Mohon tunggu...
Ohahauni Buulolo
Ohahauni Buulolo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pelayanan Sosial

Takut akan TUHAN adalah Permulaan Pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Anomali Agama pada Politik di Indonesia

25 Maret 2024   15:54 Diperbarui: 25 Maret 2024   15:55 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Nama  : Ohahauni Buulolo

 

Latar Belakang

       Berbicara mengenai anomali agama dan politik, keduanya sering kali terjadi dimana agama dijadikan sebagai medan politik, hal ini karena agama telah menjadi budaya dan melekat pada diri penganutnya. Agama memiliki peran strategis dalam mengkonstruksi dan memberikan kerangka nilai serta norma dalam membangun struktur politik dan pendisiplinan masyarakat. Politik menggunakan agama sebagai legitimasi dogmatic, mengikat penganutnya agar mematuhi aturan-aturan yang ada. 

Adanya hubungan timbal balik itulah yang kemudian menimbulkan hubungan saling mendominasi dan saling memanfaatkan antar kedua entitas tersebut. politik yang didominasi oleh unsur kekuatan agama yang terlalu kuat hanya akan melahirkan politik identitas yang cenderung melahirkan adanya hipokrisi moral maupun etika yang ditunjukkan para pemuka agama dan para politikus. Kondisi tersebut terjadi karena adanya pencampuradukan unsur agama dan politik.

       Adapun agama yang menjadi alat Tuhan untuk membangun spiritual manusia, memajukan dan mengubah hidup sangat terpopuler dikalangan pencinta politik sehingga persoalan agama kemudian termarjinalkan dan tereduksikan dalam pengaruh kehidupan bermasyarakat. Anomali agama dan politik merupakan polemic pada sejarah manusia modern, keduanya pun senantiasa memantik polemik ihwal, posisi agama dalam arena politik yang setidaknya, melibatkan dua kelompok yang secara diametris berlawanan. Agama yang dibudayakan pada hidup manusia mempengaruhi seluruh bidang kehidupan manusia termasuk politik hingga gagasan ini acap kali dikenal politik identitas yang berbasis agama. 

Konsekuensinya, agama menjadi payung tertinggi dalam setiap kebijakan politik. Disisi lain, ada pihak yang menyalahgunakan posisi agama pada kehidupa manusia khususnya dalam politik, sehingga agama dalam ranah politik kehilangan esensi. Dari permasalah ini, para elit politik dan pemuka agama, sering kali mengatakan bahwa agama harus ditepikan dari diskursus publik dan dimengerti sebagai perkara privat yang hanya menyangkut kepentingan individu per individu. Agama tidak lebih dari urusan ritual yang menggambarkan dependensi manusia dengan tuhannya. Ini sebenarnya benar bahw agama adalah sebuah inspirasi dan bukan wadah aspirasi politik.

       Didalam perpolitikan Indonesia, masalah anomali agama ini turut mewarnai perjalanan kehidupan masyarakat. Hal ini yang kemudian menjadi polemik panjang dan dijadikan senjata bagi pemain politik untuk menjatuhkan satu sama lain. Politikus membutuhkan agama sebagai alat legitimasinya, dan iluminasi pada dunia politik sementara agama membutuhkan politik sebagai alat untuk mengimplementasikan pesan Tuhan yakni untuk menghasilkan damai Sejahtera bagi masyarakat dan dunia politik, cinta kasih dan perubahan kearah yang Tuhan mau. Sementara konsep ini telah mengalami anomali dimana agama lebih dijadikan sebagai alat politik, untuk itu hal ini menjadi stimulus bagi penulis untuk mencoba menyoroti masalah ini, sehingga melalui tulisan ini memberikan sebuah pemahaman tentang tujuan dan maksud agama dan politik.

Pengertian Agama

       Pada umunya para ahli berpendapat bahwa agama berasal dari Sansekerta yang artinya "a =tidak dan gama= kacau" maka dengan kata lain agama dapat diartikan "tidak kacau." Di dalam regulasi setiap agama, ada aturan-aturan/larangan-larangan untuk mengatur kehidupa setiap umat supaya hidup suci, tertip dan membangun hubungan rohani secara vertical dan horizontal kepada Allah dan manusia. Menurut Daradjat agama adalah proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi dari pada manusia.[1] 

Dalam arti bahwa dalam sebuah kepercayaan, ada konsep bahwa didalam agama ada kekuatan adikodrati dari sang Ilahi. Agama pertama muncul di dunia pada masa Paleolitikum, di mana manusia mulai memuja kekuatan alam dan roh nenek moyang mereka. Dalam sejarah agama, ada beberapa agama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan manusia, seperti agama Hindu, Buddha, Yahudi, Kristen, Islam, dan lain-lain. Setiap agama memiliki asal-usul, keyakinan, praktik, dan tradisi yang berbeda.

       Indonesia yang adalah multicultural memiliki keragaman di dalamnya baik adat-istiadat, bahasa, suku dan budaya bahkan penganut agamapun bervariasi di dalamnya ada agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khonghucu. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah.

