Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pasir Terakhir di Bibir Pesisir

8 November 2020   01:51 Diperbarui: 8 November 2020   01:56 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reklamasi mengepung Maluku Utara

Belakangan reklamasi masif di galakan. Karena keterbutuhan lahan yang sempit. Hal ini guna mendorong pencitaan ekonomi dan pembangunan PAD. Zona ekonomi kata pemerintah. Laut di timbun dengan anggaran berskala yang tak sedikit. Pada akhirnya, hanya beberapa orang yang menguasai lahan tersebut. 

Dalam penelitian Hery Jainal (2017) Pelaku reklamasi pantai di Kelurahan Gamalama Kota Ternate terdiri atas badan usaha (kontraktor/Pengembang) dan masyarakat secara perseorangan. Badan usaha yang melakukan reklamasi 97,6 % sedangkan anggota masyarakat 2,4 % dari total luas lahan reklamasi.

Dari data ini, dapat disimpulkan bahwa kebermanfaatan reklamasi hanya di kuasi oleh pemodal besar. Membangun gurita bisnis dan mengeruk kebermanfaatan ekonomi. Sementara nelayan, laut dan biota menjadi korban kebijakan. 

Reklamasi Jakarta mungkin paling santer terdengar. Media-media nasional giat memberitakan dan menjadi polemik nasional yang menjurus ke ranah politik. Tapi selain Jakarta, berbagai daerah lain di Indonesia reklamasi juga masif dilakukan. Tanpa sorotan media-media nasional yang masif. Menimbulkan berbagai macam problem sosial dan lingkungan.

Maluku Utara, merupakan salah satu daerah yang mulai di kepung investasi pertambangan ini juga masif dilakukan pengembangan kawasan; Zona ekonomi. Beberapa Kabupaten dan Kota saat ini sedang gencar menyelesikan pembangunan. Walau segala pertentangan dilakukan.

Kota Ternate misalanya, salah satu kota perdagangan utama di Maluku Utara. Sejak terhitung sudah 4 lokasi pengembangan reklamasi. Diantaranya, Bagian Utara Dufa-dufa, bagian tengah Gamalama dan Kota Baru serta terbaru Bagian Selatan Kalumata yang banyak mendapat tentangan dari warga.

Cendana News.com
Cendana News.com
Pertentangan itu lantaran, peisir Kalumata merupakan teluk dan area pemancingan utama nelayan Hand line serta fising base (tambatan) perahu nelayan. Selain itu, lokasi ini adalah strukurur primer,lamun karang dan mangrove. Hal yang paling mencengankan adalah karang pesisir ini  merupakan rumah bagi Hiu sirip Hitam, keong laut, penyu sisik dll.

Pembangunan reklamasi ini juga dikawatirkan oleh warga Pulau Maitara atau pulau uanh seribu akan dampak lingkungam semisal abrasi yang ditimbulkan. 

Beberapa kali masyarakat melakukan demonstrasi ke DPRD dan Pemerintah Kota. Namun, reklamasi terus digalakan. Kondisi ini mirip seperti di Kabupaten Halmahera Selatan tepatnya pulau Bacan yang sudah pernah di gambatkan dalam artikel Keringat Nelayan Lebih Asin daru Air Laut. Dimana, nelayan handline kehilangan tempat labuh dan mangrove serta pohon-pohon sagu tinggal nama.

Memang salah satu penangkal abrasi adalah reklamasi selain dari tujuan ekonomi yang di capai. Akan tetapi reklamasi bukanlah solusi bagi lingkungan. Apalagi talud-talud penahan ombak ini seringkali dihantam keras hingga rusak parah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun