"Kita bisa menikmati keuntungan dalam waktu 1 tahun jika alokasi anggarannya sekian" Ujar salah satu kawan disela-sela pertemuan kami.
"Wah terlalu lama. Keuntungannya kecil," timpal lagi salah satu kawan lagi.
Alhasil, beberapa pertemuan ini sampai sekarang belum dilanjutkan karena berbagai pertimbangan. Bagi saya tak salah, berbisnis perlu kajian matang dari A sampai Z. Namun, jika tak memulai dan tak mencoba bagaimana bisa diketahui hasilnya.Â
Beberapa kali saya diperhadapkan dengan kondisi "mempertimbangkan" karena unsur hasil yang diragukan. Hasil akhir sebagai landasan membuat langkah. Alhasil, waktu terbuang sia-sia karena pembahasan yang tak kunjung direalisaikan.
Bagi saya sendiri, berani mencoba adalah bagian dari mengambil resiko. Tak pernah mencoba atau memulai justru melahirkan keterjebakan diri. Artinya ingin sukses tapi takut melangkah dan hanya membayangkan nasib hidup yang berubah. Alhasil, Â yang terjadi hanya "harapan dan khayalan" yang mengawang.
Orang sukses adalah orang yang gigih dala perjuangan, pekerja keras, ulet dan memiliki motivasi kuat. Dan, semua itu diawali Dari langkah kecil. Memulai
Lantas kenapa kita harus Berani Memulai?
Orang-orang sukses hadir dengan berbagai kisah inspiratif. Bayangkan saja jika mereka tak memulai. Mungkin kisah kesuksesan dan karya mereka tak pernah kita nikmati.
Sebut saja William Kamkwamba, seorang bocah miskin di Afrika yang dijuluki Bocah Kincir Angin. Ia berhasil membuat Kincir angin penghasil listrik yang memberikan banyak manfaat salah satunya untuk irigasi untuk pertanian. Kesuksesaanya membuat banyak orang termotivasi. Bayangkan saja jika William tak berani mengesplore rasa penasarannya pada bidang energi.
Atau, kisah senior saya di IPB yang sudah puluhan tahun namanya menggema. Bahkan ia menjadi contoh dan teladan bagi junior-junior seperti kami. Â Ia Muhammad Kasim Arifin. Pria yang sempat hilang 15 tahun. Ia mengabdikan diri di Waimital, Pulau Seram Maluku.
Di sini ia memulai. Memutuskan membuat sebuah perubahan di hadapannya. Ia memutuskan tak pulang setelah masa KKN usai. Mahasiswa Fakultas Pertanian angkatan 1964 ini mendedikasikan diri membangun pertanian di Pulau seram.
Membuka jalan desa, membangun sawah dan irigasi adalah sederet pengabdian yang ia lakukan. Bahkan, penyair ternama tergugah dan membuat karya berjudul "Syair untuk Seorang Petani dari Waimital, Pulau Seram, yang pada hari ini pulang ke Almamaternya".Â
Selain dua sosok di atas, masih banyak tokoh-tokoh di Indonesia yang sukses karena memulai. Sebut saja Bob Sadino, Faisal Basri "Si anak singkong" dll yang nampak dan tak nampak ke permukaan.
Kesuksesan mereka berbeda-beda. Namun satu yang pasti mereka berani memulai. Lantas kenapa kita tidak demikian?
Banyak orang bahkan saya sendiri sering merasa tak percaya diri. Sebab kegagalan selalu diletakan di depan. Dan kesuksesan selalu menjadi angan-angan. Ketika ingin memulai, banyak hal selalu dipikirkan yang pada akhirnya menunda keinginan.
Misalnya, dalam beberapa minggu ini saya banyak bertemu dengan anak-anak muda yang punya niat besar ingin menulis. Lewat diskusi intens dan motivasi mereka tergetak. Namun, diskusi tinggal diskusi, niat tinggal niat sebab dari sekian orang hanya satu yang mau memulai.Â
Bagi saya niat saja tak cukup. Semua harus diawali dengan memulai. Apapun itu targetnya. Jika ingin berbisnis maka langkah awal setelah pematangan strategi adala dengan langsung terjun dan terlibat langsunh proses demi proses. Agar dari sini lahir pengalaman dan pengetahuan tentang peluang, resiko serta inovasi.
Jika ingin menulis maka menulislah. Tulis apa saja yang ada dipikiran. Lepaskan dulu kekwatiran tentang bagus tidak bagusnya. Diterima atau tidak diterima. Biarkan waktu yang membetuk karakter, fokus dan pendirian. Sebab jika tiba waktunya, tulisan kita akan memberikan manfaat bagi pembaca.
Pun demikian dengan dimensi-dimensi lainnya. Kegagalan adalah cara pelajaran terbaik meraih kesuksesan. Dengan kegagalan baik besar maupun kecil ada pelajaran yang hadir memberikan penjelasan.Â
Sukur dofu-dofu*
*terima kasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H