Mohon tunggu...
Ohahauni Buulolo
Ohahauni Buulolo Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Pelayanan Sosial

Takut akan TUHAN adalah Permulaan Pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paulus sebagai Enterpreneurship yang Berhasil

25 Maret 2024   00:02 Diperbarui: 25 Maret 2024   00:04 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nama : Ohahauni Buulolo

Latar Belakang Paulus

       Dari Surat Yang Ditulisnya, Paulus Memperkenalkan Dirinya Sebagai asli Orang Yahudi (Rom 11,1; 2 Kor 11,22; Flp 3,5. Keturunan dari Suku Benyamin dan Berasal Dari Tarsus (Kis 9:11, 30; 11:25; 21:39; 22:3) serta Berkewarganegaraan Roma. (Kis. 22, 23, 26, 28). Paulus Mengaku bahwa dia "Dididik Dengan Teliti Di Bawah Pimpinan Gamaliel", Sehingga dia Menjadi Seorang Yang Giat Bekerja Bagi Allah. (Kis 22,3). Di Tempat Lain Paulus Mengakui Bahwa dia adalah Seorang Farisi garis keras (Kis 26,5) sehingga menjadikan Paulus seorang yang intololeran dan menganiaya paguyuban-paguyuban Kristen (Flp 3,5-6).

       Dalam perjalanan Paulus menuju ke Damsyik (Kis 9,1-9; 22,1-16; 26,12-23). Di sana, Paulus yang sangat benci dan menganiaya paguyuban-paguyuban Kristen (Flp 3,6) berjumpa dengan Yesus yang dianiaya itu (Kis 9,5; 22,8; 26,15). Kisah perjumpaan Paulus Bersama dengan Tuhan Yesus ini adalah suatu pengalaman yang sangat penting bagi Paulus yang membawanya menuju "pertobatan". Pertobatan yang dialami oleh Paulus begitu radikal dan tiba-tiba dalam ke-hidupannya. Paulus memang mengakui bahwa peristiwa pertobatannya adalah suatu peristiwa yang tidak direncanakan oleh manusia, hal ini semuanya ada di dalam rencana ilahi (Rm 1,5; 1Kor 15,9-10; Gal 1,15).

       Paulus yang dahulu menjadi penjahat bagi ke-kristenan sekarang menjadi pengikut setia Kristus. Paulus menjadi seorang yang misioner dalam pemberitaan Injil Kristus yang luar biasa. Demikianlah, orang yang tadinya berusaha menangkap para pengikut Kristus, akhirnya ma-lah "ditangkap oleh Kristus Yesus" (Flp 3,12) (Drane, 2016, p. 132). Jadi dari Tindakan Paulus ini, Allah menangkapnya dan menjadikan dia seorang yang percaya kepada Kristus dan dipakai oleh Tuhan sebagai pengabaran Injil di seluruh dunia.

Metode Penulisan

       Berdasarkan judul yang dibahas oleh penulis dalam Paper ini, maka metode penelitian yang penulis gunakan adalah bersifat kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna lebih menonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Metode penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dan lebih menekankan hasil (data dibalik yang teramati).[1] Selain itu juga, dalam melengkapi data secara akademis, penulis menggunakan buku-buku diperpustakaan sebagai bahan literatur dalam menghasilkan hasil dalam penulisan Paper ini.

 Metode Penginjilan Paulus

       Konsep Paulus terhadap dunia penginjilan sangat luas, menjangkau jiwa disetiap suku, kaum, bangsa dan bahasa, menurut pengetahuan Paulus terhadap dunia yang dikenal olehnya. Paulus melihat bahwa misi bersifat universal, dalam pengertian bahwa seluruh dunia yang didiami harus di-jangkau dengan Injil. Paulus yang misioner dalam pelayanan menggemanya (tahun 48 M), karena sebelumnya jangkauan misi kepada bangsa-bangsa Yahudi terbatas sampai ke Siria dan Kilkia (bnd. Gal. 1:21; jemaat di Roma, berasal dari awal tahun 40-an dari abad pertama Masehi, dimulai sebagai sebuah jemaat Kristen Yahudi. Ia adalah perintis pekabaran Injil, utusan Kristus kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ia pindah ke tempat-tempat lain karena ia mempunyai ambisi memberitakan injil bukan di tempat Dimana Kristus dikenal (Rm. 15:20).

       Menurut Junior Natan Silalahi dalam Jurnalnya "Paulus Sang Entreprenuer" mengatakan, usaha misi Paulus dilakukan dengan cara berkhotbah dari satu tempat ke tempat lain, sebab itu ia disebut sebagai pengkhotbah keliling.[2] Namun di beberapa tempat ia tinggal untuk waktu yang lebih lama (sekitar satu setengah tahun di Korintus, dua sampai tiga tahun di Efesus). Paulus terlibat dalam "Zentrumsmission", artinya, misi di pusat-pusat strategis tertentu.[3] Artinya Paulus sering menyebut bahwa misinya ditujukan ke berbagai negara dan wilayah geografis (Gal. 1:17, 21; Rm. 15:19, 23, 26, 28; 2 Kor.10:16). Tentu saja pemilihan tempat-tempat ini merupakan suatu perencanaan yang matang. Paulus memusatkan misinya pada distrik atau ibu kota provinsi, yang masing-masing mewakili seluruh wilayahnya.

 Paulus Sebagai Tokoh Entrepreneur yang Berhasil

       Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Entrepreneur itu berasal dari bahasa Inggris yang disebut kewirausahaan. Kewerausahaan artinya orang yang pandai atau berbakat mengenali produk baru, menentukan cara produk baru, Menyusun operasi untuk pengadakan produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.[4] Dengan demikian, maka dapat di katakana bahwa wirausahawan atau entrepreneur adalah orang yang melakukan kegiatan kreativitas untuk menciptakan perubahan dengan memanfaat-peluang dan sumber-sumber yang ada untuk menghasilkan nilai tambah bagi diri sendiri dan orang lain.

       Paulus adalah seorang entrepreneur. Penjelasan mengenai hal ini terdapat dalam Kisah Para Rasul 18:3, di mana dikatakan bahwa ia adalah seorang "tukang kemah". Dalam konteks Kisah Para-Rasul 18:3 mengatakan bahwa Paulus meninggalkan Atena untuk pergi ke Korintus, di mana dia menantikan kedatangan Silas dan Timotius dari Makedonia. Korintus adalah ibu kota propinsi Akhaya, kota cosmopolitan sekaligus pusat perdagangan yang ramai. Di kota ini, Paulus bertem dengan Akwila dan Priskila, isterinya, dan singgah ke rumah mereka. Pasangan suami-istri ini meninggalkan Roma karena Kaisar Klaudius (AD 41--54) mengusir semua orang Yahudi dari sana (bdk. Kis 18:2). Paulus bertemu mereka dalam perjalanan misinya yang kedua sekitar tahun 50, setelah menghadiri Konsili Yerusalem yang mungkin diadakan tahun 49 (Tantiono, 2009). Tampaknya hubungan mereka cukup akrab. Paulus biasa menginap di rumah mereka.

Unsur-unsur Paulus melakukan Entrepreneur

Unsur Pribadi 

       Paulus adalah seorang yang memiliki tempramental kolerik dan berpendidikan tinggi sehingga menolong Paulus mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif dan Kreatif dalam pelayanan. Hal itu terlihat dari Entrepreneur Paulus dalam Pembuatan Tenda. (Kis. 18:3). Paulus, Akwila dan Priskila melakukan pekerjaan yang sama. Frasa "Pekerjaan yang sama" ini juga menegaskan bahwa rasul Paulus benar-benar menggeluti dunia kerja atau entrepreneur.

