Tapi di dalam hatinya, ia tahu, persahabatan mereka bukanlah tentang seberapa sering mereka bertemu. Bukan juga tentang seberapa lama mereka menghabiskan waktu bersama. Persahabatan mereka adalah tentang jejak-jejak yang tertinggal, jejak yang tak pernah benar-benar hilang meski waktu terus berlari lebih cepat dari langkah sepatu tua itu.
Di luar, hujan mulai reda, meninggalkan aroma tanah yang basah. Raka berdiri, mengikat tali sepatunya yang lepas, dan melangkah keluar. Di lapangan kenangan itu, ia berlari---bukan untuk mengejar Bayu, tapi untuk mengenang.
Sebab, dalam setiap langkah, Bayu selalu ada. Di antara tawa yang hilang, di antara jejak yang terhapus hujan, dan di antara sepasang sepatu tua yang kini tak lagi sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H