Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Berpikir Langit, Bersikap Bumi

19 Desember 2020   23:55 Diperbarui: 21 Desember 2020   12:02 1370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ia telah memberikan contoh bahwa "pada garis inilah, orang-orang berjuang dengan kesabaran, ketekunan demi impian yang dicapai".

Ia mampu menerapkan manajemen sederhana dalam kehidupannya. Menyisihkan sedikit demi sedikit. Manajemen pengelolaan keuangan yang tak pernah diajarkan di kampus sana. Selain itu, ia jalani penuh sabar dan Ikhlas.

Musa si Tuna Netra Penombak Ikan.
Ia Musa, sekarang umurnya mungkin 40-an dan tak lagi menombak ikan. Ia sudah berada di Ternate, tinggal di salah satu sanak keluarganya di Keluarahan Santiong.

Dulu, pria ini sangat lihai menombak ikan saat air asing mulai pasang. Musa hanya berpijak di atas karang yang menonjol tanpa alas kaki. Di tangannya ia memegang tombak bermata tiga yang terbuat dari besi yang ia tajamkan di depannya.

Setiap jam dua belas siang, ia berdiri diam tak bergerak. Matanya lincah memerhatikan setiap gerakan ikan yang masuk dan terkurung di karang dangkal. 

Jika sudah melihat kerumunan ikan, tak segan-segan ia melemparkan tombak. Begitu seterusnya hingga air mulai bergerak naik. Hasil dari berburunya kadang ia jual kadang ia bawa pulang.

Musa adalah satu dari dua remaja yang mengalami kendala fisik yakni bisu dan tuli. Selain dia ada Arifin, si penghafal Qur'an (Di bahas pada artikel berikut). Mereka kerap di-bully oleh warga kampung. Terutama anak-anak seusia saya waktu itu. 

Namun satu yang saya pelajari terutama Musa ialah sosoknya begitu sederhana dan pandai bergaul. Berapapun olokan yang saya sendiri tak tau pasti ia paham atau tidak, ia tak peduli.

Kesehariannya membantu para warga. Mengambil kayu, menimba air, membersihkan mesjid, selokan dll. Bahkan acara di desa tetanggapun tak segan ia datangi. Membantu secara sukarela.

Di tengah keterbatasan itu, ia punya peduli besar pada pendidikan utamanya sekolah dan menimbah ilmu agama.

Setiap jam 10 pagi ia berkeliling desa, sembari memegang sebuah rotan. Anak-anak yang ketangkap bolos ia kejar hingga ke rumah. Tak segan-segan ia menjewer kami lalu membawa kami kembali ke sekolah. Sementara di malam hari ia berkeliling ke setiap pojok gang memastikan tak ada anak-anak yang keluar lebih dari pukul 10 malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun