Mohon tunggu...
Ohahauni Buulolo
Ohahauni Buulolo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pelayanan Sosial

Takut akan TUHAN adalah Permulaan Pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Signifikansi Filsafat bagi Iman Kristen

26 Maret 2024   11:06 Diperbarui: 26 Maret 2024   11:10 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Nama Ohahauni Buulolo

onesbuulolo14@gmail.com 

Pendahuluan

       Beberapa orang Kristen memandang filsafat dengan curiga karena mereka pernah mendengar kisah-kisah mengenai orang lain yang runtuh imannya karena mempelajari filsafat. Mereka telah disarankan untuk menghindari filsafat seperti menghindari wabah penyakit. Dampak dari menghindari filsafat ini orang Kristen mengalami bebrapa hal. Pertama, orang Kristen gagal memehami pola pikir masa kini. Kedua, Seseorang tanpa sadar justru menjadi korban dari pemikiran orang yang berfilsafat. Ketiga, Tidak hanya itu, seseorang yang menghindari untuk beajar filsafat, mereka bisa saja berpegang pada keyakinan yang berbahaya bagi iman Kristen tanpa mereka menyadarinya. Tindak orang Kristen yang tidak mau belajar filsafat jelas bahwa langkah ini tidaklah bijak, namun orang Kristen yang mau belajar filsafat harus tahu kepada siapa anda belajar filsafat. Salah pintu masuk dalam belajar filsafat akan mendapatkan kesesatan berpikir, jadi dalam belajar filsafat harus selektif karena kepada siapa orang Kristen belajar filsafat akan menentukan siapa kekristenan kedepannya.

       Dalam perkembangan ilmu pengetahuan Kekristenan sanggup menghadapi tantangan intelektual yang menghadangnya. Belajar filsafat bukan runtuhnya iman, namun justru memiliki harta yang tak ternilai yaitu iman yang matang yang didasarkan pada akal sehat yang baik.

       Seorang Kristen harusnya memiliki minat khusus dan tanggung jawab untuk mempelajari filsafat. Sebab Filsafat akan memberikan tantangan sekaligus kontribusi bagi orang Kristen untuk memahami iman. Maka belajarlah filsafat, sebab karena kebenaran milik Allah dan filsafat adalah upaya untuk mencari kebenaran, maka filsafat dapat membantu dan membangun kerangka berpikir kita dalam memahami Allah dan dunia-Nya. Filsafat memberikan tantangan khusus bagi orang Kristen, baik secara positif maupun Negatif. Namun tentu yang penulis rekomenditkan dalam belajar filsafat tentu, pertama sekali kepada ahli pada bidangnya dan kedua, orang yang menjadi pengajar filsafat harus orang yang takut akan Tuhan (Amsal 1:7).

Definisi Umum Filsafat

       Kata filsafat berasal dua kata Yunani Philo dan Sophia yang berarti " Mencintai Kebijaksanaan", karena yang terutama dalam pikiran orang-orang zaman purba adalah Kebijaksanaan. Dalam sudut pandang ini, tugas utama filsafat adalah pendidikan Etika, artinya filsafat harus mengajarkan tentang kehidupan yang baik. Bahkan segi-segi yang lebih abstrak dari filsafat juga berperan serta untuk mencapai sasaran ini, sebab pengetahuan dan pemahaman merupakan bagian dari kehidupan yang baik itu. Menurut para filsuf Yunani, orang yang tidak berpengetahuan tidak akan dapat mencapai kebahagiaan yang sejati.[1]

       Sebagian orang mengatakan bahwa Filsafat adalah ratu ilmu pengetahuan yang memiliki sifat paling umum daripada ilmu fisika atau biologi dll. Orang berpendapat bahwa filsafat memberi tahu kita tentang berbagai unsur pokok utama dunia, sedangkan filsuf lain berkat bahwa penyelidikan semacam itu tidak pernah ada. Ada yang berkata bahwa filsafat merupakan aktivitas rasional yang memusatkan perhatian pada argumentasi dan evaluasi data secara kritis. Namun yang lain benganggap bahwa argumentasi akal sehat bukanlah hal yang sangat penting dan tidak ada argument yang meyakinkan dalam filsafat. Karena itu, penjelasan yang akurat, komprehensif dan sederhana tentang filsafat hendaknya meliputi sejumlah praktik dan pandangan yang jelas tidak konsisten.

Dasar Alkitabiah Bagi Filsafat Kristen 

       Dalam I Petrus 3:15; Ibr.11:6 mengatakan bahwa tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Allah tidak akan memberikan berkat bagi orang yang bodoh. Orang Kristen tidak akan menerima berkat rohani bila ia memiliki iman yang bodoh. Iman mungkin lebih layak diberi imbalan dari pada nalar. Tetapi Nalar lebih mulia (orang Yahudi di kota itu (Berea) lebih baik hati dari pada Yahudi di tesalonika, alasan karena mereka menyelidiki kitab suci untuk mengetahui, apakah itu semuanya benar demikian? Dalam Kis. 17:11. Ada beberapa fungsi filsafat dalam ibadah agama Kristen. Filsafat disebut sebagai "alat teologi"; Filsafat adalah pertahanan terhadap ajaran sesat dan merupakan pokok terpenting dari Apologetik. 

Fungsi filsafat dalam iman Kristen

  • Fungsi filsafat dalam Teologi.  Orang tidak dapat membuat teologi yang sistematik tanpa bantu filsafat. misalnya ortodoks percaya pada satu Allah yang secara kekal ada dalam tiga oknum.
  • Fungsi filsafat Apologetika. Tugas apologetika adalah untuk mempertahankan iman Kristen terhadap serangan dari luar (I Pet. 3:15). Ada beberapa cara di mana filsafat dipakai untuk menyelesaikan tugas ini. Ada tugas Negatif dan ada tugas positif. (a). tugas Negatif terbagi menjadi dua: (1). Menunjukkn bahwa serangan-serangan atas kekristenan tidak benar; maksudnya berlawanan dengan kenyatan dan kontradiktif. (2). Menunjukkan bahwa pandangan Non-Kristen belum tentu benar. (b). tugas Positifnya juga bergantung pada filsafat. Tugas ini memerlukan pembuatan argument-argumen yang baik atau menyediakan bukti-bukti yang baik untuk pengesahan kebenaran dasar agama Kristen.
  • Fungsi filsafat dalam polemik. Tugas polemik adalah berdebat melawan ajaran-ajaran sesat dalam agama Kristen, berbeda dengan apologetika yang berdebat melawan kesalahan-kesalahan dari luar.
  • Fungsi filsafat dalam komunikasi. Para missionari dan apologetika Kristen sudah makin menyadari bahwa terdapat aneka ragam pandangan dunia yang di dalamnya dan olehya menusia berpikir secara sangat berbeda-beda tentang Allah, manusia dan dunia.
  • Ada korelasi sistematis antara semua data Alkitabiah yang menyangkut Allah. Hal ini menghasilkan antara lain dua premis: (a) ada satu Allah (b) ada tiga oknum (Bapa, anak, dan Roh Kudus) yang adalah Allah.
  • Ada deduksi logis yang ditarik dari dua premis ini, yaitu, doktrin mengenai trinitas: ada satu Allah yang hadir dalam tiga oknum.

       Jadi Filsafat sangat membantu dalam pembentukan sistem Kristen dan dalam pembuktian kesalahan pandangan yang berlawanan dengannya. Kalua membaca II Kor. 10:5 jelas ada negative dan positifnya. Negatifnya: "kami mematahkan setiap siasat orang yang merobohkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah" Positifnya: " Kami menawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus.

       Tanpa pemahaman yang sungguh-sungguh akan filsafat, orang Kristen hidup dalam belas kasihan dari orang Non-Kristen dalam arena intelektual. Jadi tantangan bagi orang kristen adalah: Berpikir melampaui orang Non-Kristen baik dalam membangun sistem kebenaran maupun dalam mematahkan sistem-sistem yang salah. Bila itu adalah tugas orang Kristen dalam filsafat lalu bagaimanakah penjelasan bagi peringatan Rasul Paulus," Berhati-hatilah" (Kol.2:8)? Ayat ini sayangnya orang Kristen telah mengambil ayat ini sebagai perintah untuk menolak mempelajari filsafat. Hal ini tidak lah benar karena beberapa sebab. Ayat ini bukanlah larangan terhadap filsafat, melainkan terhadap filsafat yang salah. Karena Paulus menambahkan " Yang kosong dan palsu menurut ajaran turun temurun dan roh-roh dunia" Paulus melawan filsafat yang palsu, seperti gnostisisme yang telah merasuki gereja di Kolose. Kata Sandang "ini" dalam bahasa asli Yunani merujuk pada filsafat tertentu)

Tantangan Terhadap Filsafat

       Socrates pernah berkata, "Tanpa Pengkajian atas kehidupan, hidup Ini tidak berarti." Para filsuf senantiasa mengkaji kehidupan, tujuannya serta arti yang terkandung di dalamnya. Maka itu para filsuf mencoba mengkaji beberapa ilmu pengetahuan. (a). Pengkajian filosofis Aristoteles pernah berkata bahwa filsafat, " berawal dari rasa heran". Manusia tidak pernah bisa berhenti bertanya atau menyelidiki sekitarnya.[2] (b). Pendapat sorang Filsafat. Tokoh eksistensial, Jean-Paul Satre menjawab pertanyaan ini dengan berpendapat bahwa " semua kehidupan adalah sebuah gelembung kosong di samudera kehampaan." (c). Pendangan Kristen. Orang Kristen berkata bahwa " kehidupan yang berkelimpahan" dimana kita "memuliakan Allah dan memiliki Dia selamanya. Menenai Nasib " Kemana aku akan pergi" (d). Pandangan Filsuf. Martin Heidegger beranggapan bahwa manausia adalah " mahkluk yang akhir hidupnya kepada "kehampaan" terakhir. (e). Pandangan Kristen. Orang Kristen memiliki optimisme yang lebih jauh kedepan. Mereka percaya bahwa kerajaan Allah akan datang, dan kehendakNya akan jadi. " Dibumi dan di surga". Umat Kristen percaya bahwa sejarah bergerak menuju arah yang pasti dan akan menyempurnakan rencana Allah. Umat Kristen yang mengimani Alkitab yakin " ada surga untuk diraih dan neraka untuk dihindari. Mereka percaya pada apa yang di sebut C. S. Lewis " perceraian besar" antara surga dan neraka, yang akan menyediakan kebahagiaan abadi bagi orang-orang yang berkata kepada Allah, " jadilah kehendak-Mu", dan kesengsaraan abadi bagi orang-orang yang kepada mereka Allah berkata, " Terpujilah sesuai dengan imanmu."

Hubungan antara iman dengan nalar.

       Sebelum pandangan-pandangan ini dapat dipahami, istilah Penyataan dan penalaran perlu dijelaskan. Penalaran adalah suatu penyingkapan secara adikodrati oleh Allah mengenai kebenaran yang tidak mungkin diketahui oleh kekuatan nalar manusia tanpa dibantu. Nalar ialah kemampuan alami dari pikiran manusia untuk mengetahui kebenaran. Berbagai solusi atas persoalan yang metodenya merupakan sumber kebenaran yang dapat diandalkan itu dapat dibagi menjadi lima kategori dasar. (a). Pernyataan semata. (b). Nalar semata. (c). Penyataan melebihi Nalar. (d). Nalar. (e). Penyataan dan Nalar. (f). Penyataan semata

       Beberapa filsuf mengklaim bahwa penyataan saja dapat dianggap satu sumber yang sah dari pengetahuan manusia. Para filsuf itu menunjukkan ketidak percaya pada nalar manusia sebagai satu jalan untuk mendapat kebenaran.

