Tulisan ini sudah mengendap sebulan di kolom draf Kompasiana. Terutama soal resuffle. Selama itu pula, saya diamkan, cuekin layaknya pacar yang sedang ngambek. Tapi lama-lama galau juga. Â
Pagi ini, ketika hendak merebahkan badan, saya membuka kompasiana dan membaca satu persatu artikel yang muncul. Kebanyakan artikel membahas tentang Deklarasi KAMI dari sudut pandang yang menarik diulas dengan pandangan kritis.
Setelah membaca artikel pilihan dan AU, saya kemudian bertamu ke laman Google. Disni menemukan sebuah berita dari Detik.com dengan Judul, IPW Bicara Reshuffle, Sebut 18 Menteri akan "didepak" Usai Panglima TNI Diganti
Selain detik, Pikiran Rakyat, Akurat co, Jppn.com juga ikut mengulasnya.
Wah, muncul juga isunya. Walaupun secara relevan masih cukup diragukan tetapi dunia politik mana ada yang tau. Dalam semenit keadaan bisa berubah.
Kondisi ini bisa saja terjadi, mengingat perkembangan perpolitikan Nasional 1 bulan terakhir  menuju Pilkada hingga Pilpres dan kegeraman Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada kabinetnya hingga lahirnya gerakan semisal KAMI dan AKU sebagai tandingannya beberapa hari ini. Lantas ada hubungankah?Â
Saya sendiri menggangap hadirnya KAMI yang digawangi tokoh-tokoh politik adalah dinamika politik. Tak ada yang salah dengan mereka, pun demikian dengan masyarakat untuk memberikan pandangan.Â
Pada intinya, kita tak boleh baper-baper amat. Toh, dunia perpolitikan di Indonesia memang sejak dulu selalu melahirkan gerakan dari kelompok yang kuat menentang dan memihak pemerintah.
Wajah perpolitikan kita masih muda dan jauh dari kata "ideal, senasib seperti sektor ekonomi yang gagal take off.Â
Bagi saya lahirnya gerakan KAMI karena berberapa faktor pertama: saat ini tak ada oposisi murni yang aktif mengkritik pemerintah untuk stabilisasi kinerja pemerintah. Apalagi, partai-partai yang berada di luar pemerintahan sebagai garda kritik konsrtuktif sudah berafiliasi dengan Pemerintah.
Kedua, lahirnya KAMI bisa jadi karena mereka adalah kelompok-kelompok yang kalah pada ranah kepentingan. Track record beberapa tokoh inti di dalamnya merupakan pasukan-pasukan lama yang di tinggal sang leader.
Di Indonesia perang kepentingan antar tokoh politik adalah hiden agendanya kelompok-kelompok kuat. Dominasi ini kuat, coba tengok saja komposisi kursi menteri. Sebab, selain dominasi partai koalisi pemenang, komposisi itu juga diisi oleh kelompok yang punya power.Â
Di dalam partai bukan tidak berarti ada kelompok, Â setiap orang dalam partai punya kelompoknya masing-masing. Bisa dari latar belakang organisasi hingga ormas. Inipula yang menjadikan begitu kuatnya gesekan-gesekan yang menciptakan kegaduhan politik.
Ketiga. Kendaraan politik dan framing new leader menyongsong pilpres 2024. Tentu saja, nama-nama tokoh yang tergabung dalam gerakan  tersebut bukan sembarangan orang. Mereka asudah malang melintang di dunia perpolitikan tanah air.Â
Selain itu, gerakan-gerakan partai politik dan tokoh politik beberapa bulan ini patut cermati. Pertemuan itu menjurus ke Pilkada Desember nanti dan Pilpres 2024 yang akan datang. Â Artinya sudah ada sinyal dan lobi-lobi politik untuk mempersiapkan kekuatan 2024 nanti.Â
KAMI saya duga juga demikian, mempersiapkan tokoh utama dalam lakon politik. Segala persiapan dan gerakan perlu dimulai sejak awal. Jika mendeklarasikannya mendekati momentum pilpres maka sama saja masuk jurang. Karena gerakannya akan terbaca dengan sangat muda. Justifikasi berlebihan tentu saja diperoleh yang cenderung melemahkam mereka sendiri.
Keempat; barganing position atau nilai tawar. Ini saya kaitkan dengan isu reshuffel yang belakangan muncul kembali. Sebab, KAMI dengan tokoh kunci di dalamnya perlu diperhitungkan. Bagi saya, sudah banyak peristiwa kelahiran kelompok tertentu untuk sebuah posisi tawar. Itu terjadi pada setiap masa kepemimpinan sejak era reformasi.
