Mohon tunggu...
Ohahauni Buulolo
Ohahauni Buulolo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pelayanan Sosial

Takut akan TUHAN adalah Permulaan Pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Signifikansi Filsafat bagi Iman Kristen

26 Maret 2024   11:06 Diperbarui: 26 Maret 2024   11:10 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Fungsi filsafat dalam iman Kristen

  • Fungsi filsafat dalam Teologi.  Orang tidak dapat membuat teologi yang sistematik tanpa bantu filsafat. misalnya ortodoks percaya pada satu Allah yang secara kekal ada dalam tiga oknum.
  • Fungsi filsafat Apologetika. Tugas apologetika adalah untuk mempertahankan iman Kristen terhadap serangan dari luar (I Pet. 3:15). Ada beberapa cara di mana filsafat dipakai untuk menyelesaikan tugas ini. Ada tugas Negatif dan ada tugas positif. (a). tugas Negatif terbagi menjadi dua: (1). Menunjukkn bahwa serangan-serangan atas kekristenan tidak benar; maksudnya berlawanan dengan kenyatan dan kontradiktif. (2). Menunjukkan bahwa pandangan Non-Kristen belum tentu benar. (b). tugas Positifnya juga bergantung pada filsafat. Tugas ini memerlukan pembuatan argument-argumen yang baik atau menyediakan bukti-bukti yang baik untuk pengesahan kebenaran dasar agama Kristen.
  • Fungsi filsafat dalam polemik. Tugas polemik adalah berdebat melawan ajaran-ajaran sesat dalam agama Kristen, berbeda dengan apologetika yang berdebat melawan kesalahan-kesalahan dari luar.
  • Fungsi filsafat dalam komunikasi. Para missionari dan apologetika Kristen sudah makin menyadari bahwa terdapat aneka ragam pandangan dunia yang di dalamnya dan olehya menusia berpikir secara sangat berbeda-beda tentang Allah, manusia dan dunia.
  • Ada korelasi sistematis antara semua data Alkitabiah yang menyangkut Allah. Hal ini menghasilkan antara lain dua premis: (a) ada satu Allah (b) ada tiga oknum (Bapa, anak, dan Roh Kudus) yang adalah Allah.
  • Ada deduksi logis yang ditarik dari dua premis ini, yaitu, doktrin mengenai trinitas: ada satu Allah yang hadir dalam tiga oknum.

       Jadi Filsafat sangat membantu dalam pembentukan sistem Kristen dan dalam pembuktian kesalahan pandangan yang berlawanan dengannya. Kalua membaca II Kor. 10:5 jelas ada negative dan positifnya. Negatifnya: "kami mematahkan setiap siasat orang yang merobohkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah" Positifnya: " Kami menawan segala pikiran dan menaklukannya kepada Kristus.

       Tanpa pemahaman yang sungguh-sungguh akan filsafat, orang Kristen hidup dalam belas kasihan dari orang Non-Kristen dalam arena intelektual. Jadi tantangan bagi orang kristen adalah: Berpikir melampaui orang Non-Kristen baik dalam membangun sistem kebenaran maupun dalam mematahkan sistem-sistem yang salah. Bila itu adalah tugas orang Kristen dalam filsafat lalu bagaimanakah penjelasan bagi peringatan Rasul Paulus," Berhati-hatilah" (Kol.2:8)? Ayat ini sayangnya orang Kristen telah mengambil ayat ini sebagai perintah untuk menolak mempelajari filsafat. Hal ini tidak lah benar karena beberapa sebab. Ayat ini bukanlah larangan terhadap filsafat, melainkan terhadap filsafat yang salah. Karena Paulus menambahkan " Yang kosong dan palsu menurut ajaran turun temurun dan roh-roh dunia" Paulus melawan filsafat yang palsu, seperti gnostisisme yang telah merasuki gereja di Kolose. Kata Sandang "ini" dalam bahasa asli Yunani merujuk pada filsafat tertentu)

Tantangan Terhadap Filsafat

       Socrates pernah berkata, "Tanpa Pengkajian atas kehidupan, hidup Ini tidak berarti." Para filsuf senantiasa mengkaji kehidupan, tujuannya serta arti yang terkandung di dalamnya. Maka itu para filsuf mencoba mengkaji beberapa ilmu pengetahuan. (a). Pengkajian filosofis Aristoteles pernah berkata bahwa filsafat, " berawal dari rasa heran". Manusia tidak pernah bisa berhenti bertanya atau menyelidiki sekitarnya.[2] (b). Pendapat sorang Filsafat. Tokoh eksistensial, Jean-Paul Satre menjawab pertanyaan ini dengan berpendapat bahwa " semua kehidupan adalah sebuah gelembung kosong di samudera kehampaan." (c). Pendangan Kristen. Orang Kristen berkata bahwa " kehidupan yang berkelimpahan" dimana kita "memuliakan Allah dan memiliki Dia selamanya. Menenai Nasib " Kemana aku akan pergi" (d). Pandangan Filsuf. Martin Heidegger beranggapan bahwa manausia adalah " mahkluk yang akhir hidupnya kepada "kehampaan" terakhir. (e). Pandangan Kristen. Orang Kristen memiliki optimisme yang lebih jauh kedepan. Mereka percaya bahwa kerajaan Allah akan datang, dan kehendakNya akan jadi. " Dibumi dan di surga". Umat Kristen percaya bahwa sejarah bergerak menuju arah yang pasti dan akan menyempurnakan rencana Allah. Umat Kristen yang mengimani Alkitab yakin " ada surga untuk diraih dan neraka untuk dihindari. Mereka percaya pada apa yang di sebut C. S. Lewis " perceraian besar" antara surga dan neraka, yang akan menyediakan kebahagiaan abadi bagi orang-orang yang berkata kepada Allah, " jadilah kehendak-Mu", dan kesengsaraan abadi bagi orang-orang yang kepada mereka Allah berkata, " Terpujilah sesuai dengan imanmu."

Hubungan antara iman dengan nalar.

       Sebelum pandangan-pandangan ini dapat dipahami, istilah Penyataan dan penalaran perlu dijelaskan. Penalaran adalah suatu penyingkapan secara adikodrati oleh Allah mengenai kebenaran yang tidak mungkin diketahui oleh kekuatan nalar manusia tanpa dibantu. Nalar ialah kemampuan alami dari pikiran manusia untuk mengetahui kebenaran. Berbagai solusi atas persoalan yang metodenya merupakan sumber kebenaran yang dapat diandalkan itu dapat dibagi menjadi lima kategori dasar. (a). Pernyataan semata. (b). Nalar semata. (c). Penyataan melebihi Nalar. (d). Nalar. (e). Penyataan dan Nalar. (f). Penyataan semata

       Beberapa filsuf mengklaim bahwa penyataan saja dapat dianggap satu sumber yang sah dari pengetahuan manusia. Para filsuf itu menunjukkan ketidak percaya pada nalar manusia sebagai satu jalan untuk mendapat kebenaran.

a. Pernyataan Semata

  • Pandangan Soren Kierkegaard. Menurut Soren Kierkegaard (1813-1855), bapak eksistensialisme modern, pikiran manusia sama sekali tidak mampu mengetahu suatu kebenaran ilahi. Hal ini ada beberapa alasan. (a). Keadaan manusia yang sudah jatuh kedalam dosa. Dosa telah memisahkan manusia dari Allah yang Kudus. Sesungguhnya, Allah adalah satu " batu sandungan" bagi manusia yang dalam keadaan terus-menerus memberontak terhadap-Nya. Menurut Kierkegaard manusia menderita "penyakit sampai mati" (judul dari salah satu karyanya). Sifat dosa menusia membuatnya tidak mungkin mengetahui kebenaran tentang satu Allah yang bersifat pribadi, sebab Allah inilah yang oleh manusia dengan penuh nafsu diabaikan atau ditolak. (b). Transendensi Allah. Manusia tidak mengkin mengetahui kebenaran apa pun tentang Allah, sebab Allah "Sama sekali lain". Allah bukan saja merupakan batu sandungan bagi kehendak manusia, tetapi Dia merupakan "paradoks" bagi nalar manusia. Artinya Nalar sama sekali tidak dapat menjangkau melampaui dirinya sampai kepada Allah. Nalar tidak mempunyai peranan positif. Hal terbaik yang dapat dilakukan oleh nalar ialah menolak apa yang tidak masuk aka atau yang tdiak rasional, tetapi nalar tidak dapat secara positif membantu untuk mencapai kebenaran ilahi. Menurut Kierkegaard kebenaran Kristiani hanya dapat diketahui melalui "Lompatan iman." Yang dia maksud ialah tindakkan yang benar berdasarkan kehendak untuk menghadapi rintangan rasional yang membutakan.[3]

       Usaha-usaha pembuktian merupakan penghinaan kepada Allah. Menurut Kierkegaard upaya rasional apa pun untuk membuktikan keberadaan Allah merupakan menghinakan kepada Allah. Itu adalah seperti seorang kekasih yang menuntut pembuktian keberadaan dari orang yang dikasihinya kepada orang-orang lain sementara orang yang dikasihi tersebut hadir di situ. Sesungguhnya, bahkan tidak seorang pun mulai membuktikan Allah kecuali dia telah menolak kehadiran Allah dalam hidupnya, demikian pendapat Kierkebaagrd. Bukti-bukti sejarah tidak berguna. Kierkegaard bertanya, dapatkah kebahagiaan yang kekal didasarkan pada kejadian sejarah? Jawaban tegas dan mengiang-ngiang "tidak!" Hal yang kekal (baka) tidak pernah dapat didasarkan pada hal yang sementara (fana). Hal yang terbaik yang dapat disediakan oleh sejarah ialah probabilitas- tetapi orang percaya membutuhkan kepastian sebelum dia membuat apa yang oleh Paul Tillich disebut "komitmen tertinggi kepada yang tertinggi." Hanya dengan iman kepada Yang transenden orang dapat melampaui probabilitas sejarah dan manusia dan menemukan Allah.

  • Karl Barth. Barth adalah salah satu teologi terkenal dari gereja Kristen kontemporer. Ia berpendapat bahwa Allah adalah "sama Sekali lain" dan hanya dapat dikenal penyataan ilahi. (a). Perlunya penyataan adikodrati. Barth juga percaya bahwa menusia yang jatuh dalam dosa tidak mampu untuk mengenal Allah yang maha Kudus. Barth menganggap sia-sia semua supaya untuk memikirkan secara seseorang menuju Allah. Inilah alasannya mengapa Barth merasa senang menulis suatu pengantar untuk sebuah buku, karya seorang ateis Ludwig Feurbach (1804-1872), yang berpendapat bahwa Allah tidak lain adalah proyeksi dari khayalan manusia. Meskipun demikian, Barth menganggap bahwa apa yang tidak dapat dilakukan oleh manusia " dari bawah ke atas" melalui Nalar, Allah telah melakukannya " dari atas ke bawah" melalui penyataan adikodrati. Kata Barth, Alkitab adalah tempat bagi penyataan Allah. Alkitab adalah alat melalui mana Allah berbicara. (b). Penolakkan Barth terhadap penyataan alamiah.

       Allah tidak berbicara kepada kita melalui alam, sebab manusia telah jatuh kedalam dosa, dan karena itu telah sama sekali mengaburkan dan salah menafsirkan penyataan Allah dalam alam. Bahkan "gambar Allah" pada diri manusia bukan merupakan "titik kontak", melainkan titik permusuhan antara Allah dengan manusia. Barth berpendapat bahwa pikiran manusia tidak mampu mengenal Allah.[4] sebenarnya, Barth menjawab pertanyaan apakah manusia mempunyai kapasitas untuk menerima pernyataan adikodrati Allah melalui buku berjudul Nein (tidak!). Nalar manusia tidak mempunyai kapasitas baik aktif maupun pasif untuk menerima penyataan ilahi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun