Masih di seputaran Pulau Bacan Kabupaten Halmahera Selatan, saya menyempatkan diri menemui pedagang yang melakukan pengolahan lanjutan ikan cakalang. Lebih tepatnya, pengolahan ikan fufu.Â
Walaupun terbesit di pikiran untuk menengok juga proses pembuatan ikan abon dan keripik ikan (kamplang). Akan tetapi hampir 3 bulan di sini, niatan itu tak tersampaikan karena waktu dihabiskan di atas Pelabuhan Perikanan Pantai Bacan, Desa Panamboang.
Ikan asap atau ikan fufu, orang Maluku Utara biasanya menyebutnya demikian merupakan ikan segar yang diasapi menggunakan batok kelapa kering. Ikan fufu juga dapat ditemukan di Kota Ternate, daratan Halmahera, Manado sampai Bitung.
Ikan fufu biasanya disantap dengan dabu-dabu colo-colo. Bisa juga dimakan biasa dan dijadikan bahan campuran berbagai olahan masakan. Tergantung selera eksperimen, kalau saya sendiri ya opsi dengan sambal colo-colo, lebih joss.
Setiap orang yang berkunjung ke Pulau Bacan, baik perjalanan dinas, atau sekadar jalan-jalan, ikan fufu dan kamplang (keripik olahan ikan cakalang) menjadi buruan untuk di bawah pulang.
Home industry pengolahan ikan fufu ini memiliki sentra utama di Kecamatan Bacan Selatan yang tersebar di Desa Tembal dan Papaloang, namun sentra utama terletak di Desa Tembal.Â
Produksinya pun tak main-main, dalam sehari Ikan cakalang fufu bisa diolah di atas 500 Kg. Bahkan, ada satu home industry yang memproduksi hingga 1000 kg (1 ton).
Terdapat beberapa home industry yang letaknya tepat di depan jalan. Menurut pihak desa Tembal sendiri sih ada sekitar 20-30 rumah yang bergerak di bidang pengolahan ini. Entah benar atau tidak karena semakin digali malah saya tak mendapat informasi yang berarti alias di PHP-in oleh pihak desa.
Di lapangan pun saya harus ditemani oleh staf desa. Diperintahkan khusus untuk mengawal saya menemui para pengolah untuk diwawancara. Padahal toh, saya hanya mengambil data keperluan penelitian. Tak berat-berat amat. Ah sudah lupakan.
Yap, bahkan ibu saya jika menyuruh ke pasar membeli ikan fufu, beliau bahkan memberikan wangsit dan ciri-ciri ikan yang harus dibeli.Â
"Pilih ikan fufu yang segar jangan yang pucat, tanya dulu baru buat atau sudah lama. Jangan lupa tanya ikan dari mana (asal daerah pembuatan). Setelah itu cubit sedikit dagingnya lalu rasa gatal apa tidak. Kalau tidak beli yang itu." Begitulah wangsit ibuku. Maklum, saya sendiri sering salah beli. Alhasil ikan tak dimakan, telinga penuh omelan.
Para pedagang pengolah biasanya mengasapi atau fufu ikan pada siang hari. Pada pagi hingga menjelang siang, mereka akan menuju Desa Panamboang di PPP Bacan. Salah satu pusat penangkapan ikan cakalang terbesar di Malut.
Mereka menunggu para nelayan membongkar hasil tangkap dan membeli ikan cakalang dari perantara di TPI. Volume yang mereka beli sudah di hitung dengan besaran biaya yang disiapkan. Harga perkilo pada periode ini Rp 14.000/kg.
Selanjutnya, ikan diangkut menggunakan Pick Up ke rumah. Di mana rumah ini juga menjadi lokasi pengasapan. Harga sewa sendiri dihitung per ember dengan harga rata-rata Rp 25.000.
Ikan cakalang yang sudah mendarat cantik di rumah kemudian dibersihkan dan sebagian disimpan. Ikan yang dibersihkan akan naik ke tungku pengasapan dan harus laku sore itu juga.Â
Menurut pengakuan pengolah, Yuni, ikan yang tidak dicuci bersih akan mempengaruhi kualitas karena biasanya ikan akan berulat atau tidak tahan lama.
Setelah dibersihkan, ikan kemudian diletakan di atas para-para. Tetapi sebelum itu, bara api sudah terlebih dahulu disiapkan. Bahan utama pengasapan sendiri berasal dari batok kelapa kering yang dibeli oleh pengolah sebesar Rp 500.000 per truk Pick Up. Sebagian yang merasa tak mempunyai modal, mengangkut sendiri batok kelapa dari kebun terdekat.
Saat diasapi, ikan fufu terus dipantau. Sesekali dipercikan air agar ikan tidak gosong. Ikan yang sudah matang dipisahkan ke samping. Setelah itu diletakan ikan yang baru. Proses ini terus berlanjut sampai sore hari.
Pembeli yang datang bisa langsung membeli di tempaf pengasapan. Harga per ikan dijual berbeda-beda sesuai ukuran. Umumnya ikan fufu terdiri dari ukuran kecil, besar dan belahan. Ikan fufu belahan ialah satu ekor ikan yang dibelah.
Harga-harga ini akan meningkat tajam di musim paceklik. Bahkan bisa menyentuh Rp 75.000-100.000 per ekor. Tak jarang perbedaan harga antar daerah juga sering terjadi.
Cakalang-cakalang ini akan habis pada sore itu juga dan tidak ada produk yang disimpan. Sebuah peluang bisnis yang luar biasa dengan permintaan yang tinggi.Â
Selain konsumen, para bibi-bibi yang berjualan di pasar juga sering mengambil ke tempat ini kemudian dijual kembali di Pasar Tembal atau Pasar Babang.Â
Selain diperdagangkan di Pulau Bacan, ikan cakalang fufu juga diperdagangkan antar kota. Khususnya di Kota Ternate. Hasil produk ini akan dikirim ke pedagang Ternate dan dijual ke pasar tradisional Gamalama, Bastiong dan Dufa-dufa
Nama yang terakhir ini juga merupakan Kelurahan pembuat ikan cakalang di Kota Ternate. Kelurahan yang di plot Pemda sebagai kampung nelayan yang diapresiasi dengan berdirinya patung cakalang di Pantai Dufa-dufa.
Berdasarkan data PPP Bastiong dan KKP, Ikan cakalang fufu dari Kota Ternate bahkan diekspor ke Manado dan Bitung. Jumlah per 2018 mencapai 275 ribu Kilogram.
Di pulau maitara juga sama, proses pembuatan ikan cakalang berada tepat di rumah-rumah. Tetapi yang unik, walaupun dikenal kampung nelayan tetapi pembelian ikan segar harus dilakukan dengan menyebrang dulu ke Kota Ternate kemudian dibawa lagi ke Maitara, diolah dan dijual lagi ke Ternate. Hal ini karena nelayan langsung mendaratkan hasil tangkapnya ke Kota Ternate.Â
Masalah utama yang dihadapi oleh home industry olahan ikan fufu baik di Halmahera Selatan, Ternate dan Maitara ialah minimnya bantuan dan perhatian terutama bantuan modal. Sehingga setiap pedagang olahan dalam melalukan produksi terkadang harus melakukan peminjaman ke pihak lain di luar lembaga keuangan. Hal ini, diakui pedagang karena ribetnya pinjaman ke bank yang mewajibkan adanya agunan atau jaminan sebagai syarat. Terima kasih, semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H