Setelah semuanya sampai, kami kemudian menuju titik perjanjian. Namun, nasib apes menimpa kami. Yap, teman yang hendak kami temui, justru sedang turun ke kota. Alhasil kami memutuskan untuk pulang dan kembali esok hari.
Hari kedua, cerita dan harap.
Perjalanan yang kami alami kemarin tidak kami sesali. Setidaknya kami sudah mengenal medan yang kami tempuh. Tepat pukul 09.00 kami pun berangkat, kali ini hanya kami bertiga.
Sesampainya kami di Topo, seorang wanita muda, energik, dan penuh semangat menyambut kami di kantor kelurahan. Wanita asal Aceh ini sudah menunggu kami sedari pagi. Ulfa namanya, wanita yang tidak kami temui kemarin.
Kami pun diundang masuk ke kantor kelurahan sekaligus sekretariat mereka. Sembari mengobrol, tiba-tiba datang seorang pria berbadan tegak. Melempar senyum kemudian dikenalkan oleh Olfa. Ternyata beliau adalah kepala kelurahan di desa tersebut, namanya Pak Rusman Hamid.
Berlima kami ngobrol panjang lebar, mulai dari keseharian para peserta KKN kebangsaan, aktivitas masyarakat, hingga harapan dari desa Topo sendiri. Kami pun langsung melakukan interview dengan keduanya, hingga salah satu pernyataan membuat kami terkejut sekaligus penasaran.
Menurut pak Rusman, bawang Topo memang dikenal berasal dari desa mereka. Akan tetapi masyarakat tidak lagi membudidayakan komoditi tersebut akibat alih fungsi lahan menjadi perumahan. Lagipula, desa yang terletak di pegunungan ini tidak memiliki lahan luas untuk ditanami bawang Topo.
"Tenar nama hilang bukti", itulah kondisi yang dapat menggambarkan kondisi bawang Topo saat ini, yang mana justru menjadi komoditi yang ditanam di dataran Halmahera sana.
Fakta lain yang kami dapatkan justru lebih menyita perhatian. Yap, salah satu komoditi asli Topo terancam punah. Dan saat ini hanya tinggal beberapa pohon saja. Itupun sudah diserang penyakit yang oleh warga sendiri tidak memiliki pengetahuan tentang penyakit tersebut.
Cerita yang diutarakan oleh pak Rusman membuat saya dan kedua teman penasaran. Maklum, jeruk ini baru pertama terdengar di telinga. Bahkan, tidak begitu familiar bagi kami.