Dalam sebuah proses pengkaderan didalam organisasi khususnya organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), kita tidaklah boleh lepas dari yang namanya karakter dari seorang kader itu sendiri, dimana dalam karakter itu terbagi menjadi empat karakter yang biasanya ada dalam diri manusia itu sendiri.
Karakter yang pertama adalah Sanguinis, dalam artian biasanya sanguinis itu memiliki sifat cerewet,optimis,humoris,aktif,dan lain-lain. Jadi kita selaku penggerak atau lebih kerenya promotor harus bisa memilah dan memilih sifat-sifat kader dalam karakter yang pertama tersebut, agar kita bisa lebih gampang untuk menjalani proses pengkaderan.
Melihat karakter yang ke dua itu adalah Milankois, dimana terkdang cenderung merasa malu, tidak mudah percaya, tertutup, menyendiri dan lain-lain. Sedangkan karakter yang ke tiga ada Prakmatis, yang mana prakmatis itu lebih condong seorang yang mempunyai gaya santai, tenang, tratur, serta memiliki tujuan yang tepat. Dan karakter yang terahir ialah Korelis, sifatnya itu lebih ke keras kepala, egois, mudah marah dan lain-lain.
Dari sinilah kita selaku promotor atau penggerak harus teliti dalam mencari seorang kader. Jadi, tidak hanya melihat dari satu sudut pandang saja namun kita harus melihat dari sudut pandang yang lain, sehingga nantinya kita akan mengetahui lebih condong manakah karakter kader tersebut.
Apakah lebih condong yang pertama, ataukah yang lainnya. Karena itu menjadi tanggung jawab yang besar bagi seorang pemimpin dalam melakukan proses pengkaderan tersebut.
Adapun tugas bagi seorang promotor atau penggerak harus lebih sering berkumpul supaya nantinya bisa membangun keakraban terhadap kadernya. Agar nantinya bisa mengetahui kader yang aktif maupun yang tidak aktif.
Adapun yang menjadi persoalan sekarang ini adalah, kenapa mulai dari dulu hingga sekarang proses pengkaderan hanya melingkar di isu yang sama dan tidak bisa dipecahkan? Karena tidak adanya kesadaran dalam diri seorang promotor atau pengerak sehingga kita melupakan akan tujuan sebenarnya dalam organisasi khususnya organisasi PMII.
Maka dari itu kita harusnya lebih memiliki kesadaran didalam diri kita, supaya kita bisa memahami akan tujuan organisasi tersebut.
Jika kita melihat kembali tujuan oraganisasi PMII itu adalah "terbentuknya pribadi muslim Indinesia yang bertaqwa terhadap Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya, serta komitmen dalam memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia". Dan dari situlah kita bukan hanya sekedar menghafal tujuan tersebut, melainkan bagaimana sekiranya kita bisa memahami dan bisa menerapkan dalam kesehari-harian kita, khususnya proses pengkaderan terhadap kader.
Jika suatu perubahan hanya di nyiyirkan begitu saja dan tidak ada kemauan bergerak untuk mewujudkan perubahan, maka sulit bagi kita untuk menjalankan proses tersebut tanpa ada kemauan dalam diri seorang pemimpin. Jadi kita selaku penggerak atau promotor butuh yang namanya setrategi atau siasat yang jelas, agar kita bisa membongkar apa saja yang menjadi penghalang dalam menjalankan proses pengkaderan tersebut.
Seorang promotor harusnya jangan langsung menstakma jika kader tersebut memiliki sifat pemalu, canggung, dan lain-lain. Tanpa melalui proses pendekatan secara fisik terhadap kader itu sendiri.