Bau pisang goreng yang sedari tadi menggoda juga sudah nampak di meja. Lahapan demi lahapan berjalan seirama perbincangan hangat kami.Â
"Pak, rumah di Sidangoli masih ada?" Tanyaku penasaran rumah di desa yang kami tinggalkan tempo itu.
"Sudah dijual. So Lama (sudah lama)," Jawabnya.
"O, saya kira masih ada. Mau main-main ke sana," Harapku.
"Sudah dijual, buat biaya anak sekolah," Ujarnya.
"Kalau hanya hasil kebun saja sebenarnya tak cukup. Tapi yah mau bagimana lagi, ini adalah pilihan. Makan seadanya dan mewujudkan mimpi anak-anak itu sudah cukup." Ujarnya.
Saya tak perlu ragu lagi dengan beliau. Ayah angkat ini selalu menjadi orang yang dikagumi. Walaupun hanya memiliki sepasang pakaian mahal, hasil pemberian orang.
Kami mengobrol cukup lama sebelum saya pamit. Namun, maka pertemuan ini sendiri sangat dalam karena banyak nasihat-nasihat beliau yang melekat erat.Â
"Seburuk apapun kau, berusahalah untuk kembali ke jalan yang benar. Sebab, sebesar apapun keinginanmu menjadi manusia, tak akan diridhoi jika kau mengabaikan Tuhan."
******
Pada suatu malam 2012 silam, di sebuah desa di pedalaman Halmahera, tepatnya Desa Dodinga, saya diundang berkunjung ke rumah salah satu penduduk. Pria ini umurnya sudah 50-an lebih.Â