Ya,, betul..itu kata kata yang pernah saya ucapkan pada awal 2010 saat saya harus menerima kenyataan bahwa visa kerja saya selesai, dengan kata lain pilihan menjadi penduduk ilegal, pindah ke amerika atau berkarya di Indonesia
Saya begitu menikmati tinggal di luar negri, ekspresi yang saya katakan selalu berlebihan, mungkin membuat sirik dan muak bagi sebagian yang mendengar, anyway itu kenyataannya. Namun tuhan memberikan yang terbaik, hingga memang saya harus kembali ke Indonesia, tuhan memberi saya kesempatan buat tinggal dan kerja di Amerika, namun tidak lebih dari satu tahun, saya ngga terlalu suka amerika, dari gaya dan cara-nya memang kurang cocok buat saya.akhirnya saya kembali ke Jakarta dengan mulut penuh dongkol untuk periode beberapa waktu
Saya tahu kenapa banyak orang yang sok kebule bule-an, (lebih tepatnya) lebih betah tinggal di luar negri ketimbang di Indonesia, kalau belagu jelas bukan sikap yang bagus tapi luapan emosi karena ruwetnya negri ini adalah wajar sekali menurut saya. Bahkan banyakl lama tinggal di states, dengan segala cara ingin menjadi assylum (berkedok kejadian etnis tionghoa 98) mereka mendapatkan suaka di amerika, saya ketawa saja, gila .bagi saya hina rasanya untuk menjelek jelekan negara sendiri (kita bukan negara yang kelaparan dan negara maju) hey kita hanya perlu perombakan "revolusi mental" dalam banyak hal dan menghilangkan doktrin doktrin yang membuat kita gila dan takut yang dulu sering diucapkan orang tua, guru maupun tokoh agama
So,, intinya apa? ok, saya merasa banyak sekali kejanggalan dan kesalahan dalam kehidupan kita, kasarnya atheis tahu hidup itu di akhiri dengan mati, sebagian menganggap adalagi kehidupan selanjutnya, sebagian tidak dan sisanya tidak tahu, namun bagi kita,sudah tahu ada kehidupan setelah kematian, namun kita hidup dalam ahlak yang bener bener super ego dan tidak menghargai orang
Lihat saja bangun pagi, berapa banyak orang yang hanya melihat kepentingan dan menyelamatkan diri sendiri, pengendara yang enjoy naik mobil tidak mau susah dengan angkutan yang rasanya tidak layak, alhasil sampai kantor basah kuyup ,lecek dan bau..pengendara motor yang menerobos pedestrian seenaknya, tanpa peduli hak pejalan kaki, begitu pula pedagang yang memakai jalanan pedestrian, semua atas nama perut dan merasa tidak ada yang salah, tidak peduli kepentingan dan hak pejalan kaki,,,siapa yang mau ngasi makan gue...selalu itu alasannya
Bagaimana dengan konsistensi daris egala peraturan,,,phew. lupakan saja, jika kita mencoba jadi warga negara yang baik, kita hanya berkoar koar seperti orang sakit dan stress.
Disini kesenjangan Gap terlalu terlihat, untunglah sekarang banyak kaum jetset yang sudah membaur tertutama saat mereka harus mencoba sesuatu yang baru terutama dengan isi perut, lagi lagi soal makanan kita bisa lupa dan semua berbaur, melirik pasar santa, atau tempat makanan yang kaki lima, tapi tetap saja mahal buat kantong saya. Disini orang mudah sombong, mudah berubah, dan mudah melihat sesuatu dari luar saja, mudah terbius gosip dan latahnya seperti nenek nenek....mudah sekali terbawa bodoh,,, bukti yg paling utama, lihat saja Broadcast message, apabila anda tidak menyebarkan tulisan ini, maka anda akan sial.
Lihat suguhan sinetron indonesia? coba sebut mana yang mutu sekaligus menghibur setelah si Doel..ngga ada, semua penjual mimpi, anak anak karbitan yang main disinetron dengan akting pas pasan menjadi orang kaya, atau boleh pembantu tapi tetap cantik,,,dan isinya hanya membuat kita semakin bego, terpancing emosi, dan media lah yang bertepuk tangan, pembodohan terus dan terus berlangsung
Katanya bangsa beragama, tapi lihat saja cara hidup kita, seberapa banyak yang mencerminkan agama,, menurut saya orang yang beragama itu terlihat dari perilakunya, bukan mulut saja dan juga bukan seberapa sering dia aktif ke tempat ibadah, kadang itulah yang bikin gemes, hubungan dengan tuhan sudah bagus, namun dengan sesama manusia masih saja kaku,,,
Coba lihat bangsa kita yang berbudaya..oke lah budaya ngantri lama lama sudah mulai ada peningkatan, lihat saja di teller , penjualan tiket dan commuter, orang akan mengantri KARENA dia tahu hanya ada 1 orangyang akan melayani mereka 1 untuk 1,,tapi saat kita naik tramsjakarta, kita tidak tahu siapa disebalah kita ,,libas yang penting kita masuk, sama halnya dengan kita naik commuter. kalau tidak cekatan begini mana bisa dapat
Saya sering geram melihat orang tua muda yang membiarkan anak anaknya kurang ajar di depan umum, yah namanya juga anak anak,mulai lari lari teriak teriak, Ok fine kami paham, namun bagaimana dengan anak anak yang tidak tahu aturan, kemaren saya baru dari salah satu mal kecil di Bintaro, sedang ada pameran spring bed, sang ayah duduk disana dan anaknya loncat loncatan di atas kasur lainnya, saya tanya ke SPB ,kenapa mas tidak biacara baik baik ke bapak itu bahwa ini bukan playground, dan bukan tempat duduk .SPB tersebut bilang, dulu saya pernah tegur juga bapak bapak dengan anaknya tapi malah di gertak, kamu harus ngerti dong namanya juga anak anak. Saya penasaran dengan profil si orang tua tadi, kayak gimana dan sekolah dimana ya?