"Saloi merupakan ransel tradisional petani di Maluku Utara bagi emak-emak, jujaru (cewek remaja) hingga anak-anak perempuan".
Saloi atau tas ransel ala petani Maluku Utara merupakan tas wajib bagi petani utamanya kaum wanita jika ke kebun. Di Maluku Utara sendiri saloi menjadi identitas dari petani.Â
Keunikan saloi dapat ditemukan di setiap kabupaten di Maluku Utara. Bahkan, suku Tagutil (suku pedalaman) di Kabupaten Halmahera Timur juga menggunakan tas ransel ini untuk kegiatan sehari-hari. Dimana pun kita berkunjung kita akan menemukan para mama dan anak-anak yang menggandeng saloi dengan hasil kebun yang terisi.Â
Identitas saloi di Maluku Utara cukup penting. Ukuran masing-masing saloi per daerah bervariasi dengan bahan yang juga bervariasi tetapi memiliki bentuk yang sama.Â
Bahkan bisa dibilang saloi merupakan budaya petani Maluku Utara yang tak lekang oleh waktu. Sehingga, sebagai bentuk apresiasi akan kearifan lokal ini, berdiri salah satu monumen " Monumen Saloi" di Jailolo Kabupaten Halmahera Barat.
Selain sebagai alat atau tas tradisonal petani Maluku Utara, saloi kini sudah menjadi ole-ole yang dikembangkan industri kreatif. Bahkan, tak jarang pada event-event besar saloi di tampilkan baik di stan maupun sebagai pertunjukan utama.Â
 Menurut Antropolog Maluku Utara Agus Salim Bujang, keberadaan saloi harus tetap dipertahankan dan tidak boleh punah dimakan (perkembangan) zaman (baca berita tagar id).
Pada talinya terbuat dari serat pohon maupun plastik. Bentuk umumnya seperti corong dengan penampang atas berbentuk bulat dan buntut yang kecil.
Bentuk yang menyerupai bakul ini bisa di isi bermacam-macam hasil kebun. Saloi ini biasanya berdiameter bulat 1-2 meter dengan panjang 70 cm-1 meter bagi orang dewasa. Sementara, bagi remaja dan anak-anak memiliki ukran yang lebih kecil. Ukuran ini disesuaikan dengan si pemilik.
Saloi bisa dirajut sendiri atau di beli langsung dari pengrajin. Proses pembuatan sendiri cukup rumit karena butuh ketelitian dan keahlian. Dalam sebulan, warga atau pengrajin bisa menghasilkan 2 buah.Â
Saloi yang dibuat juga harus kuat hal ini karena mengingat fungsi yang akan digunakan oleh petani. Keawetan saloi juga terbilang cukup lama, bahkan bisa digunakan hingga beberapa tahun.Â
Setiap pagi mata saya selalu di manjakan oleh pemandangan perempuan-perempuan hebat yang memikul saloi ke kebun. Manfaat yang luar biasa dalam mengangkut hasil perkebunan diantaranya, kelapa, cengkih, pala, sayur, tomat, kayu bakar,dan apapun hasil kebun. Bisa dibilang tas ini lebih mahal dari tas bermerek seperti Gucci, Hermes,Luis Vuitton dll.
Dalam satu saloi, warga biasa menaruh apa saja tetapi dengan susunan yang wajib di perhatikan. Susunan ini antara lain hasil kebun yang berstruktur keras akan di taruh paling bawah dan yang paling lembek seperti sayur, pisang masak ditaruh paling atas.Â
Jika satu saloi tidak muat, maka warga biasanya menaruh kayu di samping sebagai penyangga agar spase semakin besar dan dapat menaruh banyak hasil kebun.
Hal ini karena kepraktisan dari saloi ketimbang harus mengangkut satu persatu ke titik kumpul pembelahan. Selain itu, kita juga bisa menaruh makanan dalam perjalanan ke kebun.
Selain kegunaan dalam mengangkut hasil perkebunan, saloi juga difungsikan pada kegiatan gotong royong (Bokyan). Panci, piring, beras dan segala perlengkapan yang berurusan dengan dapur dapat diangkut menggunakan saloi.Â
Keluh kesah yang dipikul petani dipundak tentang harga panen, tentang biaya sekolah, gagal panen, beras mahal menjadi teman bagi petani.
Seandainya saloi ialah manusia. Maka sudah tak terhitung berapa jumlah pengorbanan yang ia berikan. Cinta yang ia bagi dan harapan yang dia wujudkan.Â
Saloi ialah pasangan sejati antar dua dunia yang berbeda. Ia adalah identitas yang terbungkus dalam budaya keberagaman pertanian Indonesia. Terima Kasih***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H