Etika dalam berpolitik    

       Pembahasan tentang etika Politik harus dimulai dari dua aspektrum, bahkan entitas yang dapat dikatakan berbeda, yakni pengertian mengenai etika pada satu sisi dan politik pada sisi lain. Hal ini penting, sebab tidak hanya menyangkut proses perkembangan yang terjadi pada dua bidang secara sendiri-sendiri, tetapi juga perkembangan umum yang terjadi disegala bidang ilmu dan kehidupan yang semakin tertuju pada bentuk kesaling tergantungan dan kesaling terpengaruhan dalam berbagai hal.

       Oleh sebab itu, rumusan mengenai pengertian etikan dan politik, selain diuraikan perlu juga dikaji sedemikian rupa. Selain itu, hubungan etika dan politik dari perspektif umum harus dibahas untuk memperoleh pembahasan berikutnya.

Istilah Etika

        Pada dasarnya etika merupakan studi sistematis mengenai persoalan yang paling utama dari tindakan manusia, kata "etika" telah dikenal luas diberbagai bidang karena menyangkut sikap dan Tindakan setiap manusia. Istilah etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" juga berarti kendang hewan, yang menjadi tempat berteduh yang terlindung dari bahaya sehingga hewan tersebut menjadi aman. Kemudian maknanya berkembang menjadi perasaan batin yang mendasari suatu perbuatan.[2]  Menurut Norman L. Geisler, etika berkaitan denga napa yang secara moral benar dan salah.[3] Dalam konsep iman Kristen, etika merupakan bentuk posisi perintah Ilahi. Kewajiban etika adalah sesuatu yang harus kita lakukan. Ini merupakan ketetapan Ilahi. Tentu saja, perintah-perintah etika yang Allah berikan berkaitan dengan karakter moral-Nya yang tidak bisa diubah. Artinya, Allah menghendaki apa yang benar yang sesuai dengan atribut-atribut moral-Nya sendiri.

Pengertian Politik

       Berbicara pengertian politik, sangtlah luas, bahkan kemunculannya pada ilmu-ilmu sosial telah memberikan perbedaan dikalangan para politik. Miriam Budiarjo misalnya mengatakan bahwa politik sebagai ilmu merupakan ilmu yang masih muda dan baru berkembang pada akhir abad ke-19.[4] William Ebenstein justru dengan tegas mengatakan yang sebaliknya: it is the oldest science.[5] William, mengakui bahwa Sebagian besar Yunani berhasil di dalam Pembangunan suatu sistem politik yang didasarkan pada persetujuan masyarakat secara khusus di Antena. 

Maka dapat dikatakan bahwa bangsa Yunani kuno adalah bangsa yang memperkenalkan politik. Dia berargumen bahwa "orang adalah hewan politik atau hewan politik". Berangkat dari anggapan tersebut, ia mengawali penjelasannya dengan menyatakan bahwa hakikat kehidupan sosial memang bersifat politis karena interaksi antara dua orang atau lebih pasti melibatkan hubungan politik. Ini adalah kecenderungan manusia yang alami dan tak terhindarkan, dan hanya sedikit orang yang cenderung mengasingkan diri daripada bekerja sama dengan orang lain.[6] 

       Namun secara KBBI politik memiliki Pengertian pertama adalah "pengetahuan tentang ketatanegaraan atau pemerintahan negara (seperti dalam sistem pemerintahan, dasar pemerintahan)". Definisi lain adalah "semua masalah dan tindakan (kebijakan, taktik, dll.) yang mempengaruhi pemerintahan suatu negara atau negara lain." Secara etimologi Kata politik berasal dari kata Yunani polis, politicos (warga negara), politicos (kewarganegaraan). Di negara-kota zaman Yunani, orang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai kemakmuran (baik, menurut Aristoteles) dalam hidup mereka. Ketika orang mencoba untuk menentukan posisinya dalam masyarakat, mencapai kesejahteraan pribadi melalui sarana yang ada, atau membujuk orang lain untuk menerima pandangan mereka, mereka terlibat dalam aktivitas yang disebut politik.[7]

Implementasi etika dalam berpolitik

       Di dalam istilah ini, etika dalam berpolitik dihubungkan. Etika politik bermaksud menyelidiki "apa ari pengakuan" itu untuk lapangan kenegaraan. Banyak orang tidak mau tahu adanya hubungan antara politik dan etika. Orang-orang berpendapat bahwa etika dan politik tidak ada hubungannya. Artinya mereka mau memisahkan "politeia" dari "ethos[8]". Kedua kata ini tidak dapat dipisahkan sebab baik politik maupun etika, sama-sama ada pada satu hakikat yakni manusia. Politik dan etika dua hal ini ada pada diri manusia dan dijalani oleh manusia.

       Pendidikan etika yang salah akan mempengaruhi seluruh dimensi kehidupan manusia termasuk politik. Wadah pembinaan etika ini ada tiga yakni Pendidikan formal, Pendidikan keluarga dan Pendidikan agama. Salah satu dari wadah pembentukakn moral atau etika tersebut mengalami pergeseran, maka etika yang keliru akan merusak seluruh tatanan moral manusia. 

Untuk itu, peran Pendidikan dan agama dalam membina etika seseorang sangatlah signifikan. Jika agama dan Pendidikan salah mendidikan karekater murid atau jemaat hasilnya penganut sebuah agama akan menjadi masalah pada lingkungan Dimana segala sesuatunya akan dilanggar termasuk agama akan menjadi tempat Dimana orang tersebut menjadikan agama, sebagai alat untuk memuaskan nafsu duniawinya. Maka itu baik Lembaga Pendidikan, keluarga dan agama harus memiliki keseriuasan dalam membina dan mendidik karakter seseorang.

Anomali Agama Pada Politik.

       Agama secara dogmatis lebih merujuk kepada pembangunan rohani dan pembentukan karakter seseorang sehingga terciptanya kedamaian pada setiap orang atau individual. Agama yang berpusat pada Allah dan pribadi manusia menjadi anomali karena pemikiran manusia yang berdosa dan haus akan kekuasaan. Menurut Saut Sirait, Kesucian agama menjadi bercampur dengan nafsu duniawi manusia. Keluhuran agama bertemu dengan ambisi pribadi dan komunitas pemeluknya. Kemartabatan agama ditarik-tarik menjadi jembatan dan kendaraan bagi kepentingan penganutnya. Pancaran kedamaian agama bisa beralih rupa menjadi senjata penghancur bagi orang atau kelompok yang dinisbatkan sebagai musuh.[9]

       Dengan demikian dapat dikatakan bahwa agama telah mengalami pergeseran dimana agama telah menjadi alat para politikus. Senada dengan hal ini, Aloysius yang di kutip oleh A.A. Yewangoe dalam bukunya agama dan kerukunan, mengatakan bahwa agama dapat membebaskan sekaligus memperbudak. Sikap memperbudak agama ini dengan gampang di "tangkap" oleh mereka yang berkepentingan, misalnya agama diperalat demi kepuasan.

       Kebodohan yang dibangun oleh segelintir pemuka agama sering sekali dimanfaatkan oleh para elit politik yang mempunyai ambisi kekuasaan. Menurut A.A. Yewangoe, ambisi para kekuasaan ini berupaya memperhadapkan umat beragama yang satu dengan umat beragama lainnya, sembari mengeksploitasi ketakutan di dalam diri mereka seakan-akan diancam oleh umat lainnya.[10] Anomali agama pada dunia politik, terjadi karena penganut agama tersebut memiliki keterbatasan literatur dan tidak mau belajar, ditambah lagi jika ada seorang pemuka agama mengajar atau ceramah hanya untuk kepentingan para elit politik dengan cara-cara tidak terpuji, hal ini memicu konflik eksternal dimana satu sama lain akan saling membenci dan bahwa mengeksekusi karena tidak sependapat. 

Untuk menyelesaikan masalah ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh, yakni:

  • Pemimpin agama harus mengedukasi masyarakat untuk tidak menggunakan agama dalam berpolitik (identitas politik)
  • Lembaga-lembaga Pendidikan harus memiliki persepsi yang sama untuk mendidikan murid agar menjadikan agama sebagai penerang jiwani sehingga di dalam politik nama Tuhan dipermuliakan
  • Seorang politikus harus menjadikan agama sebagai ranah privasi dan bukan public.
  • Seorang politikus harus cinta toleransi dan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa Indonesia, sehingga agama tidak rusak demiki keinginan semata.

Kesimpulan

       Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa agama adalah tempat Dimana manusia mencari inspirasi dari Allah yang memiliki adikodrati sehingga dapat mengimplementasikan pada diri seseorang untuk hidup damai, tertip dan menciptakan kehidupan yang adil. Politika adalah tempat untuk mengimplementasikan kasih Allah untuk mensejehterakan rakyat. Maka itu agama tidak dapat dijadikan sebagai alat politik, sebaliknya agama menjadikan politik sebagai wadah melaksanakan perintah Allah. politikus harus dalam berpolitik harus memiliki karakter Ilahi sehingga agama tidak dijadikan sebagai tameng politik.

Buku Referensi

  • Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005),
  • Karel Sosipater, Etika Pribadi, (Jakarta:Suara Harapan Bangsa, 2009)
  • Norman L. Geisler, Etika Kristen, (Malang: Literatur SAAT, 2010).
  • Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia 1989)
  • William Ebenstein, "Politik Science" dalam Enclylopedia American, (New York: American Corporation, 1972)
  • http://repository.uinsu.ac.id/20116/3/BAB_II.pdf
  • Sahya Anggara,M.Si. Sistem Politik Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2013)
  • J. Verkuyl, Ras, Bangsa, Gereja, Negara, Etika Politik, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989)
  • Saut Sirait, Politik Kristen di Indonesia Suatu tinjauan Etis, Cet. 4 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)
  • A.A. Yewangoe, Agama dan Kerukunan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun