Lewat Peran, Kepekaan Hadir
"Memerankan sebuah karakter adalah hal tersulit dari teater. Aku Harus membunuh jiwaku terlebih dahulu". Maria Ayu
Maria sudah memerankan beberapa karakter. Dan karakter yang sering ia perankan selalu berkaitan dengan skandal prostitusi, eksploitasi, perselingkuhan dan gender. Ini pula yang membuat ia menemukan pengetahuan baru tentang kehidupan dari peran yang ia lakoni.
Memerankan sebuah karakter tentu bukan perkara mudah. Di mulai dari proses latihan selama berminggu-minggu dengan waktu yang dihabiskan sekira 5-6 jam perhari. Dan bagian paling tersulit adalah menjiwai dan menciptakan karakter.
" Dalam menciptakan karakter, kita harus benar menciptakan objek. Sosoknya harus jelas dari benak lalu masuk ke dalam diri," ungkap Maria.
Ia pun bercerita bahwa dalam memerankan seorang karakter, ia harus melibatkan diri, riset dan wawancara. Misalnya memerankan perselingkuhan. Ia membangun chemistry seakan-akan ia sedang selingkuh. Tiap malam, bersama koleganya ia chat-chatan layaknya orang pacaran.
Ia juga pernah memerankan si tukang jamu hyper seks. Untuk mendapatkan gambaran ia survei, ia wawancarai penjual jamu hingga pada objek yang menurutnya pas untuk membangun karakter. Menjadi hyper seks membuat ia menyadari bahwa secara  teori sangat pas dan dari sisi psikologis. Ia jadi tau alasan dibalik hyper seks adalah kesepian.Â
Ia juga pernah memerankan karakter orang gila yang sudah 20 tahun lebih menjadi gila karena menyaksikan orang terkasih di perkosa dan di bunuh dihadapannya.
"Banyangin aja mas, kamu tidak pernah gila dan harus memerankan karakter orang gila yang gilanya sudah 20 tahun, susahnya minta ampun. sehingga di teater, kita harus belajar menghendel diri sendiri termaksud gerak tubuh. Harus ada motivasi," Ujarnya.
Baginya, dalam teater semua orang sangat berperan penting dari pemain hingha Sutradara yang mampu menghadirkan sosok secara nyata dengan basic penyakit jiwa, dan mental yang tanpa di sadari  benar-benar related dengan dunia sekarang.
" Aku sering mengadirkan orang lain seperti lakon-lakon yang pernah aku mainin. Aku calling mereka agar aku berani,".
Maria tak menampik bahwa karakter yang sering ia mainin sering terbawa pada kehidupan nyatanya. Apalagi sehari dua hari setelah pementasan. Sehingga untuk menampik itu semua ia selalu berusaha positif thingkin.