Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pohon Aren, dari Cap Tikus ke Gula Merah

2 Agustus 2020   17:39 Diperbarui: 3 Agustus 2020   15:18 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sayangnya, proses penuangan adonan ke cetakan tidak kami saksikan karena hari sudah menjelang sore dan sudah masuk waktu Magrib. Sebelum pamit, saya bertanya soal distribusi dan harga jual dari gula merah yang mereka produksi.

Rata-rata harga yang mereka jual ialah 3-5 ribu biji. Jika sedang tidak musim maka bisa dijual 7 ribu. Sementara distribusi sendiri, para pedagang langsung datang ke kebun atau memesan terlebih dahulu dan akan diambil di rumah.

Harga jual sendiri di pasar berkisar 5-10 ribu sedangkan di luar Pulau Bacan bisa mencapai 15 ribu per biji.

hasil akhir gula merah. Dok, Shoppe
hasil akhir gula merah. Dok, Shoppe
Setelah pamit, kami pulang dan kesekon harinya saya menyempatkan diri ke pasar tradisional Tembal menemui para pedagang. Menurut mereka, gula merah diambil dari 3 desa yakni, Kampung Makian, Desa Hidayat dan Desa Papaloang.

Harga jual sendiri beragam apalagi banyak pedagang yang melakukan penjualan tersebut. Produk gula merah sendiri terjual tak sampai 4 hari sudah ludes. Dan, konsumen yang membeli kebanyakan berasal dari luar daerah seperti Kota Ternate lewat pesan atau datang sendiri.

Menurut mereka, selain ikan fufu, kampalang dan abon ikan, Gula merah merupakan produk yang sering dibeli oleh konsumen. Apalagi jika mereka berkunjung ke Pulau Bacan. Saya langsung mengingat pesanan ibu saya untuk membeli gula merah saat pulang nanti.

Pada intinya, geliat masyarakat yang dulunya kebanyakan memproduksi cap tikus hingga dikenal di seluruh Malut sebagai cap tikus kualitas nomor 1 sekarang beralih secara masif. Banyak warga yang sudah tak melakukan kegiatan tersebut dan hanya beberapa oknum yang masih mengusahakan produksi cap tikus.

Kondisi ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Selatan untuk mendorong produk UMKM sebagai mata pencaharian masyarakat ini secara nasional dan internasional.

Hemat saya, keunggulan komparatif ini dapat menjadikan Kabupaten Halmahera Selatan tampil secara kompetitif untuk melakukan perdagangan dengan daerah lain. Jika dimanfaatkan dan didorong maka sudah barang tentu tercipta kesejahteraan. Terima Kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun