Jari-jari yang melekat membuat kita harus sedikit berusaha melepaskan rekatannya dari tangan dan karang. Selain itu, hal riuh lainnya ialah ketika mengejar ikan-ikan yang kaget melihat lampu. Ada ikan yang diam namun ada yang agresif. Kalau sudah begini, mirip mengejar bola kaki di lapangan.
Tak ada kata diam waktu berburu. Di sini orang-orang yang ikut berburu pasti teriak-teriak mengejar ikan. Jika beruntung, ember yang dibawa bisa terisi penuh. Itulah kenapa siapa yang duluan ke pantai disitu kita bisa memanen hasil yang besar.
Air yang sudah pasang bisa menyebabkan celaka terutama ketika parang akan dipotong ke ikan. Sebab, parang akan lari dan bisa kena kaki.
Biasanya sebelum malam ke-10 atau bulan masih gelap maka hasil yang didapat juga cukup banyak. Namun ketika bulan semakin nampak maka paling yang didapat ialah cumi atau gurita. Sementara ikan sulit didapat.
Setelah perburuan biasanya setiap kelompok adu hasil. Berkumpul di suatu tempat di pinggir pantai dan menunjukan hasil tangkap. Ini lebih didasari pada rasa penasaran.Â
Bagi yang kalah, esok malamnya dijamin akan lebih dulu ke pantai. Kemudian, Ikan dan hasil buruan kemudian dibawa pulang lalu dimasak bersama-sama.Â
*Â
Ikan dan hasil buruan bersama dibawa ke salah satu rumah di antara kelompok yang berburu. Kemudian dibersihkan dan dibakar. Untuk gurita lebih banyak digoreng.
Menggoreng gurita cukup menyita waktu. Bahkan satu ekor gurita yang digoreng bersamaan dengan menanak nasi maka nasi akan terlebih dulu masak.
Setelah semua hasil buruan dimasak kemudian sama-sama dimakan beramai-ramai. Biasanya proses memasak ini memakan waktu hingga satu jam lebih apalagi menunggu gurita. Jika hasil buruan gurita banyak maka auto lebih lama menunggu.Â