Bahasa-bahasa sederhana itu untuk membedakan mana orang Papua, Maluku dll. Bahkan setingkat ciri-ciri fisik tak lupa dimasukan sebagai bobotan pengetahuan serta pola hidup dan kehidupan budaya satu demi satu.
Penjejasan pengetahuan yang sama juga pernah di berikan kepada beberapa peserta KKN 2019 kebangsaan dari kampus saya di Maluku Utara. Sebelum mereka terjun saya sudah mengenalkan bahwa stigma buruk di publik karena framing media tida benar adanya.Â
Setelah tugas KKN, banyak cerita yang membuka wawasan mereka tentang orang timur. Dari adat budayanya, gotong royongnya hingga cara mereka menghargai satu dengan yang lain terutama bagi pendatang.
Bahkan pemahaman mereka bahwa disana tak ada mobil, sepeda motor, moll, listrik dan jalan harus buyar karena apa yang mereka lihat berbanding terbalik dengan apa minsed yang selama ini mereka pikirkan.
Intinya, pelabelan dan stigma dapat merusak nilai kemanusiaan dalam berbangasa dan bernegara. Sebab, pluralisme harus di junjung tinggi agar tak ada lagi sekat-sekat dalam pemikiran. Maka, untuk mengenal adat dan budaya serta seseorang, kita harus menyelaminya terlebih dahulu. Terima kasih**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H