Pertama, diwisudanya mahasiswa merupakan bagian dari proses rasa syukur. Para orang tua biasanya paling bangga anak-anak mereka sudah menyelesaikan pendidikan tinggi dan memiliki gelar.Â
Untuk mensukuri keberhasilan tersebut maka para orang tua akan menggelar acara makan-makan dan mengundang keluarga, tetangga hingga teman-teman dari anaknya untuk datang dan menikmati hidangan yang telah disiapkan.
Kedua, berkumpulnya keluarga dan ajang silaturahmi. Ini adalah pokok penting yang menurut hemat saya paling menyentuh. Keluarga yang domisilinya jauh dan jarang bertemu akan datang dan berpartisipasi membantu memasak serta menyiapkan segala hal untuk acara nanti.
Disela-sela itu, ada canda dan tawa yang mengiringi. Para ibu-ibu, remaja perempuan selalu melempar candaan ketika memasak di dapur. Bertanya kabar dan berbagi segala hal. Sementara para bapak menikmati kopi di depan sembari berceritra. Sesekali sibuk mengurus tenda atau pekerjaan yang membutuhkan tenaga besar.
Anak-anak kecil pun tak tinggal diam. Mereka seakan tau porsi mereka. Bermain dan meramaikan suasana sehingga seisi rumah menjadi hidup.Â
Momen seperti ini sungguh jarang terjadi. Keramaian dan kehangatan begitu kuat tercipta.
Ketiga, memberitahukan dan memotivasi mahasiswa lain agar cepat wisuda. Digelarnya acara wisuda adalah bagian dari memberitahukan kepada tamu undangan bahwa anak-anak mereka sudah wisuda.Â
Ini proses yang juga penting terutama bagi orang tua. Banyak harapan dan doa yang mengiringi. Agar anak-anak mereka bisa sukses di masa depan.
Selain itu, proses ini juga bagian dari memotivasi para mahasiswa lain terutama teman-teman si wisudawan agar secepatnya menyelesaikan kuliah. Kondisi ini bagi saya cukup berpengaruh.
Jamuan makan siang sudah menjadi budaya di Maluku Utara. Bahkan hari wisuda adalah harinya menggantung panci. Istilah yang selalu diutarakan menjelang proses wisuda mahasiswa.