a. Pernyataan Semata

  • Pandangan Soren Kierkegaard. Menurut Soren Kierkegaard (1813-1855), bapak eksistensialisme modern, pikiran manusia sama sekali tidak mampu mengetahu suatu kebenaran ilahi. Hal ini ada beberapa alasan. (a). Keadaan manusia yang sudah jatuh kedalam dosa. Dosa telah memisahkan manusia dari Allah yang Kudus. Sesungguhnya, Allah adalah satu " batu sandungan" bagi manusia yang dalam keadaan terus-menerus memberontak terhadap-Nya. Menurut Kierkegaard manusia menderita "penyakit sampai mati" (judul dari salah satu karyanya). Sifat dosa menusia membuatnya tidak mungkin mengetahui kebenaran tentang satu Allah yang bersifat pribadi, sebab Allah inilah yang oleh manusia dengan penuh nafsu diabaikan atau ditolak. (b). Transendensi Allah. Manusia tidak mengkin mengetahui kebenaran apa pun tentang Allah, sebab Allah "Sama sekali lain". Allah bukan saja merupakan batu sandungan bagi kehendak manusia, tetapi Dia merupakan "paradoks" bagi nalar manusia. Artinya Nalar sama sekali tidak dapat menjangkau melampaui dirinya sampai kepada Allah. Nalar tidak mempunyai peranan positif. Hal terbaik yang dapat dilakukan oleh nalar ialah menolak apa yang tidak masuk aka atau yang tdiak rasional, tetapi nalar tidak dapat secara positif membantu untuk mencapai kebenaran ilahi. Menurut Kierkegaard kebenaran Kristiani hanya dapat diketahui melalui "Lompatan iman." Yang dia maksud ialah tindakkan yang benar berdasarkan kehendak untuk menghadapi rintangan rasional yang membutakan.[3]

       Usaha-usaha pembuktian merupakan penghinaan kepada Allah. Menurut Kierkegaard upaya rasional apa pun untuk membuktikan keberadaan Allah merupakan menghinakan kepada Allah. Itu adalah seperti seorang kekasih yang menuntut pembuktian keberadaan dari orang yang dikasihinya kepada orang-orang lain sementara orang yang dikasihi tersebut hadir di situ. Sesungguhnya, bahkan tidak seorang pun mulai membuktikan Allah kecuali dia telah menolak kehadiran Allah dalam hidupnya, demikian pendapat Kierkebaagrd. Bukti-bukti sejarah tidak berguna. Kierkegaard bertanya, dapatkah kebahagiaan yang kekal didasarkan pada kejadian sejarah? Jawaban tegas dan mengiang-ngiang "tidak!" Hal yang kekal (baka) tidak pernah dapat didasarkan pada hal yang sementara (fana). Hal yang terbaik yang dapat disediakan oleh sejarah ialah probabilitas- tetapi orang percaya membutuhkan kepastian sebelum dia membuat apa yang oleh Paul Tillich disebut "komitmen tertinggi kepada yang tertinggi." Hanya dengan iman kepada Yang transenden orang dapat melampaui probabilitas sejarah dan manusia dan menemukan Allah.

  • Karl Barth. Barth adalah salah satu teologi terkenal dari gereja Kristen kontemporer. Ia berpendapat bahwa Allah adalah "sama Sekali lain" dan hanya dapat dikenal penyataan ilahi. (a). Perlunya penyataan adikodrati. Barth juga percaya bahwa menusia yang jatuh dalam dosa tidak mampu untuk mengenal Allah yang maha Kudus. Barth menganggap sia-sia semua supaya untuk memikirkan secara seseorang menuju Allah. Inilah alasannya mengapa Barth merasa senang menulis suatu pengantar untuk sebuah buku, karya seorang ateis Ludwig Feurbach (1804-1872), yang berpendapat bahwa Allah tidak lain adalah proyeksi dari khayalan manusia. Meskipun demikian, Barth menganggap bahwa apa yang tidak dapat dilakukan oleh manusia " dari bawah ke atas" melalui Nalar, Allah telah melakukannya " dari atas ke bawah" melalui penyataan adikodrati. Kata Barth, Alkitab adalah tempat bagi penyataan Allah. Alkitab adalah alat melalui mana Allah berbicara. (b). Penolakkan Barth terhadap penyataan alamiah.

       Allah tidak berbicara kepada kita melalui alam, sebab manusia telah jatuh kedalam dosa, dan karena itu telah sama sekali mengaburkan dan salah menafsirkan penyataan Allah dalam alam. Bahkan "gambar Allah" pada diri manusia bukan merupakan "titik kontak", melainkan titik permusuhan antara Allah dengan manusia. Barth berpendapat bahwa pikiran manusia tidak mampu mengenal Allah.[4] sebenarnya, Barth menjawab pertanyaan apakah manusia mempunyai kapasitas untuk menerima pernyataan adikodrati Allah melalui buku berjudul Nein (tidak!). Nalar manusia tidak mempunyai kapasitas baik aktif maupun pasif untuk menerima penyataan ilahi.

b. Nalar Semata

       Kaum rasionalis yang menyatakan bahwa semua kebenaran dapat diketahui melalui Nalar manusia. Ada juga beberapa orang yang mengatakan bahwa sama sekali tidak sesuatu yang benar diketahui melalui penyataan, tetapi menjadikan nalar sebagai Tes final yang memadai terhadap apa yang benar dan apa yang tidak benar dalam penyataan yang diduga bersifat adikodrati.

  • Pandangan Immanuel Kant. Kant sendiri adalah pewaris Lutheran yang taat dan saleh. Dalam karyanya yang terkenal Critiqus of pure Reason, yang meletakkan dasar bagi banyak aliran Agnostisisme modern. Kant mengklaim bahwa dia mengkritik nalar spekulatif (teoritis) memberi ruang bagi iman. (a). Nalar mengharuskan kita untuk hidup "seolah-olah ada satu Allah." Kendatipun ada fakta bahwa kita tidak dapat mengetahui (melalui Nalar spekulatif) apakah Allah ada, kita harus hidup seolah-olah ada satu Allah, sebab nalar praktis ( moral) mengharuskan hal ini. Artinya Nalar mengharuskan kita menganggap bahwa Allah ada dengan maksud agar kewajiban moral kita dalam hidup ini masuk akal. Sebab jika kita tidak hidup seolah-olah Allah ada, maka tidak mungkin orang memenuhi perintah untuk mencapai kemaslahatan terbesar. (b). Nalar mengharuskan kita untuk hidup " solah-olah berbagai mukjizat tidak terjadi.

       Bagaimana esensi dari apa yang dikerjakan oleh Kant tergambar pada judul bukunya, Religion Within the Limits of Reason Alone. Dengan menggunakan apa yang oleh Kant disebut "Nalar Praktis" maka Kant telah meletakkan dasar bagi kecenderungan untuk menghilangkan unsur adikodrati yang diciptakan oleh keyakinan agama.

  • Pandangan Benedict Spinoza. Satu contoh yang sangat radikal terhadap pandangan "Nalar semata" ialah Filsuf Yahudi, Spinoza. Dia menganggap bahwa semua kebenaran hanya diketahui melalui dalil yang membuktikan dirinya sendiri. Apa yang bertentangan dengan dalil dalil ini atau tidak dapat direduksi melalui dalil tsb harus ditolak sebagai tidak rasional, entah itu ada di Alkitab atau tidak. (a). Rasionalisme Geometrik. Melalui dengan dalil-dalil hasil pemikiran manusia yang tidak dapat direduksi, Spinoza " menarik kesimpulan" dari semua kebenaran penting Allah, menusia dan dunia. Menurut dia, secara rasional adalah perlu untuk menyimpulkan bahwa hanya ada satu "substansi" dalam alam ini, sedangkan segala sesuatu termasuk semua manusia hanya merupakan metode atau momen (ini jelas adalah semacam Panteisme). Demikian juga, "kejahatan" hanyalah ilusi dari momen atau kejadian. Spinoza tidak mempercayai persebsi indrawi, menurut dia, persepsi Inderawi bukan sumber kebenaran. (b). Rasionalisme anti-kebenaran. Spinoza menyimpulkan bahwa Musa bukanlah penulis Lima kitab PL, dia juga tidak menerima kitab-kitab itu melalui penyataan dari Allah. Dia menganggap itu "tidak rasional" untuk mempercayai mujikzat yang tercatat dalam Alkitab, atau mujikzat yang dimana pun.

c. Nalar Melebihi Penyataan.

  • Bapak-bapak dari Aleksandria. Yustinus Martir percaya pada penyataan ilahi, tetapi selain Alkitab dia berpendapat bahwa "Nalar ditanamkan pada manusia dari bangsa mana pun." Mengingat hal ini dia menganggap bahwa orang yang sezaman dengan orang Yunani kuno yang "hidup secara layak adalah orang Kristen, walaupan mereka telah dianggap sebagai ateis." Ini termasuk orang seperti Heraklitus dan sokrates.
  • Klemens dari Aleksandria bahkan lebih memuji-muji nalar menusia. Pada bagian yang terkenal dari karyanya STROMATA, dia menulis " sebelum kedatangan Tuhan, filsafat diperlakukan bagi orang Yunani untuk mengetahui kebenaran." Hlm 284 sebab Filsafat "adalah guru untuk membawa pikiran Helenis, seperti hukum, orang Ibrani, kepada Kristus." Klemens bukan hanya mengaghng-agungkam nalar manusia, tetapi kadang bahkan menyamakan dengan penyataan ilahi. Dia percaya bahwa Plato berbicara " dengan Ilham dari Allah. Dia tidak ragu menafsirkan penyataan ilahi mengingat jenis penalarannya sendiri yang bersifat Platonik.
  • Pandangan penelitian Alkitab dari segi sejarah dan sastra secara modern. Barangkali cth paling bagus dari para pemikir yang mengangkut pandangan "Nalar melebihi penyataan"ilahi yang dikenal sebagai kaum liberal" atau kristikus Alkitab dari segi sejarah dan sastra. " Secara kasar hal ini mengacu pada satu gerakan teologis yang berkembang dari pemikiran Eropa abad ke-17-ke-18. Gerakan ini dipengaruhi oleh Spinoza, Kant dan Hagel, yang dengan nalar manusiawi menyimpulkan bahwa Alkitab sebagian atau seluruhnya bukunlah penyataan dari Allah.

d. Penyataan Melebihi Nalar.

       Lawan dari semi-rasionalis yang mengagungkan-agyngkan Nalar melebihi penyataan Allah adalah Kaum revelasionis keras, mereka ingin mengagungkan penyataan melebihi Nalar.

  • Tertulianus. Tertulianus kadang dikenal sebagai seorang pendukung "penyataan semata". Ini didasarkan pada pernyataan tinggal "Aku percaya karena hal itu tidak masuk akal." Pada kesempatan ini tertulianus berbicara mengenai perlunya menggunakan " petunjuk Nalar". Dia juga menentang orang yang " puas dengan hanya percaya tanpa sepenuhnya menguji dasar dari berbagai tradisi" yang mereka percayai. Dengan demikian benar bahwa Tertulianus mengagung-agungkan penyataan melebihi Nalar. Menurut pendapat Tertulianus, para filsuf adalah "bapak dari semua ajaran sesat." Tertulianus bukan saja menganggap filsafat tidak berguna, melainkan menganggapnya sama sekali tidak penting bagi orang percaya. Satunya yabg benar- benar berarti hanyalah penyataan.
  • Cornelius Van Til. Barangkali para pemikir kontemporer mengenai orang yang mengagungkan penyataan melebihi Nalar ialah teologi dan apologet Reformed, Cornelius Van Til (lahir 1895). Pendapatnya sering disebut PRESUPPOSITIONALISM karena pendapat itu sangat menekankan perlunya orang menganggap pasti kebenaran penyataan agar nalar bisa berfungsi. (a). Masalah pada rasionalisme Kristen. Menurut Van Til, kesulitan pada berbagai pandangan Kristen lainnya tentang iman dan Nalar adalah bahwa pandangan itu mengagungkan nalar melebihi Allah. Mereka mendasarkan Allah pada nalar, bukannya mengakui kebenaran bahwa nalar berpangkal pada Allah. (b). Allah tidak tunduk pada hukum logika. Van Til menolak pandangan yang dianut oleh banyak orang Kristen bahwa Allah tunduk pada hukum pada non-kontradiksi. Logika hanya berlaku pada pencipta, bukan pada sang pencipta. (c). Pemakaian nalar manusia secara tepat. Jika orang harus lebih dulu menganggap pasti kebenaran dari penyataan dan berpendapat bahwa hukum no-kontradiksi tidak berlaku terhadap Allah, bagaimana Van Til dapat menghindar pendapat " penyataan semata"? Apa dasarnya bahwa nalar berkaitan dengan penyataan ilahi? Van Til menyatakan bahwa Wahyu Allah bukanlah Allah.

e. Penyataan Dan Nalar.

       Kategori terakhir terdiri dari orang Kristen yang menganggap ada hubungan antara penyataan dengan nalar. ada dua pemikir besar yang termasuk dalam tradisi ini.

  • Pandangan Santo Agustinus. Agustinus (345-430) masuk Agama kristen dari latar belakang filsafat Plato, sementara Aquinas menulis menurut ajaran Aristoteles. Naman, dua orang ini mempercayai ajaran dalam Alkitab. Dasar mereka= (Yes.7:9)= "Jika kamu tidak percaya, kamu tidak akan mengerti." Hubungan dasar antara nalar dan penyataan adalah bahwa orang Kristen yang berpikir berusaha menafsirkan hal yang layak dipercaya secara dapat dimengerti. Dia berusaha untuk berpikir mengenai batas pernyataannya. (a). Iman adalah langkah pemahaman. Menurut Agustinus, "iman adalah langkah pemahaman." Tanpa iman terlebih dahulu orang tidak akan sampai pada pemahaman yang utuh mengenai kebenaran Allah. Iman menuntun orang menyelami pengetahuan. Dalam hal ini Agustinus sepenuhnya percaya bahwa iman pada penyataan Allah datang lebih dahulu daripada nalar manusia. Agustinus berkata bahwa " tidak seorang pun pernah mempercayai sesuatu sebelum dia mempunyai suatu pengertian mengenai apa yang akan dia percayai itu. Artinya Agustinus mau berkata bahwa tidak seorang pun harus mempercayai sesuatu penyataan sebelum dia lebih dahulu menilainya dengan nalar bahwa itu patut dipercaya. Agustinus mengatakan " otoritas memerlukan kepercayaan dan mempersiapkan orang untuk bernalar, tetapi nalar bukan sama sekali absen dari otoritas, sebab kita harus mempertimbangkan siapa siapa yang harus kita percayai, dan otoritas paling tinggi dimiliki oleh kebenaran jika kebenaran itu diketahui dengan jelas. (b). Pengertian adalah Upah dari iman. Agustinus menganggap bahwa "iman adalah langkah pemahaman" , dia juga berpendapat bahwa " pengertian adalah Upah dari iman." Menurut Agustinus iman adalah peasyatan untuk memahami sepenuhnya penyataan Allah.
  • Pandangan Thomas Aquinas. Aquinas (1224-1274) menganggap dirinya sebagai pengikut setia Agustinus. Banyak orang berkata bahwa perbedaan diantara mereka adalah bahwa Aquinas mengambil kebenaran Kristen dari Agustinus dan menyatakannya dengan terminologi Aristoteles (bukan dengan terminologi Plato yang digunakan oleh Agustinus). Selai itu, tampak adanya pergeseran penekanan, karena Aquinas lebih menekankan peranan Nalar ketimbang Agustinus, setidaknya dia lebih banyak berbicara Nalar. (a). Keberadaan Allah dapat dibuktikan. Aquinas mengakui bahwa tidak semua orang dapat membuktikan kebenaran Allah. Hal ini ada beberapa alasan. 1). Karena pemikiran bersifat terbatas. 2). Pikiran bisa salah. Karena alasan inilah, kata Aquinas, orang perlu lebih dahulu percaya pada kebenaran Allah, jika tidak maka hanya sedikit orang yang akan mempunyai pengetahuan tentang Allah. Menurut Aquinas, percaya bahwa Allah ada diperlukan sebab "penyelidikan oleh akal manusia sebagian besar mengandung kesalahan di dalamnya. Itulah sebabnya mengapa kepastian yang tak tergoyahkan serta kebenaran murni menyangkut hal-hal ilahi perlu diberikan kepada manusia melalui iman. Singkatnya Aquinas berpendapat bahwa manusia tindak pada berbagai efek mental dari dosa, yaitu pengaruh dosa terhadap pikirannya. Meskipun ada pengaruh dosa, dengan iman pada penyataan Allah manusia menerima kemampuan yang diberikan oleh Allah untuk mengatasi kekurangan ini. Karena dosa tidak mungkin membinasakan seluruh akal sehat manusia, sebab dengan demikian manusia pasti tidak lagi mampu berdosa. Aquinas berkata bahwa dengan bantuan penyataan maka manusia dapat mengerti kebenaran tertentu mengenai Allah dan bahkan "membuktikan" kebenaran itu secara filosofis. Thomas Aquinas mencatat "Lima Cara" untuk dapat membuktikan keberadaan Allah, yang paling penting dari padanya ialah Argumen KOSMOLOGI" sbb: (a). Ada hal-hal yang terbatas dan berubah. (b). Setiap hal yang terbatas dan berubah pasti disebabkan oleh hal lain. (c) mustahil ada pemikiran mundur secara tidak terbatas untuk mencari penyebab ini. (d). Karena itu, setiap hal yang terbatas dan berubah itu pasti terdapat satu penyebab pertama yang tidak disebabkan oleh hal lain. (e). Kebenaran adikodrati hanya diketahui dengan iman. Iman bukan hanya mendahului nalar atau pengetahuan mengenai sifat Allah, tetapi kebenaran tertentu mengenai Allah, misalnya Trinitas dan rahasia lain tentang iman, hanya dapat diketahui melalui iman. Kita bisa mengetahui bahwa Allah ada melalui Nalar, tetapi kita mengetahui bahwa ada tiga pribadi dalam Allah yang tunggal melalui iman. (f). Dara untuk percaya kepada Allah hanyalah penyataan. Aquinas tegas bahwa satunya dasar yang benar untuk percaya kepada Allah ialah otoritas ilahi atau penyataan. Menurut Thomas, "adalah penting bagi manusia untuk menerima dengan iman, bukan saja perkata yang di luar nalar, melainkan juga perkara yang dapat diketahui melalui Nalar. Hal yang paling baik yang dapat dilakukan oleh nalar ialah menunjukkan bahwa Allah ada; otoritas ilahi adalah satunya dasar untuk percaya kepada Allah. Nalar dan bukti berkaitan dengan soal "percaya bahwa," tetapi tidak dengan "percaya kepada". Aquinas berpendapat bahwa orang "tidak akan percaya (hal itu) sebelum dia melihat bahwa (penyataan tersebut) pantas dipercaya berdasarkan tanda yang meyakinkan atau sesuatu semacam itu. (g). Bukti yang masuk akal merupakan dukungan dari kepercayaan. Iman kepada Allah bukan didasarkan pada bukti, melainkan pada otoritas Allah sendiri melalui penyataan-Nya.

Konklusi

 Filsafat sangat signifikan dalam iman Kristen, hal ini jika orang Kristen tidak beajar filsafat, maka:

  • Orang Kristen akan menjadi budak filsafat orang yang tidak percaya kepada Allah
  • Orang Kristen akan mudah di sesatkan oleh orang yang menguasai filsafat dengan tidak takut akan Tuhan
  • Pemikiran orang Kristen dalam memahami alkitab tidak akan tersistematis
  • Orang Kristen tidak mampu berapologetik kepada orang yang melawan iman Kristen.

Buku Referensi

Khoe Yao Tung, Filsafat Pendidikan Kristen (Yogkarata:Andi,2021)

Norman L. Geisler & Pau D. Feinberg, Filsafat dari Perspektif Kristen, (Malang: Gandum Mas, 2013)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun