Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Potensi Produksi Kenari di Maluku Utara

24 Agustus 2021   09:40 Diperbarui: 24 Agustus 2021   14:06 3499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kacang kenari tumbuh subur di Maluku Utara, namun paling banyak berada di Pulau Makian ketimbang di Halmahera. 

Kualitasnya nomor 1, bijinya besar-besar dengan rasa yang gurih. Hingga komoditi satu ini menjadi identitas sosial suku Makian (Makeang), suku terbesar dari beberapa suku. Identitas tersebut melekat kuat ke mana pun suku ini berada. 

Kenari menjadi sumber pendapatan bagi kehidupan masyarakat suku Makian turun temurun. Bahkan dalam kultur politik, kenari ibarat simbol dari dukungan kepada kandidat. Simbol-simbol seperti pilih kenari atau kenari harus bersatu adalah sekian jargon yang tersematkan.

Belum jelas asal muasal kenari ini dikarenakan berbagai klaim. Tetapi berbagai sumber mengarah kepada ekspansi VOC dalam memonopoli rempah-rempah di pulau tersebut karena tidak dapat membendung laju perdagangan cengkih.

Di era itu, cengkih terbaik berasal dari pulau ini dengan jenis Sansibar dan menjadi buruan portugis dan VOC. 

VOC melihat ini sebagai sebuah persaingan, alhasil pada periode 1652-1654 terjadi penebangan besar-besaran cengkih atau lebih dikenal dengan pelayaran hongi atau hongitochten. Yang kemudian menggerakan masyarakat suku Makian menebang pohon cengkih dan dijual dari akar hingga batang lalu VOC menggantinya dengan kenari. (1)

Sejak saat itulah kenari menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat hingga saat ini. Setiap kebun milik warga di 15 desa di pulau ini terdapat satu atau dua pohon.

Sayangnya, kenari hanya menjadi tanaman jarak. Tumbuh sendiri atau sengaja di tanam sebagai batas kebun. 

Kebanyakan pohon kenari saat ini berusia diatas tiga puluh tahun. Tak ada regenerasi dan tanpa perhatian ke arah usaha tani.

Walau sebagai sumber pendapatan, kenari tidak dianggap sebagai sumber potensial pendapatan oleh warga. Tak jarang pohon-pohon kenari ditebang sebagai alternatif kayu bakar atau diganti dengan tanaman lain.

Hal ini kemudian menciptakan kelangkaan akibat hasil produksi yang tidak produktif, distorsi harga pun terjadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun