoditi ini bagian dari mendukung pangan penting. Di mana pangan ini kebanyakan didistribusikan dari luar provinsi. Secara tidak langsung langkah yang dilakukan adalah upaya mendukung menanam dari pekarangan dan memanfaatkan pekarangan di kota yang sempit.

Setelah beberapa hari penyemaian, tak lupa proses pembuatan pupuk dari bahan bekas sampah makanan juga dilakukan. Sehingga makanan sisa dapur tersebut tak terbuang sia-sia. Gerakan pupuk organik juga diterapkan.

Penanaman yang kami lakukan menggunakan dua metode, yakni di isi air, semi hidroponik, dan menggunakan tanah.

Hasil penyemaian tersebut kemudian di isi ke wadah tanam yang sudah disediakan. Proses ini masih terus berlanjut. Sampah plastik yang kami temukan dikumpulkan kemudian dijadikan wadah tanam.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Proses yang kami lakukan sudah berjalan hampir sebulan. Dan, ketertarikan beberapa warga terutama di lingkungan mulai giat. Beberapa anak muda kemudian ikut menanam di rumah masing-masing dengan pendampingan ketat yang dilakukan oleh beberapa teman.

Walaupun tak memberikan kontribusi secara langsung tapi proses kecil ini lambat laun memberikan dampak. Masyarakat di tempat kami tinggal pada akhirnya ikut mengumpulkan sampah plastik tersebut untuk diberikan kepada kami. Sebagaian mereka jual ke pengepul barang bekas.

Hingga kini, kegiatan ini berjalan dengan lancar. Sebuah langka terintegrasi atas dasar keprihatinan dari krisis sampah plastik dan mendukung ketahanan pangan serta langkah wujudkan lingkungan dan hidup sehat.

*

Krisis sampah plastik adalah permasalahan krusial yang hampir tak mencapai solusi tepat. Berbagai kebijakan rupanya masih tak berjalan karena rendahnya perilaku membuang atau memanfaatkan sampah plastik.

Walaupun begitu, banyak hal bisa dilakukan tanpa menunggu komando atau regulasi yang mengikat. Langkah tersebut yakni dari diri sendiri.

Membangun kesadaran tak hanya melalui ucapan atau berteori di media. Perlu ada kesinambungan antara ucapan dan aksi yang pada akhirnya mungkin sedikit memberikan kontribusi pada kesadaran. 

Kesadaran diri adalah proses penting mendukung dan menciptakan lingkungan yang sehat. Langkah kecil berdampak besar. (Sukur Dofu-Dofu).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun