Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ironi Kehidupan Nelayan Cakalang akibat Tambang di Kepulauan Obi

8 Maret 2021   03:29 Diperbarui: 8 Maret 2021   11:14 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hujan ikan cakalang jadi salah satu momen yang diperoleh dalam memancing ikan secara tradisional oleh nelayan di Ternate, Maluku. Ikan dipancing hanya dengan bilah bambu (Sumber: otomotif.kompas.com)

Saya menikmati menu sederhana ini sembari ditemani lantunan lagu Imam S Arifin. Nyayian ombak di kolong warung menjadi pelengkap sembari pikiran melayang jauh. Aih kalau saya makan sepotong ikan ini di Jepang, pasti harganya melangit.

Sementara itu, dua nelayan masuk dan memesan kopi lalu duduk di hadapan saya. Nampak mimik wajah sedikit geram, "Apanya yang sejahtera, ikan saja sudah susah, harga tak naik-naik. Mungkin mereka mau kita tidak usah memancing lalu pindah kerja ke di tambang", ucap salah satu dari mereka yang membuatku melongo. 

Ada apakah ini? Gumam dalam hati.

**

"Cakalang hari ini harganya 11 ribu per kilo"

Saya tertunduk, merasa bersalah atas pertanyaan yang ku ajukan pagi buta ke seorang bendara kapal. Matahari belum pecah dan ia juga belum menyeruput kopi, sudah ku cecar berbagai pertanyaan metodeis.

Harusnya saya bertanya "bisa berapa ton ditangkap hari ini" dan bukan soal harga yang sekali-kali bikin geram nelayan.

"Nanti, habis memancing baru dibahas", katanya sembari menuju ke geladak kapal.

Yap. Pagi ini saya ikut kapal nelayan dan tanpa sadar sudah berada di Tanjung Gorango (bahasa lokal ialah Tanjung Hiu)

Di balik teropong, saya lihat rumpon-rumpon dikerubungi ikan-ikan. Kapal-kapal berdatangan, pemancing siap siaga; huhate, ikan teri dan alkon disiapkan. 

Ketika pandangan menengok ke kapten di balik kemudi, ia begitu sigap mengarahkan kapal ke kerumunan ikan, memacu kapal agar berada tepat di gerombolan ikan. 

Umpan ditebar, alkon dihidupkan, dan huhate berserta kali dimainkan. Terbanglah ikan-ikan menghantam geladak. Satu demi satu hingga tak terhitung. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun