Mohon tunggu...
Nanda AP
Nanda AP Mohon Tunggu... Administrasi - Pembaca Musiman

Ars Longa, Vita Brevis~

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pernak-pernik Pelangi Kehidupan di Desa Rejoyoso

30 Januari 2020   11:06 Diperbarui: 30 Januari 2020   14:20 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebetulnya saya agak ragu untuk menaruh judul "Pernak-pernik pelangi kehidupan di desa Rejoyoso", karena saya hanya merasakannya satu bulan. Namun, karena kesan yang saya rasakan dari pengalaman yang singkat, ternyata sangat membekas pada diri saya, membuat saya memberanikan diri untuk  menulis dengan judul seperti di atas.

Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu komponen kegiatan akademik yang sudah ada pada setiap universitas, selain melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang setiap tahunnya mengadakan kegiatan "KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa)". Pada tahun ini progam pengabdian kepada masyarakat memiliki tema "KKM UIN mengabdi 2020".

KKM (Kuliah Kerja Mahasiswa) merupakan bentuk program wajib yang di ikuti oleh seluruh Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Dimana KKM menjadi wadah tersendiri bagi Mahasiswa untuk bersosialisasi pada masyarakat. Dulu saya berfikir, bahwa mengikuti kegiatan KKM nantinya akan mengabdi di tempat yang jauh dari perkotaan, akses ke lokasi yang sulit, tempat yang kekurangan air dan masyarakat nya masih belum mengenal teknologi.

Dan ternyata tidak semuanya sama apa yang saya fikirkan tentang lokasi KKM yang saya tempati. Saya mendapatkan lokasi KKM yang lumayan jauh dari perkotaan, bisa dibilang desa yang saya tempati sudah lumayan maju karena energy listrik sudah ada  dan jalur akses menuju ke lokasi  tidak terlalu sulit. Lebih tepatnya lokasi saya KKM di arah Malang selatan di desa Rejoyoso

Rejoyoso adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timu yang cukup luas. Desa Rejoyoso memiliki empat Dusun yaitu; Dusun Wotgalih, Dusun Karangsuko, Dusun Sukosari dan Dusun Balong. 

Sebuah desa yang memberikan kesan tersendiri bagi saya. Mengalami hidup di desa tersebut kurang lebih selama satu bulan, merupakan bagian dari rangkaian perjalanan tugas kuliah dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Keseluruhan pengalaman di desa Rejoyoso sungguh berkesan. 

Alam yang begitu indah, orang-orang pedesaan yang sangat ramah, keunikan budaya, adalah sebagaian dari segudang alasan untuk membuat siapapun yang datang ke desa Rejoyoso tak akan pernah melupakan pengalamannya

Namun, pengalaman tinggal bersama kelompok KKM di Rejoyoso, suatu hal yang sangat unik dan sangat menyenangkan dalam pelajaran hidup saya, yang membuat saya mendedikasikannya dalam tulisan tersendiri. Supaya kedepanya nanti masih bisa di kenang walaupun hanya melewati sebuah untaian cerita yang tidak terlalu panjang.

Di Rejoyoso kelompok saya tinggal di tempat Pak Supar salah satu warga desa tersebut, lokasi tempat tinggal kelompok saya tidak jauh dari kantor desa Rejoyoso. Kelompok saya tinggal di sebuah rumah yang sudah lumayan tua yang sudah jarang di tempat oleh si pemilik rumah, karena Pak Supar lebih sering tinggal di rumah satunya.

Rumah berwarna putih dengan perpaduan warna hijau dengan bentuk persegi memanjang ke bagian belakang. Yang tersusun atas tembok putih yang sudah mulai memudar warnanya dengan tiga tiang depan rumah dan jendela yang berwarna hitam di sisi bagian depan.

Di tempat tersebutlah kelompok saya melakukan tugas pengabdian selama kurang lebih satu bulan. Selama satu bulan kelompok saya mendapatkan pengalaman yang cukup banyak dan cukup menarik, karena rata-rata penduduk yang tinggal di desa terebut kebanyakan orang-orang Madura, disitu kelompok mengalami sedikit kendala dengan bahasa yang penduduk setempat gunakan sehari-hari.

Desa yang kebanyakan mata pencaharianya adalah berkebun dan bertani, ternyata tersimpan pernak-pernik pelangi kehidupan yang menarik menurut saya dan kelompok saya. Yaitu  salah satunya tentang alat transportasi getek, mungki di beberapa orang mendengar istilah getek masih asing.

Getek merupakan alat transportasi tradisional di air yang keberadaanya sudah cukup lama. Perahu getek  sering di gunakan oleh warga desa setempat untuk melakukana perjalan dari desa balong ke desa yang berada di seberang sungai.

Lokasi alat transportasi getek tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya, kira-kira butuh waktu 20 menit untuk menuju lokasi dengan berjalan kaki. Saya pun sedikit berbincang hangat dengan salah seorang warga yang telah menjalankan transportasi getek  selama 15 tahun. Pak Suwarno namanya, bapak penarik alat transportasi getek yang sudah lama. 

Biaya untuk menaiki tarsportasi tersebut tidaklah mahal cukup dengan dua ribu rupiah sudah bisa menaikinya. Sempat saya bertanya" kenapa tidak di bangun jembatan saja biar akses antar desanya menjadi lebih mudah ?", waduh mas, ini sudah menjadi mata pencaharian saya nanti kalo ini di bangun jembata saya kerja apa ?(jawaban dari pak suwarno).

Kemudian saya terdiam dan menarik nafas selang beberama detik lalu sedikit tersenyum, sepitas terlintas dalam pikiran saya teringat pernah ada yang pernah bilang ke saya kalau dulu  pernah di protes ketika mau di bangun jembatan.

Ya, mungkin beberapa pekerjaan memang telah menjadi mata pencaharian tetap di suatu tempat, itulah kenapa ketika mau di pindah atau di tempatkan pada yang lain ada saja penolakan yang terjadi. Tak hanya cerita getek saja, tetapi pernik lain dari desa Rejoyosoo salah satunya adalah Gantangan, Gantangan ini menurut saya cukup unik dimana sebelumnya saya tidak pernah tahu atau mengerti,

Gantangan adalah tempat khusus untuk menaruh sangkar dengan burung yang dipakai pada setiap pertandingan kontes burung kicau disuatu perlombaan burung. 

Pada waktu sore hari di hari minggu tepatnya pada tanggal 29 Desember 2019, banyak sekali warga yang datang ke posko kelompok saya dan binggunnya kenapa warga yang dating semua membawa burung dan sangkarnya, sempat saya berfikir apa memang begini penyambutanaya di desa ini? Ternyata dugaan saya kurang tepat. Masyarakat yang dating ternyata mau berlomba kicau burung yang lokasinya tepat di belakang posko kelompok saya.

Wah, menarik juga ya di posko yang setiap selasa sore dan minggu ada rutinan lomba burung, sembari menikmati tugas pengabdian yang cukup melelahkan, di sisilain di suguhkan dengan kicauan burung sore hari yang begitu merdu.

Untuk Sementara yang dapat saya ceritakan dari "Pernak-Pernik Pelangi kehidupan di desa Rejoyoso" sampai di sini, meskipun belum bisa menceritakan seluruh pengalaman dan pernak-perniknya.

Kami mendapatkan pelajaran yang begitu sangat berharga, bagaimana kami harus menjadi masyarakat yang baik bahkan menjadi masyarakat yang dapat memberikan manfaat bagi desa.

Sekian dan Terimakasih  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun