Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Uniknya Syukuran Khatam Quran di Maluku Utara

25 Mei 2021   20:35 Diperbarui: 15 April 2022   21:19 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Uniknya Syukuran Khatam Qur'an. Dokpri

Di berbagai daerah proses syukuran khatam qur'an dilaksanakan berbeda-beda. Tak terkecuali di Maluku Utara di mana proses khatam qur'an selalu dilaksanakan dengan unik. 

Setiap daerah dan suku di Maluku Utara melakukan proses ini berbeda-beda. Namun kurang lebih sama yakni mengaji di Masjid beramai-ramai yang di awali dengan beberapa surat dari Juz Amma dan diakhiri dengan pembacaan doa Khtam Qur'an dan beberapa doa lain.

Perbedaannya ialah proses masyarakat melakukan syukuran katam Qur'an. Di mana masing-masing daerah memiliki keunikan masing-masing.

Proses mengaji Khatam Qur'an biasanya dilaksanakan pada malam ke enam atau ke tujuh setelah lebaran atau setelah puasa swayal enam hari.

Khatam Qur'an sendiri adalah bagian dari proses syukuran setelah menyelesaikan beberapa khatam saat bulan ramadahan. Yakni tadarausan. 

Setiap selesai lebaran akan dilakukan acara syukuran atas usaha menghatamkan Al-Qur'an yang di baca ; tadarus, pada saat ramadhan. Pada intinya ini di rayakan berjamaah.

Di Maluku Utara, proses khatam Qur'an dilaksanakan pada malam hari setelah shalat Isya. Jika sudah hari akan digelar khatam qur'an maka masyarakat yang ada di desa wajib turut serta meramaikan.

Di desa saya, Mateketen, Kabupaten Halmahera Selatan, setiap kali akan diadakan khatam Qur'an, pada hari itu warga tidak melakukan aktivitas berat seperti berkebun.

Mereka akan menyiapakan makanan yang disebut ayami ; lauk pauk. Setiap rumah diwajibkan menyiapkan ayami untuk disajikan bagi para pria yang melakukan pengajian di masjid.

Ayami ini tidak sembarang disajikan. Ada pola atau pemberitahuan dari Badan Sara ; Badan Tamil Masjid. Terutama pada makanan semisal nasi. 

Jika badan Sara menginfokan bahwa ayami tahun ini adalah Jaha ; Ketupat berbentuk panjang. Maka semua masyarakat harus menyajikan Jaha. Pun jika Badan Sara mengumumkan nasi kuning maka semua wajib menyajikan nasi kuning.

Info yang diterima ini langsung dipahami masyarakat karena sudah dilaksanakan turun temurun. Setiap masyarakat desa sudah hafal betul. Sementara untuk lauk pauknya bebas, bisa ayam, bisa ikan dll.

Jumlah perumah hanya satu piring jaha beserta ayami. Uniknya setiap rumah yang ingin menyajikan makanan enak seperti ikan langsung berbondong-bondong memancing. Pun dengan lauk lain. 

Segala persiapan seperti bahan dasar Jaha hingga ayami di persiapkan pagi hari. Para pria biasanya langsung memanjat kelapa untuk mengambil daun muda pada pagi hari. Setelah itu mereka memancing atau menangkap ayam untuk di potong dan dibersihkan.

Sementara para ibu, di pagi hari biasanya menyiapkan segala bumbu-bumbu yang diperlukan untuk memasak. Setiap rumah sibuk mempersiapkan ayami untuk acara syukuran ini.

Barulah pada sore hari, asap-asap dapur mengebul dihampir setiap rumah. Di sini masih banyak yang menggunakan kayu bakar dan tungku. Penggunaan minyak tanah walaupun intens tapi belum menggantikan pemakaian kayu sebagai bahan bakar perapian.

Asap dapur yang sudah mengebul pertanda para ibu telah memasak. Bau aroma tercium di setiap rumah. Seakan menjadi pewangi di setiap sudut rumah.

Dalam proses memasak ini, anak-anak kecil paling gembira. Mereka selalu memberi kabar kepada anak-anak lain bahwa di rumah mereka memasak makanan enak.