KAMI dan isu Reshuffle
Arah dan keputusan politik selalu berubah kapan saja. Hal-hal yang tak diduga justru sering terjadi. Terutama soal reshuffle.
Walaupun, semenjak Juli lalu isu reshuffle cenderung mengarah kepada gertakan semata. Tetapi lahirnya kelompok-kelompok ditengah situasi ini adalah sebuah tanda. Ada pergolakan dan tarik ulur kepentingan didalam pemeritahan.
Selain itu, reshuffle di dalam kubu pemerintahan juga sangat penting dilakukan sebagai penyegaran kinerja. Sebab lain yakni, persiapan politik jangka panjang alias pilpres 2024 mendatang.Â
Lantas siapakah mentri yang bakal terdepak dari kursi nyamannya? menurut hemat saya ialah, menteri pendidikan, Kesehatan, pertanian, UMKM. Selain itu, pergeseran posisi juga kemungkinan dapat dilakukan terutama BUMN, Perdagangan, Menkopolhukam dan Kementrian Desa serta Agraria.
MENERI PENDIDIKAN, Nadiem  Makarim
Sosok mentri muda satu ini sempat di harapkan untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Terutama penerapan pendidikan berbasis teknologi dan komparasi pendidikan dunia barat dengan Indonesia. Ia orang teknologi, itu beliau ucapkan di kanal Podcast Dedy Corbuzer. Namun, belakangan sejak pandemi Covid-19 sebagian kalangan menilai Nadiem belum layak menduduki jabatan Mentri Pendidikan.
Ia tak begitu populer dikalangan politisi sehingga gesekan dan hantaman kuat selalu dirasakan. Bagi Nadiem itu resiko, tapi dunia politik itu riskan.Â
Tanda ini pergantiannya saya liat ketika NU dan Muhammadiyah keluar daru program yang digagasnya. Dua kekuatan yang diakui Nadiem sebagai sosok penting yang harus dilibatkan dalam membangun pendidikan karena track record yang luar biasa.
Berbagai kandidat yang dapat mengisi kekosongan in ialah bisa dari kalangan NU dan Muhamadiyah.Â
Mentri Pertanian, Syahrul Yassin Limpo
Mantan Gubernur Sulawesi ini merupakan sosok yang bakal ikut kena reshuffle. Lantaran kebijakan penanganan covid-19 terutama dalam ketersediaan pangan dan jaminan pangan tidak mempunyai arah. Justru yang tersohor ialah kalung anti corona yang tidak masuk dalam tupoksi kerja kementrian pertanian.Â
Kemungkinan besar menurut saya ialah Rahmad Gobel atau Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang conceren besarnya ke pertanian. Selain itu juga bisa di isi oleh Mantan MentriÂ
Mentri UMKM
Sosok ini hingga sekarang bagi penulis sendiri tidak menunjukan kontribusi lewat kebijakan-kebijakan yang menyentuh langsung ke UMKM. Apalagi di pandemic ini, sektor yang paling merasakan dampak ialah sektor UMKM.Â
Sosok yang bakalan menduduki kursi menteri UMKM ialah Agus Murti Yudoyono (AHY). Selain kapasitasnya sebagai Ketua Umum Partai, ia juga salah satu opsi pada Pilpres mendatang. Minimal secara power. Selain AHY ada sosok penting di bidang ini, yakni mantan Wakil Calon Presiden, Sandiaga Uno.
Menteri Kesehatan, dr. Terawan Agus Putranto
Menteri yang satu ini sudah santer terdengar bakalan di depak. Penanganan covid dari pusat sampai daerah yang dikeluhkan masyarakat menjadi dasar akan ada perubahan pada posisi Menteri Kesehatan. Apalagi, kementrian yang satu ini sering disemprot tegas dari Presiden Jokowi karena lambat melakukan tindakan.
Belum ada gambaran jelas untuk penggantinya. Namun dugaan saya dari kalangan profesional di Dalam Kementrian Kesehatan.
Selain pergantian juga akan ada pergeseran-pergeseran jabatan yakni Menteri BUMN Erick Thohir yang lebih condong ke Kementrian Perdagagangan dan sosok yang menggantikan Erick adalah Basuki Thaja Purnama.Â
Posisi pergantian ini bisa benar bisa salah, semua tergantung keputusan presiden dan lobi-lobi yang terjadi di dalam. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H