Terpakulah saya di atap kapal, sungguh indah dan menakjubkan. Ikan-ikan di sini sungguh banyak.Â
Pantas saja, nelayan-nelayan dari dalam dan luar Maluku Utara datang menangkap di sini. Benar kata orang, Tanjung Gorango sungguh potensial.
Saya jadi ingat, cerita seorang mantan bendahara perusahaan BUMN yang berjaya di era 80-90-an saat bertandang ke rumahnya.Â
Tanjung Gorango menjadi penghasil Tuna, Cakalang, dan Tongkol (TCT) yang membuat jaya namanya, bahkan membuat kaya BUMN yang beroperasi.Â
Beliau, bertutur bahwa saat ia akan ke mana-mana harus dikawal apalagi ke bank karena banyaknya Rupiah yang dihasilkan.Â
"Di zaman itu, milayaran per bulan kita dapat," ungkapnya
Penjualannya menembus pasar Eropa, Sementara pasar tujuan utama ialah Jepang, Cina dan Thailand. Selebihnya memenuhi permintaan domestik.
Ikan-ikan pun memiliki bobot di atas tiga kilogram per ekor. Hampir saja saya menumpahkan kopi dari mulut. Sebab, beberapa hari kemarin ukuran ikan yang saya ukur hanya berbobot 1,5 kilogram per ekor.
Akhirnya penelitian Apituley (2018) yang sempat saya baca dapat dipercaya. Penemuannya tentang ukuran terbesar ikan cakalang di perairan ini ialah di atas tiga kilogram.Â
Hari ini, proses pemancingan dilakukan hingga sore hari. Ikan yang dihasilkan tak memenuhi target. Kami pulang dengan sedikit raut kekecewaan. Hasil tangkapan hanya cukup menutupi hutang operasional kepada perantara.Â
Ukurannya hanya 0.5, tak sampai 1 kilo. Artinya, hanya delapan ribu Rupiah per kilo.Â