Mohon tunggu...
Ohahauni Buulolo
Ohahauni Buulolo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pelayanan Sosial

Takut akan TUHAN adalah Permulaan Pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Signifikansi Filsafat bagi Iman Kristen

26 Maret 2024   11:06 Diperbarui: 26 Maret 2024   11:10 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

b. Nalar Semata

       Kaum rasionalis yang menyatakan bahwa semua kebenaran dapat diketahui melalui Nalar manusia. Ada juga beberapa orang yang mengatakan bahwa sama sekali tidak sesuatu yang benar diketahui melalui penyataan, tetapi menjadikan nalar sebagai Tes final yang memadai terhadap apa yang benar dan apa yang tidak benar dalam penyataan yang diduga bersifat adikodrati.

  • Pandangan Immanuel Kant. Kant sendiri adalah pewaris Lutheran yang taat dan saleh. Dalam karyanya yang terkenal Critiqus of pure Reason, yang meletakkan dasar bagi banyak aliran Agnostisisme modern. Kant mengklaim bahwa dia mengkritik nalar spekulatif (teoritis) memberi ruang bagi iman. (a). Nalar mengharuskan kita untuk hidup "seolah-olah ada satu Allah." Kendatipun ada fakta bahwa kita tidak dapat mengetahui (melalui Nalar spekulatif) apakah Allah ada, kita harus hidup seolah-olah ada satu Allah, sebab nalar praktis ( moral) mengharuskan hal ini. Artinya Nalar mengharuskan kita menganggap bahwa Allah ada dengan maksud agar kewajiban moral kita dalam hidup ini masuk akal. Sebab jika kita tidak hidup seolah-olah Allah ada, maka tidak mungkin orang memenuhi perintah untuk mencapai kemaslahatan terbesar. (b). Nalar mengharuskan kita untuk hidup " solah-olah berbagai mukjizat tidak terjadi.

       Bagaimana esensi dari apa yang dikerjakan oleh Kant tergambar pada judul bukunya, Religion Within the Limits of Reason Alone. Dengan menggunakan apa yang oleh Kant disebut "Nalar Praktis" maka Kant telah meletakkan dasar bagi kecenderungan untuk menghilangkan unsur adikodrati yang diciptakan oleh keyakinan agama.

  • Pandangan Benedict Spinoza. Satu contoh yang sangat radikal terhadap pandangan "Nalar semata" ialah Filsuf Yahudi, Spinoza. Dia menganggap bahwa semua kebenaran hanya diketahui melalui dalil yang membuktikan dirinya sendiri. Apa yang bertentangan dengan dalil dalil ini atau tidak dapat direduksi melalui dalil tsb harus ditolak sebagai tidak rasional, entah itu ada di Alkitab atau tidak. (a). Rasionalisme Geometrik. Melalui dengan dalil-dalil hasil pemikiran manusia yang tidak dapat direduksi, Spinoza " menarik kesimpulan" dari semua kebenaran penting Allah, menusia dan dunia. Menurut dia, secara rasional adalah perlu untuk menyimpulkan bahwa hanya ada satu "substansi" dalam alam ini, sedangkan segala sesuatu termasuk semua manusia hanya merupakan metode atau momen (ini jelas adalah semacam Panteisme). Demikian juga, "kejahatan" hanyalah ilusi dari momen atau kejadian. Spinoza tidak mempercayai persebsi indrawi, menurut dia, persepsi Inderawi bukan sumber kebenaran. (b). Rasionalisme anti-kebenaran. Spinoza menyimpulkan bahwa Musa bukanlah penulis Lima kitab PL, dia juga tidak menerima kitab-kitab itu melalui penyataan dari Allah. Dia menganggap itu "tidak rasional" untuk mempercayai mujikzat yang tercatat dalam Alkitab, atau mujikzat yang dimana pun.

c. Nalar Melebihi Penyataan.

  • Bapak-bapak dari Aleksandria. Yustinus Martir percaya pada penyataan ilahi, tetapi selain Alkitab dia berpendapat bahwa "Nalar ditanamkan pada manusia dari bangsa mana pun." Mengingat hal ini dia menganggap bahwa orang yang sezaman dengan orang Yunani kuno yang "hidup secara layak adalah orang Kristen, walaupan mereka telah dianggap sebagai ateis." Ini termasuk orang seperti Heraklitus dan sokrates.
  • Klemens dari Aleksandria bahkan lebih memuji-muji nalar menusia. Pada bagian yang terkenal dari karyanya STROMATA, dia menulis " sebelum kedatangan Tuhan, filsafat diperlakukan bagi orang Yunani untuk mengetahui kebenaran." Hlm 284 sebab Filsafat "adalah guru untuk membawa pikiran Helenis, seperti hukum, orang Ibrani, kepada Kristus." Klemens bukan hanya mengaghng-agungkam nalar manusia, tetapi kadang bahkan menyamakan dengan penyataan ilahi. Dia percaya bahwa Plato berbicara " dengan Ilham dari Allah. Dia tidak ragu menafsirkan penyataan ilahi mengingat jenis penalarannya sendiri yang bersifat Platonik.
  • Pandangan penelitian Alkitab dari segi sejarah dan sastra secara modern. Barangkali cth paling bagus dari para pemikir yang mengangkut pandangan "Nalar melebihi penyataan"ilahi yang dikenal sebagai kaum liberal" atau kristikus Alkitab dari segi sejarah dan sastra. " Secara kasar hal ini mengacu pada satu gerakan teologis yang berkembang dari pemikiran Eropa abad ke-17-ke-18. Gerakan ini dipengaruhi oleh Spinoza, Kant dan Hagel, yang dengan nalar manusiawi menyimpulkan bahwa Alkitab sebagian atau seluruhnya bukunlah penyataan dari Allah.

d. Penyataan Melebihi Nalar.

       Lawan dari semi-rasionalis yang mengagungkan-agyngkan Nalar melebihi penyataan Allah adalah Kaum revelasionis keras, mereka ingin mengagungkan penyataan melebihi Nalar.

  • Tertulianus. Tertulianus kadang dikenal sebagai seorang pendukung "penyataan semata". Ini didasarkan pada pernyataan tinggal "Aku percaya karena hal itu tidak masuk akal." Pada kesempatan ini tertulianus berbicara mengenai perlunya menggunakan " petunjuk Nalar". Dia juga menentang orang yang " puas dengan hanya percaya tanpa sepenuhnya menguji dasar dari berbagai tradisi" yang mereka percayai. Dengan demikian benar bahwa Tertulianus mengagung-agungkan penyataan melebihi Nalar. Menurut pendapat Tertulianus, para filsuf adalah "bapak dari semua ajaran sesat." Tertulianus bukan saja menganggap filsafat tidak berguna, melainkan menganggapnya sama sekali tidak penting bagi orang percaya. Satunya yabg benar- benar berarti hanyalah penyataan.
  • Cornelius Van Til. Barangkali para pemikir kontemporer mengenai orang yang mengagungkan penyataan melebihi Nalar ialah teologi dan apologet Reformed, Cornelius Van Til (lahir 1895). Pendapatnya sering disebut PRESUPPOSITIONALISM karena pendapat itu sangat menekankan perlunya orang menganggap pasti kebenaran penyataan agar nalar bisa berfungsi. (a). Masalah pada rasionalisme Kristen. Menurut Van Til, kesulitan pada berbagai pandangan Kristen lainnya tentang iman dan Nalar adalah bahwa pandangan itu mengagungkan nalar melebihi Allah. Mereka mendasarkan Allah pada nalar, bukannya mengakui kebenaran bahwa nalar berpangkal pada Allah. (b). Allah tidak tunduk pada hukum logika. Van Til menolak pandangan yang dianut oleh banyak orang Kristen bahwa Allah tunduk pada hukum pada non-kontradiksi. Logika hanya berlaku pada pencipta, bukan pada sang pencipta. (c). Pemakaian nalar manusia secara tepat. Jika orang harus lebih dulu menganggap pasti kebenaran dari penyataan dan berpendapat bahwa hukum no-kontradiksi tidak berlaku terhadap Allah, bagaimana Van Til dapat menghindar pendapat " penyataan semata"? Apa dasarnya bahwa nalar berkaitan dengan penyataan ilahi? Van Til menyatakan bahwa Wahyu Allah bukanlah Allah.