       Dari profesi Paulus ini, Paulus membuat sebuah terobosan dalam menciptakan lapangan kerja. Sebagai tukang tenda, Paulus menjadikan dirinya sebagai orang yang memiliki kemampuan dalam mengembangkan pelayanannya melalui kemampuannya. Temperamental Paulus sebagai kolerik dan statusnya sebagai orang yang berpendidikan tinggi, hal sebagai sebagai modal dalam penginjilan Paulus. Artinya untuk menjadi seorang entrepreneur harus disertai dengan mental yang kuat, sebab seorang pembisnis ada resiko yang akan diterimanya. Selain dari pada itu juga, seorang entrepreneur dituntut untuk memiliki Pendidikan dalam mengelola sebuah usaha yang telah dikembangkannya. Seseorang yang telah mengecap Pendidikan, akan memiliki kognitif dan psikomotorik yang baik dalam mengelola sistem dalam dunia bisnis, sehingga bisnis yang di geluti dapat mengasilkan untung yang dapat membantu pelayanan penginjilan dan pelayanan holistic.

Unsur Keluarga

       Paulus yang adalah seorang konversi religious sudah jelas mengalami sebuah masalah dalam keluarga inti dan komunitas. Paulus tidak hanya pindah agama, melaikan dia juga menjadi seorang pemberitaan Injil yang radikal di kalangan kekristenan, untuk itu tidak heran setiap Paulus memberitakan Injil di kalangan orang Yahudi, dia menerima resistensi bahkan sampai antipasti terhadap Paulus, mulai dari keluarga, suku, dan para pemimpin-pemimpin Yahudi. Ketika memberitakan Injil di rumah ibadat orang Yahudi (Sinagoge), Paulus mengalami penolakan dari orang-orang Yahudi. Mereka memusuhi dan menghujat dirinya. Penolakan tersebut tidak membuat Paulus putus asa untuk memberitakan Injil, ia tetap berusaha untuk memberitakan berita keselamatan itu. Tidak dapat dianggap remeh, Krispus yang adalah kepala rumah ibadat justru percaya dan memberi diri dibaptis oleh Paulus. Tindakan khusus ini yang diterima oleh Paulus, Paulus membangun dirinya sebagai seorang yang mampu mandiri sendiri dalam memenuhi hidupnya dan pelayanannya.

       Paulus yang adalah seorang Yahudi dari suku Benyiamin tumbuh sebagai dan hidup di kampung halamannya di Tarsus yang merupakan sebuah desa. Dan daerah ini didiami oleh para petani dan peternak. Sebagai penduduk desa tentu ia bergaul dengan orang-orang yang ada di desa-Nya, yang bekerja sebagai petani, pedagang, penggembala ternak, dan sebagainya. Keluarganya adalah keluarga miskin dan sederhana, hal ini kita ketahui dari persembahan orang Israel di Bait Allah, yaitu sepasang burung tekukur dan dua ekor burung merpati (Luk. 2:24; Im. 12:8).

Unsur Lingkungan.

      Kehidupan jemaat di lingkungan dimana Paulus melayani mengalami masalah ekonomi. Paulus yang adalah seorang penginjil dan berlatar belakang seorang yang berpendidikan tinggi serta memiliki talenta dalam membuat kemah, Paulus membuka bisnis-bisnis kecil dalam mendukung pelayanannya. Selain dari pada itu, seperti yang di katakan dalam suratnya (Kis. 20:24; 1 Tes. 2:9; 2 Tes. 3:8) Paulus tidak ingin menjadikan hidupnya sebagai beban bagi jemaat. Dari usahanya, Paulus menjadi orang yang sukses. Kesuksesn Paulus dalam bisnisnya terlihat pada pribadinya yang tidak bergantung kepada pemberian jemaat.

       Di Korintus, Paulus melakukan pekerjaan lain di samping memberitakan Injil; dia seorang tukang kemah, serta mencari nafkah dengan cara ini sepanjang perjalanannya atau ketika tinggal di suatu tempat (Kis 20:34; 1Tes 2:9; 2Tes 3:8). Dari teladan Paulus jelaslah bahwa hamba-hamba Tuhan yang harus bekerja untuk menghidupi diri dan keluarga tidak melakukan hal yang salah. Alkitab dan para rasul telah memberi contoh lebih dahulu tentang hal merangkap pekerjaan.

       Di 1 Kor. 4:12, ia berkata tentang "melakukan pekerjaan tangan yang berat". Ia bekerja begitu supaya jangan menjadi beban siapapun juga (1 Tes. 2:9). Hal itu diuraikan dengan lebih jelas dalam "pembelaannya" terhadap lawan-lawannya di Korintus (1 Kor 9:3). Dalam 1 Kor 9:6 ia berkata bahwa sebetulnya ia (dan Barnabas) sama seperti rasul-rasul lainnya "mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan". Namun, pekerjaannya sebagai tukang tenda ia manfaatkan untuk pemberitaan Injil. Sesuai dengan adat kebiasaan zaman itu, khususnya dalam lingkup Yunani, tempat kerja terbuka dan dipakai untuk diskusi atau setidak-tidaknya untuk berbicara dan bertukar pikiran.

       Menurut F.F. Bruce profesi yang lebih tepat untuk Paulus adalah seorang tukang kulit. Meskipun F.F. Bruce tidak menjelaskan alasannya mengapa ia berpendapat demikian. Namun menurutnya, adalah suatu kewajaran apabila seorang rabi melakukan pekerjaan tangan supaya ia jangan mengambil keuntungan dari pengajaran agama yang ia berikan.[5] Hal ini diperkuat dengan adanya suatu kebiasaan di kalangan para rabi Yahudi untuk tidak menerima bayaran atas kegiatan mengajar mereka, karena itu Paulus dididik sebagai rabi, telah belajar cara untuk membuat kemah. Rasul Paulus tidak langsung memberitakan Injil di Korintus tetapi bergabung dahulu dengan Akwila dan Priskila mempraktikkan pekerjaan tersebut sepanjang minggu itu.

 Unsur Lingkungan 

    Sitz Im Leben

  • Secara Sosial: Perkembangan Ke-kristenan mengkhawatirkan para pemuka agama Romawi terhadap kepercayaan mereka maka tidak mengherankan apabila para pemuka agama Romawi melakukan pengejaran dan penganiayaan terhadap orang Kristen, orang Kristen hidup dalam penindasan dan miskinan. Oleh karena itu, pada abad-abad awalperkembangannya tidak mengherankan apabila para pemuka agama Romawimelakukan pengejaran dan penganiayaan terhadap orang Kristen.[6] Keadaan itudimanfaatkan oleh Kaisar Nero (th. 64 M) dengan melahirkan macam-macam desas-desus untuk mengkambinghitamkan orang-orang Kristen.
  • Pada tahun 64 M terjadikebakaran hebat melanda Roma selama enam hari tujuh malam. Apinya melahaphampir tiga perempat kota Roma. Masyarakat menyalahkan Kaisar Nero atasperistiwa tersebut. Masyarakat menganggap bahwa Kaisar dengan sengajamenyulut api untuk kesenangannya sendiri. Supaya apa yang dituduhkan tidakmenjatuhkannya, Kaisar Nero malah menyalahkan orang-orang Kristen. Orang-orang Kristenpun disiksa dan dieksekusi karena tuduhan tersebut. Peristiwa inimembuat komunitas Kristen menjadi tertekan dan merasakan kurang aman.Orang-orang Kristen di Roma ini juga dikenal dengan jemaat yang mengalamipenganiayaan, penindasan dari pihak pemerintah. Mereka dipandang sebagai suatualiran agama Yahudi sehingga sering kali mereka mengalami kesulitan-kesulitandari pihak pemerintah. 
  • Secara Ekonomi: Perekonomian rakyat Romawi berpusat di kota. Tanah-tanah yang berada dipedalaman di luar kota Roma itu merupakan milik pemerintah kota dan dikelolaoleh tuan tanah yang memegang salah satu jabatan dari pemerintah Roma. Ekonomi rakyat Romawi sangat maju tetapi di lain pihak semakin banyak orang yang melarat, miskin, dan menjadi budak. Jemaat Kristen tidak berdaya dibidang ekonomi karena monopoli pasar dari pemerintah Romawi saat itu. Kemudian di daerah Romawi, orang-orang yangmeminjamkan uang baik secara formal maupun formal dilindungi dengan baik. Dalam hukum Yunani, Romawi dan Timur, para kreditur dapat memperbudak secara permanen atau penahanan sementara debitur yang tidak dapat membayarhutangnya. Disinilah orang Kristen terjerembab hingga menjadi budak, hal ini secara lingkungan dan keadaaan Paulus tahu benar bagaiman keadaan jemaat saat itu, sehingga Paulus harus menggunakan talenta yang diberikan oleh Allah kepada-Nya.

Implementasi Entrepreneur Paulus

       Bisnis yang dijalankan oleh Paulus menjadi jembatan bagi pemberitaan Injil. Dalam dunia bisnis seseorang yang mengalami interaksi satu sama lain dalam system perdagangan. Dalam interaksi ini Paulus maupun orang berjumpa dengan dia, bisnisnya ini menjadi modal bagi dia dalam untuk memberitakan injil. Profesi yang ditekuni akan membuat tugas pewartaan Injil lebih masuk ke dalam masyarakat, sehingga menghilangkan antipati, skeptis, dan ketidaknyamanan.

       Selain dari pada itu juga, entrepreneurship juga bagian dari proyek Allah dalam menyampaikan kabar baik kepada mereka yang mengenal Yesus Kristus. Model entrepreneurship seperti ini telah dipraktekkan oleh beberapa missionaris misalnya seperti William Carey "Bapa Pekabaran Injil Modern "ini dapat digolongkan sebagai seorang entrepreneur. Ia memakai metode penginjilan dengan berprofesi sebagai seorang tukang sepatu. Hasilnya Carey dapat meletakkan dasar pekabaran Injil di India. Entrepreneurship juga dapat meningkatkan perekonomian jemaat yang sedang terpuruk sehingga melalui entrepreneur ini, jemaat mendapat lapangan pekerjaan.

 Kesimpulan

       Paulus yang menjadi tokoh Entrepreneurship sukses di dalam alkitab, hal ini disebabkan oleh karena beberapa factor antara lain:

  • Faktor Pendidikan dan soft-skill.
  • Pendidikan adalah salah satu yang sangat penting dalam membukan bisni-bisni kecil, tanpa Pendidikan seseorang tidak memiliki kognitif dan psikomotorik dalam mengelola manajeman. Melalui Pendidikan seseorang akan memiliki soft-skill dalam mengembangkan hidupnya, hal inilah yang dilakukan oleh Paulus. Melalui Pendidikan dan pengalaman yang dimiliki oleh rasul Paulus, dia mempergunakan hal itu dalam pelayanannya dalam memberitakan injil tanpa ada halangan secara ekonomis.
  • Faktor Sosial-ekonomis.

      Terjadinya entrepreneur bagi pelayanan Paulus, hal itu disebabkan oleh factor sosial-ekonomi, Dimana jemaat Paulus saat itu mengalami kemiskinan karena monopoli politik kaisar Romawi saat itu, sehingga Paulus mengambil langkah untuk membukan bisnis kecil-kecil dengan cara menajdi seorang "tukang tenda"

  • Faktor Pelayanan
  • Melalui pelayanan dan situasi dalam pelayanan Paulus, dia menggunakan kemampuanya untuk menghidupi dirinya dan pelayanannya. Tanpa pelayanan Paulus tidak akan menjadi seorang tukang tenda. Hal ini sebagai masukan bagi hamba Tuhan agar dalam pelayanan dan situasi yang kurang mendukung, hendaklah menggunakan talenta yang diberikan oleh Allah ke kita

Daftar Pustaka

F. F. Bruce,

 

1990                The Book Of The Atcs (United Stated American)

 

Pardi,

 

2005                     THE EDICT OF MILANO: Perjuangandan Kemerdekaan Agama Kristen Dikekaisaran Romawi Tahun 313 M

 

Sugiyono,

 

2016                Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta,)

 

Junior Natal Silalahi,

 

2019                         Paulus Sang Entrepreneur Membuat Tenda Sebagai Jembatan Penginjilan, Jurnal vol. 1

 

Departemen Pendidikan Nasional

 

2011                                 Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun