Malam itu ia melayani 4 tamu. Kawan-kawan lainnya bahkan lebih. Ia dibayar 250 ribu. Dari 250, kemudian dibuka uang kamar 50 ribu dan milik mami 100 ribu. Hasil pertamu ia raup 150 ribu.
Pekerjaan ini sudah dilakoni selama empat tahun. Awalnya ia, hanyalah gadis biasa yang merantau mencari pekerjaan. Ia bukan dari keluarga berada.
Di perantauan, Â ia berkenalan dengan salah satu kawan yang berasal dari daerah yang sama. Dari situ, ia diajak ke penginapan. Awalnya ia bersikukuh tak akan menjalani profesi menjijikan tersebut. Namun,tekanan ekonomi dan tuntutan gaya hidup, mau tak mau profesi tersebut di lakoni.
"orang tua sih tau saya kerja di kantor. Kalau mereka tau yang sesungguhnya, pasti tidak dianggap," ujarnya sambil mengungkapkan bahwa Profesi ini ia jaga agar tak ketahuan hingga suatu saat ia benar-benar tobat.
"Saya kalau ingat-ingat, dosa saya sudah banyak. Suatu saat saya mau tobat. Mau keluar. Semoga saja ada yang mau menerima," ujarnya.
Belakangan, ia sudah tak melayani tamu. Namun, bukan berarti ia tak terjebak pada dunia tersebut. Ia menjadi simpanan seorang pelaut. Menjalin kasih, setelah sang pelaut menebus "hutang" pada si mami.
"Doakan ya sebentar lagi nikah," itu harapanya ketika terakhit kali berkomunikasi.
*
Berprofesi sebagai pekerja seks sekaligus wanita simpanan, juga dirasakan oleh Desi (21). Ia bekerja sebagai pekerja seks sudah lebih lama dari Anti. Sejak ia ditinggal sang suami karena faktor selingkuh.Â
Kekecewaan itu kemudian ia dirundung prahara pada diri. Ia saat itu menggangap diri tak lagi berharga. Anak hasil perkawinannya pun harus diberi makan. Alhasil, ia melacur, menjajakan tubuh pada pria hidung belang.
"Saya janda, Bang. Suami saya selingkuh tak lama setelah anak lahir. Nyari pekerjaan sulit dan cara cepat dapat uang ya dengan bekerja seperti ini," ujarnya