Sorot mata Julfikri nampak nampak kosong. Sesekali tatapannya diarahkan kedepan pintu rumah sakit. Lalu kembali kosong, termenung.
Kopi yang di pesannya sedari tadi dibiarkan mendingin seiring pergerakan sunyinya malam menuju fajar.Â
Ketika saya datang, Ia terkejut. Sebab tanpa memberi kabar terlebih dahulu, saya mengunjunginya.Â
"Â Eh abang, sendiri?" tanya Iki sapaan akrabnya.
"Ia sendiri. Tadi dapat kabar dari teman-teman sekaligus liat story di Facebook,". Jawabku sembari memesan segelas kopi kapal api yang diseduh secara tradisional menggunakan air panas dari termus.
"Bagaimana keadaan ibu?" tanyaku.
"Masih lemas abang. Barusan ambil darah. Mungkin besok sudah ketahuan penyakit apa," Jawabnya.
"Semoga Ibunda secepatnya di sembuhkan penyakitnya oleh Allah SWT,". Ujarku.
Malam itu, kami  isi dengan mengobrol panjang lebar. Saya pamit menjelang adzan sholat Subuh dikumandangkan.
Setelah pertemuan tersebut, saya selalu menyempatkan waktu mengunjunginya, mengobrol dan menguatkan agar Ia bersabar menghadapi cobaan.