Mohon tunggu...
Fauji Yamin
Fauji Yamin Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Tak Hobi Nulis Berat-Berat

Institut Tinta Manuru (faujiyamin16@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kau hanya Perlu Memahami Senyum Walau Sedang Marah

30 Agustus 2019   01:22 Diperbarui: 31 Agustus 2019   01:51 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ji, apakah kamu yakin pejabat-pejabat diatas sana, yang bergelimang harta, punya dua sampai tiga istri, mobip mewah dan rumah berlantai tidurnya ngorok? Tanyanya.

Saya terbengong-bengong dan belum sempat menjawab, ia melanjutkan " mereka tidak bahagia.".

Lah kok bisa pak guru? Tanyaku penuh keheranan.

Iyalah, wong mereka baru tidur sudah di gedor pintunya oleh wartawan dan tukang pencari receh yang hobinya membohongi pejabat. Syukur-syukur kalau pejabatnya ngak koruo, kalau korup, bangun tidur dibawah pintu dapat surat cinta dari amplok coklat, stroke lah.

Belakangan baru saya ketahui, amplop coklat yang dimaksud adalah panggilan dari penegak hukum (kejaksaan dan kepolisian).

Sebelum beliau pamit dan saya yang akan melanjutkan perjalanan, beliau berpesan. Saya daripada jadi pejabat, tidur tidak ngorok, hati gelisah karena rebutan jabatan mending saya jadu gula sembari sambilan dagang kecil-kecilan. Hidup bahagia, tak ada masalah sama orang, makan halal apalagi berbagi. Dunia dapat, surga dapat, ( sambil ketawa).

Ternyata sesimpel itu mereka menjalani hidup. Tanpa konflik. Tanpa gaduh. Apalagi sampai bunuh-bunuhan.

Kita hanya perlu kembali menafsir diri dan memilah, mana yang baik untuk dijalani dan mana yang tidak dipilih untuk dipertentangkan. Jika hal demikian berlaku, maka hemat saya, saat ini kita akan akur-akur saja. 

Tidak ada kegadugan yang berkembang besar. Akan ada kesejateraan tercipta dimana-mana. Tidak ada buly membuly, sara, tidak ada hatam baku hantam hanya karena kepentingan sesaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun