Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Demi Layanan Kesehatan, Laut pun Ditantang

20 November 2020   23:22 Diperbarui: 23 November 2020   08:12 1150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu proses pelayanan. Dok. Yadi Habib

Sementara pegawai-pegawai lain, juga sama. Mereka tenaga kesehatan kontrak yang bekerja sesuai profesi. Kebanyakan dari mereka banyak dijanjikan diangkat sebagai Pegawai Tetap. Inilah yang menjadi dasar mereka bertahan. Sebab anggapan mereka jika sudah PTT maka tak lama lagi akan diangkat menjadi PNS.

Fenomena ini bukan saja terjadi di tenaga kesehatan akan tetapi di kampung-kampung, PTT menjadi sebuah nilai tukar bagi guru, pegawai kecamatan hingga lainnya. Sebuah keniscayaan di mana konsep PTT seringkali digunakan sebagai alat politik. Orang-orang ini akan diintimidasi secara politik "Hak politik" untuk memilih pasangan calon terlebih petahana. Jika tidak karir jadi taruhan.

Terkadang, sebagai pegawai kontrak gaji yang diterima tak menentu. Banyak dari mereka yang mengeluhkan keterlambatan pembayaran gaji. Bahkan saya sendiri menemukan, ketertundaan gaji bisa hingga berbulan-bulan. 

Apalagi jika pegawai tersebut bermasalah dengan kepala puskesmas atau orang-orang yang dianggap kuat karena memiliki relasi dengan kekuasaan.

Salah satu proses pelayanan. Dok. Yadi Habib
Salah satu proses pelayanan. Dok. Yadi Habib
Kegiatan Pusling dilakukan setelah briefing. Bagi tenaga kesehatan laki-laki, mereka bisa lebih dulu berangkat lewat jalur darat. Sementara wanita kebanyakan ikut lewat laut.

Inilah tantangannya. Laut kadang tak menentu. Walaupun kelihatan tak bergelombang dari kejauhan bukan berarti tak menyimpan bahaya. Perjalanan yang ditempuh ke desa-desa tetangga yang jaraknya tak begitu jauh tak lantas membuat mereka bersantai. Sebab, keadaan bisa saja berbalik.

Banyak hal dipersiapkan termaksud nyali. Yap kebanyakan dari mereka kadang mengeluh jika menempuh perjalanan laut. Akan tetapi, tak ada opsi lain yang lebih menyenangkan.

Dari mulai berangkat hingga tiba, mereka tak jarang menemui tantangan. Ombak terutama. Apalagi, setiap desa yang mereka kunjungi tak memiliki dermaga labuh. Sehingga setiap kali turun mereka pasti basah. 

Selain itu, dalam sehari mereka bisa memberikan pelayanan dua sampai tiga desa. Imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan lain-lain dilakukan. 

Semua kegiatan dari berangkat hingga pulang menguras fisik.  Apalagi ketika sore hari, jika angin timur sudah bertiup. Mereka harus basah kuyup menerjang ombak-ombak yang menghantam speed boat kecil yang ditumpangi. 

Sehingga, ketika kegiatan Pusling selesai tak jarang mereka jatuh sakit. Sebuah pengorbanan demi tugas yang sungguh sangat luar biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun