Harapan akan manisnya jeruk Sabalaka dapat dinikmati anak cucu kami kelak. Harapan akan kemegahan dan sejarah harus lekat, dekat dan abadi.
Perjalanan pulang kami menjadi hampa, risau dan galau. Baru kali ini, perjalanan saya menyisahkan perkara di pikiran.Â
Obrolan demi obrolan mengantarkan langkah kami pulang ke Ternate. Seharusnya, komoditi-komoditi endemik lokal perlu dijaga dan diselamatkan. Memang, jeruk Sabalaka tidak terlalu tenar seperti jeruk lain.
Tetapi, nilai historis dan kebanggaan memiliki nilai ekonomis lebih. Patutnya, pemerintah, mahasiswa, kita, dan juga lembaga-lembaga turut serius dan peka pada keunggulan komparatif sebuah daerah.
Bawang Topo maupun jeruk Sabalaka hanyalah dua identitas komoditi dari puluhan komoditi yang terlupakan akibat arah pembangunan yang tidak tersistematis.
Kedepan, kita akan asing dengan identitas-identitas yang melekat, dan memakai identitas palsu pada keberagaman kehidupan. Yang asli akan pergi, yang datang nanti hanya cerita hati tapi tidak dinikmati. #marijagatanamanendemikkita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H