Tentu kabar-kabar ini di save oleh anak-anak, remaja hingga bapak-bapak. Artinya mereka akan menandai bahwa sebentar malam pada saat pengajian mereka akan duduk di susunan piring dari rumah. Sebuah kelucuan yang mengiringi prosesi perayaan.

Sebelum turun ba'dah Isya masyarakat sudah meletakan hasil ayaminya di ruang tamu. di mana komposisinya terdiri dari satu piring Jaha, Satu piring nasi kuning putih, satu piring ayami, dua air mineral dan satu loyang.

Setelah beduk masjid dibunyikan dan pengumuman di masjid oleh badan sara, maka masyarakat kemudian mengangkut ayami tersebut ke masjid. Suasana begitu ramai, setiap masyarakat terlihat ramai menenteng makanannya ke masjid. 

Uniknya, yang mengantarkan makanan kebanyakan laki-laki ketimbang para ibu-ibu. Baik anak remaja maupun bapak-bapak.

Semua makanan ini kemudian disusun memanjang di halaman masjid. Di susun rapi di mulai dari posisi imam masjid, badan sara,tokoh adat dan pemerintah desa. Barulah masyarakat biasa.

Setelah semua makanan sudah siap. Maka para pria kemudian mengambil tempat. Lucunya banyak yang berburu lauk-lauk enak terkecuali para imam, badan sara hingga toko adat.Sehingga banyak yang berpindah-pindah tempat.

Terkadang masyarakat yang dapat lauk enak semisal ayam opor namun karena kondisi gigi yang tak mendukung akhirnya memilih bertukar ayami dengan orang disebelahnya. 

Banyak sekali kelucuan sebelum acara syukuran dimulai. yang pada intinya merupakan bagian yang luar biasa dari pruralisme kebudayaan.

Acara pengajian akan dimulai ketika semua susunan piring sudah di isi oleh masyatakat. Pengajian berkisar sejam. 

Setelah selesai, masyarakat belum langsung menyantap hidangan. Tetapi masih ada penyampaian atau kultum dari para pemuka agama ataupun imam. Isinya tentang rencana dan himbauan yang berkaitan dengan agenda masjid dan kemsyarakatan. Terutama larangan-larangan soal miras dll.

Menyantap ayami. Dokpri
Menyantap ayami. Dokpri
Selanjutnya barulah masyarakat menyantap hidangan tersebut. Namun sebelum menyantap ada sedikit komando dalam bahasa Ternate digabung dengan bahasa suku kami. Saya lupa bagaimana bahasanya namun setelah keluar suara "Jou Mo; silakan makan" oleh Imam Masjid, maka prosesi makan-makan dilaksanakan.

Acara ini akan selesai sekira sejam kemudian. Masyarakat yang datang kemudian mengangkut piring-piringnya ke rumah masing-masing.

Setiap daerah memiliki prosesi berbeda-beda terutama penyajian makanan. Di Ternate misalnya, sebagai kota pusat aktivitas baik ekonomi, politik dan sosial, proses perayaan khataman qur'an jauh berbeda dengan yang ada di desa.

syukuran khatam Qur'an di salah satu kelurahan di Ternate. Dokpri
syukuran khatam Qur'an di salah satu kelurahan di Ternate. Dokpri
Di Ternate, proses perayaan khatam Qur'an diawali dengan surat undangan kesetiap rumah yang disiapkan oleh Badan Ta'mil Masjid. Sementara makanan, kebanyakan disiapkan oleh ibu-ibu majelis Ta'lim yang dipusatkan di satu rumah.

Setelah selesai Ba'dah Isya barulah makanan tersebut diangkut oleh para jamaah atau remaja masjid. Tidak ada spesifikasi makanan apa yang harus disajikan layaknya di Desa. Pun dengan jumlah yang hadir, tidak semua masyarakat hadir untuk sukuran khatam Qur'an. 

Antara desa dan kota memang terjadi perbedaan dalam acara syukuran khatam Qur'an. Karena perbedaan budaya hingga elaborasi kebudayaan. Walaupun begitu, setiap tahun masih selalu dilaksanakan dengan penuh hikmat dan cerita-cerita. (sukur Dofu-dofu).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun