Di masa sekarang, hanya tinggal beberapa dari mereka yang masih mempraktekan hasil perdagangan seperti ini. Selebihnya sudah tidak melakukan perjalanan karena keterbukaan akses dan kemajuan sistem perdagangan seperti online.
Ketenaran dan keunikan kerajinan satu ini disebabkan beberapa faktor, pertama nilai histrois, kedua fasion fasion dan yang ketiga paradigma masyarakat yang sering menggangap kerajinan satu ini sebagai pelindung diri bahkan sebagai obat beberapa penyakit. Walau, pada konteks ilmiah belum bisa dibuktikan sama sekali.
Lantas Bagiamana Kerajinan besih putih itu Sendiri?
Bongkahan alutsista ini sendiri berada di Kabupaten Kepulauan Morotai. Di sini, pada Perang Dunia II merupakan pangkalan terbesar kedua milik Amerika dibawah komando Jendral Douglas Mc. Artur.
Douglas Mc. Artur sendiri memiliki banyak peninggalan yang masih ada hingga kini dan oleh Pemda dipugar seperti Pemandian Air Mc. Artur hingga Patung Mc.Artur di pulau Bere-Bere.Â
Pangkalan ini digunakan oleh Amerika dan Sekutu ; Australia dan Belanda periode 1944-1945 dalam menjalankan strategi "Lompat Katak" menaklukan Filipina (Baca: Kompas.com).
Setelah meningglkan Morotai, sisa alutsista yang digunakan sebagian ditinggalkan. Seperti Tank, senjata berat, pesawat, panci, gelas, selongsing peluru dll inilah yang menjadi bahan utama pembuatan kerajinan besi putih yang terjamin anti karat.
Puing-puing ini diambil oleh pengrajin baik dari masyarakat lokal hingga luar. Bahkan dalam beberapa cerita, para pengrajin bahkan menyelam hingga ke dasar laut untuk mengambil besi dari bangkai pesawat dan lain-lain.
Dari puing alutsista inilah kemudian diubah menjadi benda atau survenir bernilai seperti cincin, gelang, kalung dan lain-lain. Dari sini kemudian di pasarkan ke dalam dan luar daerah salah satunya Kota Ternate di mana terletak pusat kerjainan besi putih terbesar.
Artefak serajah sebagai bahan utama kerajinan ini saat ini sudah mulai di perhatikan oleh Pemda Mororai, sekira 10 tahun setelah pemekaran.