Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi dan Sepenggal Cerita Perjalanan

29 Juli 2020   18:07 Diperbarui: 29 Juli 2020   23:00 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*******

Dokpri
Dokpri
Setelah 3 hari di Jakarta saya memutuskan kembali ke Bogor. Masih menggunakan moda transportasi kereta. Kali ini jumlah penumpang cukup banyak tapi tidak membludak seperti sebelum pandemi. 

Setiba di Bogor, saya memilih menggunakan transportasi online seperti biasa saya gunakan setiap kali melakukan perjalanan. Keluar menuju ke parkiran timur atau pintu masuk keluar parkiran saya terheran-heran. Tak ada satupun kendaraan yang mengisi parkiran. 

Padahal biasanya, jumlah kendaraan roda 2 dan 4 selalu penuh. Aktivitas penjual makanan yang berada tepat di luar stasiun pun tampak sepi. Sungguh sesuatu yang membuat saya berpikir keras. Hipotesa saya waktu itu tentu saja kondisi pandemi yang menyebabkan ini semua.

Dokpri
Dokpri
Belum lagi hilang keheranan saya,mata saya hampir copot melihat tarif Ojol dari stasiun ke Dramaga. Saking tak percaya, saya merestart handphone kemudian memesan kembali. Dan, tetap tarif yang di tawarkan tak masuk akal. 

Tarif yang di patok salah satu jasa perusahaan Ojol ialah Rp 200.000-an lebih untuk jasa roda dua dan Rp 300.00-an untuk moda transportasi roda 4. Hampir 3 kali saya mengutak atik aplikasi pemesanan sambil berdiri di samping pintu keluar. Berharap aplikasi saya error.

Saya pun kemudian beralih ke perusahaan jasa Ojol lain dan menemukan tarif yang lebih rendah dari perusahaan Ojol pertama. Sekira Rp 35.000 untuk sampai ke Dramaga. 

Sepanjang perjalanan, nalar ini mencoba menerka-nerka mengenai kondisi yang dihadapi saat melakukan pemesanan tadi. Apakah ini terkait dengan hukum permintaan dan penawaran? ataukah dampak pandemik telah meruntuhkan segala sektor bisnis termaksud kereta? bagiaman cara mereka bertahan?

Pemikiran liar itu terus terbawa hingga sampai ke kost. Setelah memutar kopi, saya menceritakan kejadian itu ke salah teman. Ia dengan ekspresi yang sama tak percaya dengan isi yang saya bagikan. Lagi-lagi hipotesa kami ialah kita sedang menuju resesi ekonomi.

Lantas seberapa buruk sih kondisi ini?

Dikutip dari Kata Data, Frekuensi perjalanan turun membuat pendapatan tiket harian KAI Maret 2020 hanya Rp 4 miliar jauh lebih rendah dibanding Februari 2020 sebesar Rp 39 miliar. Ini nampak di mana adanya batasan dan penerapan sosial distancing menyebabkan sektor jasa ini mengalami penurunan pendapatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun