Pulau itu sejengkal lagi tenggelam. Eksostisme dan keindahannya sirna termakan laut. Pasir putihnya yang manja kini kasar dirayu ombak. Hilang entah kemana. Pohon-pohon rimbun yang menghiasi Pulau, hidup tak segan mati tak mau.
Pulau bernama Pagama yang terletak Kabupaten Sula ini, menjadi salah satu pulau yang terancam hilang karena abrasi  dan sebab lainnya.
Padahal, pulau cantik ini merupakan salah satu destinasi favorit yang sering dikunjungi wisatawan.Â
Perlahan hilangnya pulau ini mendapat tanggapan sangat serius oleh semua pihak. Mereka berbondong-bondong "mengkritisi" kebijakan pembangunan dan ketidakpedulian pemerintah daerah.Â
Sasaran kritik pada pembangunan yang ditengarai berasal dari reklamasi hingga menyebabkan abrasi menjadi tajuk utama Deforestasi. Bahkan di media lokal; cetak maupun online, ramai pemberitaan soal ini.
Beberapa pekan kemudian, digalakkan gerakan menanam magrove oleh gabungan komunitas, LSM, wartawan, mahasiswa dll. Mereka kemudian menuju pulau tersebut menuju pulau Pagama.Â
Bibit magrove itu sekira 100 pohon. Diangkut menggunakan kapal lalu di tanam di sisa pasir pada pulau tersebut. Namun, langkah tersebut dianggap banyak pemerhati dan ahli sebagai langkah fatal. Lantaran penanaman magrove tidak sekedar menanam.Â
Dari proses pengangkutan hingga penanaman dianggap salah. Sebab magrove butuh pengangkutan khusus. Dan karaktere lokasi harus sesuai dengan tumbuhnya mangrove. Pada kesimpulannya, pohon mangrove tidak bisa ditanam disitu.