Akan tetapi, tidak segampang yang dibayangkan. Sebab, usulan tersebut kadang relevan kadang tidak relevan. Sehingga dalam proses penentuan masih harus dilakukan study hingga penelaah lebih mendalam.Â
Proses penyaringan disandarkan pada kondisi yang mengikat dan cenderung urgen. Ada metode yang menjadi sandaran tiap-tiap lembaga. Tentu baik usulan atau keinginan masyarakat hingga sampai ke pemangku kepentingan, sama-sama berharap kebijakan yang dikeluarkan bida bermanfaat alias tidak bikin ribet.
Kedua, menyatukan berbagai gagasan tidaklah muda
Menyatukan gagasan dan usulan dari berbagai daerah di Indonesia tidaklah muda. Sebab, dari ribuan keperluan ini harus diturunkan menjadi satu gagasan umum yang diterima semua orang.
Ada ratusan lembaga dalam satu struktur dengan ratusan kepala yang terlibat. Maka bayangkan saja bagaimana ini di modelkan menjadi seimbang.Â
Di dalam game di atas tergambar jelas. Mahasiswa dari berbagai daerah membawa kepentinganya masing-masing yang disandarkan pada kondisi geografis, ekonomi,sosial dan budaya daerah.
Pada perjalannya,terdapat berbagai perdebatan yang klimaks. Walau pada akhirnya lahir sebuah kesimpulan dengan diterima atau tidak diterima tetap harus dijalankan. Yang pada kondisi nasional kadang disebut kebijakan nasional, kementrian dll. Daerah hanya siap mengimplementasikan.
Tiga, tantangan intetnal dan external
Tantangan internal dan eksternal selalu menghantui setiap proses pembuatan kebijakan. Dalam kondisi internal, ada berbagai tantangan yang diperoleh. Utamanya, intervensi pihak luar ke pihak dalam untuk merancang atau menghapus sebuah kebijakan.Â
Di akhir game kebijakan, sang dosen dengan blak-blakan mengungkapkan bahwa hal yang paling menganggu jalannya rancangan sebuah kebijakan adalah intervensi luar; olirgarki, terdahap internal sebuah lembaga.
Banyak kepentingam yang masuk menghantui dengan tujuan melegalkan dan memuluskan kepentingan beberapa pihak. Apalagi jalan mulus ke internal ini memakai perahu politik yang sangat kuat.