e. Penyataan Dan Nalar.

       Kategori terakhir terdiri dari orang Kristen yang menganggap ada hubungan antara penyataan dengan nalar. ada dua pemikir besar yang termasuk dalam tradisi ini.

  • Pandangan Santo Agustinus. Agustinus (345-430) masuk Agama kristen dari latar belakang filsafat Plato, sementara Aquinas menulis menurut ajaran Aristoteles. Naman, dua orang ini mempercayai ajaran dalam Alkitab. Dasar mereka= (Yes.7:9)= "Jika kamu tidak percaya, kamu tidak akan mengerti." Hubungan dasar antara nalar dan penyataan adalah bahwa orang Kristen yang berpikir berusaha menafsirkan hal yang layak dipercaya secara dapat dimengerti. Dia berusaha untuk berpikir mengenai batas pernyataannya. (a). Iman adalah langkah pemahaman. Menurut Agustinus, "iman adalah langkah pemahaman." Tanpa iman terlebih dahulu orang tidak akan sampai pada pemahaman yang utuh mengenai kebenaran Allah. Iman menuntun orang menyelami pengetahuan. Dalam hal ini Agustinus sepenuhnya percaya bahwa iman pada penyataan Allah datang lebih dahulu daripada nalar manusia. Agustinus berkata bahwa " tidak seorang pun pernah mempercayai sesuatu sebelum dia mempunyai suatu pengertian mengenai apa yang akan dia percayai itu. Artinya Agustinus mau berkata bahwa tidak seorang pun harus mempercayai sesuatu penyataan sebelum dia lebih dahulu menilainya dengan nalar bahwa itu patut dipercaya. Agustinus mengatakan " otoritas memerlukan kepercayaan dan mempersiapkan orang untuk bernalar, tetapi nalar bukan sama sekali absen dari otoritas, sebab kita harus mempertimbangkan siapa siapa yang harus kita percayai, dan otoritas paling tinggi dimiliki oleh kebenaran jika kebenaran itu diketahui dengan jelas. (b). Pengertian adalah Upah dari iman. Agustinus menganggap bahwa "iman adalah langkah pemahaman" , dia juga berpendapat bahwa " pengertian adalah Upah dari iman." Menurut Agustinus iman adalah peasyatan untuk memahami sepenuhnya penyataan Allah.
  • Pandangan Thomas Aquinas. Aquinas (1224-1274) menganggap dirinya sebagai pengikut setia Agustinus. Banyak orang berkata bahwa perbedaan diantara mereka adalah bahwa Aquinas mengambil kebenaran Kristen dari Agustinus dan menyatakannya dengan terminologi Aristoteles (bukan dengan terminologi Plato yang digunakan oleh Agustinus). Selai itu, tampak adanya pergeseran penekanan, karena Aquinas lebih menekankan peranan Nalar ketimbang Agustinus, setidaknya dia lebih banyak berbicara Nalar. (a). Keberadaan Allah dapat dibuktikan. Aquinas mengakui bahwa tidak semua orang dapat membuktikan kebenaran Allah. Hal ini ada beberapa alasan. 1). Karena pemikiran bersifat terbatas. 2). Pikiran bisa salah. Karena alasan inilah, kata Aquinas, orang perlu lebih dahulu percaya pada kebenaran Allah, jika tidak maka hanya sedikit orang yang akan mempunyai pengetahuan tentang Allah. Menurut Aquinas, percaya bahwa Allah ada diperlukan sebab "penyelidikan oleh akal manusia sebagian besar mengandung kesalahan di dalamnya. Itulah sebabnya mengapa kepastian yang tak tergoyahkan serta kebenaran murni menyangkut hal-hal ilahi perlu diberikan kepada manusia melalui iman. Singkatnya Aquinas berpendapat bahwa manusia tindak pada berbagai efek mental dari dosa, yaitu pengaruh dosa terhadap pikirannya. Meskipun ada pengaruh dosa, dengan iman pada penyataan Allah manusia menerima kemampuan yang diberikan oleh Allah untuk mengatasi kekurangan ini. Karena dosa tidak mungkin membinasakan seluruh akal sehat manusia, sebab dengan demikian manusia pasti tidak lagi mampu berdosa. Aquinas berkata bahwa dengan bantuan penyataan maka manusia dapat mengerti kebenaran tertentu mengenai Allah dan bahkan "membuktikan" kebenaran itu secara filosofis. Thomas Aquinas mencatat "Lima Cara" untuk dapat membuktikan keberadaan Allah, yang paling penting dari padanya ialah Argumen KOSMOLOGI" sbb: (a). Ada hal-hal yang terbatas dan berubah. (b). Setiap hal yang terbatas dan berubah pasti disebabkan oleh hal lain. (c) mustahil ada pemikiran mundur secara tidak terbatas untuk mencari penyebab ini. (d). Karena itu, setiap hal yang terbatas dan berubah itu pasti terdapat satu penyebab pertama yang tidak disebabkan oleh hal lain. (e). Kebenaran adikodrati hanya diketahui dengan iman. Iman bukan hanya mendahului nalar atau pengetahuan mengenai sifat Allah, tetapi kebenaran tertentu mengenai Allah, misalnya Trinitas dan rahasia lain tentang iman, hanya dapat diketahui melalui iman. Kita bisa mengetahui bahwa Allah ada melalui Nalar, tetapi kita mengetahui bahwa ada tiga pribadi dalam Allah yang tunggal melalui iman. (f). Dara untuk percaya kepada Allah hanyalah penyataan. Aquinas tegas bahwa satunya dasar yang benar untuk percaya kepada Allah ialah otoritas ilahi atau penyataan. Menurut Thomas, "adalah penting bagi manusia untuk menerima dengan iman, bukan saja perkata yang di luar nalar, melainkan juga perkara yang dapat diketahui melalui Nalar. Hal yang paling baik yang dapat dilakukan oleh nalar ialah menunjukkan bahwa Allah ada; otoritas ilahi adalah satunya dasar untuk percaya kepada Allah. Nalar dan bukti berkaitan dengan soal "percaya bahwa," tetapi tidak dengan "percaya kepada". Aquinas berpendapat bahwa orang "tidak akan percaya (hal itu) sebelum dia melihat bahwa (penyataan tersebut) pantas dipercaya berdasarkan tanda yang meyakinkan atau sesuatu semacam itu. (g). Bukti yang masuk akal merupakan dukungan dari kepercayaan. Iman kepada Allah bukan didasarkan pada bukti, melainkan pada otoritas Allah sendiri melalui penyataan-Nya.

Konklusi

 Filsafat sangat signifikan dalam iman Kristen, hal ini jika orang Kristen tidak beajar filsafat, maka:

  • Orang Kristen akan menjadi budak filsafat orang yang tidak percaya kepada Allah
  • Orang Kristen akan mudah di sesatkan oleh orang yang menguasai filsafat dengan tidak takut akan Tuhan
  • Pemikiran orang Kristen dalam memahami alkitab tidak akan tersistematis
  • Orang Kristen tidak mampu berapologetik kepada orang yang melawan iman Kristen.

Buku Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun