Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Demi Layanan Kesehatan, Laut pun Ditantang

20 November 2020   23:22 Diperbarui: 23 November 2020   08:12 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu proses pelayanan. Dok. Yadi Habib

*

Dok. Hairil Sadik
Dok. Hairil Sadik
Cerita tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan di pulau atau wilayah-wilayah pesisir di Indonesia patut diapresiasi. Mereka bertaruh nyawa demi sebuah pekerjaan mulai yakni melayani dan memberikan kesehatan pada masyarakat.

Cerita Pusling laut juga datang dari Kabupaten Kepulauan Morotai Provinsi Maluku Utara. Kabupaten yang terletak tepat di bibir laut pasifik ini merupakan kabupaten yang memiliki banyak desa-desa di pulau selain Halmahera Selatan. Kondisi geografis yang berhadapan langsung dengan Laut pasifik memiliki  gelombang laut tinggi. 

Hairil, salah satu kompasianer yang turut menjadi relawan kesehatan menceritakan, setiap kali mereka mengunjungi pulau-pulau terluar di Morotai tak pernah sekalipun berjalan mulus.

Mereka dihadapkan dengan gelombang laut yang haibat di mana gelombang laut pasifik terkenal ganas walau tidak musim ombak sekalipun. Body atau speed boat atau yang mereka tumpangi seakan tak memiliki arti, sering kali hampir kalah dengan hantaman gelombang.

Ia pernah berujar beberapa kali kunjungan ke desa seperti Cio Maleleo, Cio, Kupa-kupa atau Bere-Bere dan beberapa pulau terluar lainya, membuat mereka hampir kehilangan nyawa.

Saya masih mengingat pesan teks yang ia kirimkan saat ia sedang berada diatas speed boat menuju Cio Maloleo, Pesan itu berbunyi. "Ampun air masuk semua dalam speed boat, ombak hantam dari samping, hampir tapalaka (terbalik). Air juga masuk full. Untung mesin tidak mati" Ujarnya.

"Semua perlengkapan basah habis. Bahkan tadi beberapa kali naik gelomban besar dan speed boat terbang kong satu orang talempar (jatuh) keluar." Jelasnya.

Saya hanya mendoakan agar apa yang dilakukan mereka dalam pelayanan kesehatan bisa berjalan baik dan sampai tujuan dengan selamat. 

Dok. Hairil Sadik
Dok. Hairil Sadik
Ia bahkan berujar, dalam kondisi seperti itu ia lebih mengkhwatirkan para wanita. Mereka nampak ketakutan. Beberapa kalipun ia menyampaikan mesin-mesin speed boat sering rusak ketika dihantam gelombang laut. Namun tidak sampai membuat mereka hanyut. Jika dirasa sudah terlalu ganas, mereka akan memutuskan turun di desa lain dan kemudian berjalan kaki.

Beberapa desa tujuan juga tak memiliki jembatan. Hairil berkisah mereka kadang tak bisa sampai ke pantai karena gelombang terlalu tinggi. Jika sampai pun bukan berarti tujuan mereka sudah sampai. 

Mereka harus turun di pantai yang bisa dimasuki kemudian mendaki bukit dan berjalan hingga beberapa kilometer lagi. Sehingga untuk sampai ke desa dibutuhkan waktu berjam-jam. Ia mengitilahkan, "sudah tembus; bisa sampai ke desa tujuan dan Tidak tembus)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun